Descargador de videos Lemon8

La forma más fácil de descargar videos y galerías desde la aplicación Lemon8

Aku kaget melihat teman putrik | Galeri diposting oleh Yulia_Cahya | Lemon8

Aku kaget melihat teman putrik | Galeri diposting oleh Yulia_Cahya | Lemon8

Escritorio: haga clic con el botón derecho y seleccione "Guardar enlace como..." para descargar.

PHOTOS
Aku kaget melihat teman putrik | Galeri diposting oleh Yulia_Cahya | Lemon8 JPEG Descargar

Aku kaget melihat teman putriku keluar dari mobil suamiku. Dia jalan ngang kang dan wajahnya terlihat lelah sekali. Apa yang dia lakukan di dalam mobil itu?

Pe. T4 k a Daun Muda

Part. 3

“Ini salah, Dek,” ujar Mas Irwan.

Setelah tadi ia sempat memanggilku dengan nama saja, kini ia kembali memanggilku dengan panggilan ‘Dek’.

Aku mencebik. Ucapannya itu seperti guyonan, tapi tidak lucu. Aku tak akan mempercayainya lagi.

Liana gadis yang pintar. Ia tak akan menilai sesuatu dengan asal, tentu anak itu sudah menyelidiki semua, hingga ia yakin bahwa Sang Papa berp4 c4ran dengan salah satu temannya di sekolah. Karena hal itu, ia menjadi malu, pu tus 4sa, dan akhirnya melakukan tindakan b0d0h itu.

“Liana sudah salah paham. Dia salah duga, Dek. Sumpah, mana mungkin aku bermain daun muda. Itu mustahil.” Mas Irwan terus membela diri.

Aku tak peduli. Mau itu benar atau hanya salah paham, nyatanya gara-gara itu, aku kehilangan putriku. Aku tak akan pernah mau memaafkannya.

Tubuhku mulai gemetaran lagi. Em0si yang meletup dan kondisi fisik yang lemah membuatku demikian. Sebaiknya aku duduk saja, takut hilang kesadaran lagi.

“Dek, percaya sama aku, ini hanya salah paham saja,” kata Mas Irwan.

Ia ikut duduk di tepian tempat tidur. Wajahnya itu membuatku jengah. Tak ingin melihatnya, aku memalingkan muka.

Kukira ia akan terus memohon maaf, ternyata tidak. Kediamanku justru memancing em0sinya.

“Nina, jangan keterlaluan kamu! Suami bicara, kamu malah memalingkan muka!” Mas Irwan membent4kku.

Baru beberapa saat yang lalu ia berkata manis, sekarang dia sudah membentakku lagi. Em0sinya benar-benar labil, berganti-ganti dalam waktu yang sangat cepat.

“Seharusnya sebagai ibu kamu selalu mendampingi Liana. Ngapain aja kamu di rumah sampai tidak tahu apa yang dilakukan Liana hah?!” Mas Irwan kembali menyalahkan aku.

“Dasar tidak b*cus jadi ibu!” m4kinya lagi.

Ini keterlaluan. Dia yang berbuat, tapi dia melemp4r kesalahannya padaku. Nggak akan ada asap jika tidak ada api. Liana tidak akan berpikiran seperti itu jika ia tidak mengetahui sesuatu.

“Cukup, Mas. Kenapa kamu tidak juga sadar. Liana tidak akan bu. n* h di. r1 kalau dia tidak tahu jika kamu main gil4 dengan daun muda,” ujarku tak mau kalah.

“Aku tidak main gil4, Dek. Apalagi dengan daun muda. Jangan asal tuduh!” Mas Irwan menyanggah.

Ia masih bersikeras tidak terima dituduh selingkuh. Kini matanya justru mel0tot, merah dan rahangnya mengeras, tampak sangat mar4h. Jika bisa, mungkin aku sudah ditelannya hidup-hidup.

“Tapi kamu yang membuat Liana pergi selamanya, Mas. Nyatanya Liana nekat bu n* h di. r1 karena tahu kamu bermain gil4 dengan daun muda di luaran sana,” ujarku.

“Bukan aku, tapi kamu. Kamu yang tidak bec*s jadi ibu!” balas Mas Irwan.

Ia kembali mengataiku tidak bec*s. Benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya dia masih menyalahkan aku.

“Kamu pem b* n*h, Nina! PEMB* N *H!” teriak Mas Irwan lagi.

Emosinya semakin tak terkontrol. Bukankah salah satu ciri seseorang yang bersalah adalah menutupi kegelisahannya dengan amarah? Mas Irwan bersikap demikian sebagai upaya untuk melindungi dirinya dari tuduhan bersel1n9 kuh. Baru kali ini aku melihat ia demikian em0si. Rupanya begini sifat aslinya.

Mas Irwan terus berteriak mem4ki. Kata-kata yang keluar dari mulutnya benar-benar tidak pantas didengar. Lebih baik aku menutup telinga agar tak mendengarnya. Biar saja dia berteriak sampai capek sendiri.

Kepalaku rasanya sangat pusing. Tak ada tenaga lagi untuk m4rah-m4rah, apalagi berteriak, mem4ki dan meng4muk.

Liana. Aku teringat dengan Liana. Bagaimana dengan jen4 z4h nya, apa sudah ada yang mengurusnya. Ya Allah, benarkah putriku telah tiada?

“Liana, Liana.” Kupanggil nama putriku.

Menoleh ke samping kanan, lemari yang tadi, sudah tertutup. Liana sudah tidak ada disana. Dibawa kemana je n4 zahnya.

“Ya Allah, Liana. Liana dimana?” rengekku sambil menarik tangan Mbok Minah yang kembali mendekat.

Mas Irwan berhenti berteri4k. Ia seperti baru sadar bahwa kami telah kehilangan Liana. Tiba-tiba ia berlari keluar, meninggalkanku begitu saja. Sepertinya ia ingin melihat je n4 zah Liana.

Sama sepertinya, aku juga ingin melihat je n4 zah putriku. Aku menyusul Mas Irwan, keluar dari kamar menuju ke ruang tamu. Je n4 zahnya pasti ada disana, tapi ternyata aku salah. Tidak ada je n4 zah Liana. Ruang tamu kosong, hanya ada beberapa tetangga yang mendadak berdiri dari kursi saat melihat aku dan Mas Irwan datang.

“Dimana je n4 zah anakku?” tanya Mas Irwan.

Para tetangga serempak menggelengkan kepala. Melihat jawaban para tetangga, Mas Irwan terduduk. Air matanya menetes membasahi pipi. Ia menangis tersedu, tangisnya menyayat hati.

Ternyata dia bisa menangis juga. Kukira setelah mar4h-mar4h, ia tak akan bisa menangis. Ternyata aku salah. Ia tetaplah seorang papa yang sangat menyayangi putrinya.

Liana memang sangat dekat dengan Mas Irwan, mungkin itu juga yang membuat ia sangat kecewa saat tahu bahwa papanya telah berse l1n9 kuh, apalagi selin9 ku hannya adalah temannya sendiri. Sebagai seorang anak, Liana pat4h h4ti saat mengetahui Papanya mencintai wanita lain selain Mamanya.

Tubuhku kembali lemas. Aku sempoyongan. Hampir saja jatuh ke belakang jika tidak ditangkap oleh Mbok Minah yang ternyata masih setia berada di belakangku.

“Sabar, Bu Nina,” ujar Mbok Minah.

Semakin Mbok Minah memintaku bersabar, justru aku semakin merasa terpukul. Tangisku kembali pec4h. Tak bisa kubayangkan jika saat ini Liana sudah tidak ada. Liana sudah pergi, dan dia pergi dengan cara yang tr4 gi s. Ya Allah, aku tak rela putriku pergi dengan cara seperti itu.

Ampuni aku, Ya Allah. Aku janji akan menjaga Liana dengan lebih baik. Aku janji akan menjadi ibu yang baik untuknya. Tolong kembalikan Liana ku. Jangan ambil dia, Ya Allah.

Ribuan doa terus kupanjatkan agar anakku dapat kembali. Meski rasanya mustahil, aku tak peduli. Aku akan terus berdoa agar Liana kembali hidup dan kembali bersamaku di rumah ini.

Doa dan tangisku berhenti saat seorang laki-laki yang merupakan kepala Dukuh di kompleks kami mendatangiku dan Mas Irwan.

Ia menepuk bahu Mas Irwan, membuat Mas Irwan yang tadinya menunduk, kini mengangkat wajahnya. Sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Pak Dukuh.

“Pak Irwan, Bu Nina. Alhamdulillah, Mbak Liana ….”

***********

Kira-kira apa yang akan disampaikan oleh Pak Dukuh?

Kisah lengkapnya ada di KBM app. Lanjut baca disana yuk,

Aplikasi KBM dapat di download di playstore.

Judul: Petaka Daun Muda

Penulis: Yulia_Cahya

Klik link di bawah:

https://read.kbm.id/book/detail/cbc21a3e-9dc4-47bc-b4df-751d32da9fbe?af=f110644c-da6b-e642-8c5e-759db145ddfc