Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

Hantu Pemuda Belanda di Kamar Sebelah Bab 3

Hantu Pemuda Belanda di Kamar Sebelah Bab 3

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
Hantu Pemuda Belanda di Kamar Sebelah Bab 3 JPEG Download

Walau sudah mengalami keanehan beberapa kali, tapi aku tidak menceritakan apa yang aku alami pada suamiku. Aku tidak ingin dia khawatir hingga mengganggu pekerjaannya.

Pagi-pagi, Pak Adam dan beberapa warga sudah berkumpul di rumah. Mereka akan mengecat rumah dan memasang mesin pompa air dari sumur ke kamar mandi dan dapur.

Mereka bahkan tidak meminta bayaran. Mereka hanya meminta kami menyediakan makan siang dan kopi hitam.

Reno ikut membantu mereka. Sementara aku dan beberapa ibu-ibu sedang menyiapkan menu untuk makan siang.

"Kamu akhirnya kembali ke rumah ini lagi. Nenekmu sangat menyayangimu hingga dia mewariskan rumah ini padamu," ucap seorang wanita paruh baya.

Dari ayah, aku tahu kalau hubungan nenek dengan warga sekitar sangatlah baik. Karena itu, warga desa tidak segan membantuku. Terlebih lagi, suamiku adalah dokter yang bertugas di desa ini.

"Karena sudah lama tidak ke sini, aku malah merasa asing di rumah ini. Apa selama ini tidak ada yang merawatnya?" tanyaku.

"Bukannya kami tidak mau merawat, tapi sebelum meninggal, nenekmu berpesan agar kami tidak mengutak-atik rumah ini sampai kamu datang. Sekarang, kamu sudah tinggal di sini, jadi kami pasti akan selalu membantumu."

Aku sama sekali tidak mengerti dengan permintaan nenek. Kenapa harus menungguku baru rumah ini dibersihkan?

"Apa ada yang aneh dengan rumah ini? Maksudku, rumah ini bukan rumah biasa. Kalau aku tidak salah ingat, keluarga yang dulunya tinggal di rumah ini adalah keluarga orang Belanda. Apa itu benar?" tanyaku mencari tahu.

"Kamu benar. Menurut cerita, rumah ini dulunya rumah keluarga orang Belanda. Saat Jepang mulai menguasai negara ini, mereka memilih pulang ke Belanda, tapi ada salah satu anaknya yang tetap bertahan di rumah ini karena dia telah jatuh cinta pada seorang gadis di desa ini, tapi sayangnya gadis itu malah menikah dengan orang lain."

"Lalu, apa dia kembali ke Belanda setelah gadis itu menikah?" tanyaku lagi.

"Katanya dia kembali dan menyerahkan rumah ini pada nenek buyutmu yang menjadi pelayan di rumah ini. Sejak itulah, rumah ini menjadi warisan turun temurun keluargamu."

Dari mereka, aku akhirnya tahu awal mula hingga keluargaku bisa menempati rumah ini. Namun, semua informasi itu belum membuatku puas.

Setelah dua hari bekerja, rumah ini akhirnya terlihat lebih rapi. Dinding yang semula kusam karena termakan usia sudah terlihat bersih. Begitu pun dengan air sumur yang kini mengalir deras ke dalam kamar mandi dan dapur.

Halaman rumah pun sudah bersih. Aku bahkan menanam beberapa bunga di halaman yang cukup luas.

Pohon besar berdiri kokoh di halaman. Aku ingat kalau dulu ada tali ayunan di dahan pohon itu. Bahkan, aku masih bisa melihat bekas talinya di dahan pohon itu.

"Ada apa? Kenapa kamu melihat pohon itu terus?"

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya teringat masa kecil dulu. Aku sering bermain ayunan di pohon itu."

"Benarkah? Aku akan membuat ayunan lagi di pohon itu, tapi setelah kita punya anak. Tenang saja, pohon itu pasti masih ada kalau kita sudah punya anak nanti."

Aku hanya tersenyum. Pandanganku masih tertuju pada pohon itu hingga aku tersentak saat melihat sosok bayangan yang berdiri di bawah pohon itu. Bayangan yang terlihat samar itu kini melihat ke arahku.

"Sebaiknya kita masuk. Kamu pasti capek. Bukankah besok kamu sudah masuk kerja?" Aku segera meraih tangan suamiku dan mengajaknya masuk ke rumah.

Kemunculan sosok bayangan itu semakin membuatku menyadari kalau hanya aku yang mengalami keanehan di rumah ini. Sementara suamiku sama sekali tidak menyadarinya.

Keesokan paginya, suamiku sudah bersiap-siap untuk pergi ke puskesmas.

"Nanti siang aku pulang. Kita akan makan siang bersama," ucapnya.

"Baiklah. Aku tunggu."

Dia mengecup dahiku sebelum pergi. Aku masih melihatnya mengayuh sepeda dan menghilang di balik pepohonan.

Aku bergegas masuk ke rumah dan mengunci pintu. Namun, lagi-lagi aku melihat penampakan sesosok bayangan di bawah pohon.

Aku tidak mau peduli. Aku masuk ke kamar untuk merapikan tempat tidur. Selesai membersihkan kamar, aku pergi ke dapur untuk menyiapkan menu makan siang.

Aku berusaha untuk tidak memedulikan keanehan yang terjadi. Aku berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaanku. Namun, suara wanita yang bergumam kembali terdengar. Suara itu terdengar jelas dan itu berasal dari kamar sebelah.

Aku meletakkan pisau begitu saja saat sedang mengupas bawang dan pergi ke kamar itu.

"Jangan menggangguku!" Aku memukul pintu kamar beberapa kali.

Suara gumaman tidak terdengar lagi. Namun, suara barang jatuh terdengar dari dalam. Bahkan, gagang pintu bergerak sendiri seakan ada seseorang yang mencoba membuka pintu dari dalam.

Aku mundur beberapa langkah. Aku melihat dengan jelas gagang pintu bergerak sendiri. Suara barang jatuh juga masih terdengar dari dalam.

"Diamlah!" seruku geram.

Seketika, suasana kembali hening.

"Jangan ganggu aku! Aku pun tidak akan mengganggu kalian."

Aku kembali ke dapur. Aku kesal karena keanehan itu semakin menjadi-jadi. Aku mencoba untuk bersabar karena bagaimanapun rumah yang aku tempati merupakan rumah peninggalan nenek.

Setelah kejadian itu, aku tidak merasakan keanehan lagi. Tidak terasa, sudah seminggu kami tinggal di rumah ini hingga suatu malam, suamiku terpaksa pergi karena ada pasien yang membutuhkan bantuannya.

"Sayang, apa tidak masalah kamu tinggal sendirian?"

"Tidak apa-apa. Sebaiknya kamu pergi. Kasihan pasienmu menunggu."

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Sebaiknya kamu tidur dan jangan tunggu aku."

"Baiklah."

Suamiku pergi dengan salah satu keluarga pasien yang datang menjemputnya. Aku segera mengunci pintu dan kembali ke kamar. Aku lalu berbaring. Namun, suara di kamar sebelah kembali terdengar.

Aku mencoba untuk tidak peduli. Aku menutup tubuhku dengan selimut. Aku tidak mau peduli dengan suara-suara aneh yang kembali mengganggu. Namun, aku terkejut saat merasakan sentuhan di kakiku. Sentuhan tangan yang sangat dingin dan kaku. Aku bergegas duduk dan melihat ke ujung kakiku.

"Jangan menakutiku! Tunjukkan wujudmu karena aku tidak akan takut padamu!"

Tiba-tiba saja tempat tidur bergoyang. Aku berpegangan pada sisi tempat tidur. Embusan angin mengitari tempat tidur hingga kelambu terangkat. Di saat itulah, sesosok bayangan muncul dan memperlihatkan diri di depanku.

"Siapa kamu?"

#Lemon8 #lemlomlibrary #kbmapp #kbm #novel #kbmauthor #ceritahoror