Téléchargeur vidéo Lemon8

Le moyen le plus simple de télécharger des vidéos et des galeries à partir de l'application Lemon8

Aku dinikahi seorang duda yang | Galeri diposting oleh Yulia_Cahya | Lemon8

Aku dinikahi seorang duda yang | Galeri diposting oleh Yulia_Cahya | Lemon8

Bureau : cliquez avec le bouton droit de la souris et sélectionnez "Enregistrer le lien sous..." pour télécharger.

PHOTOS
Aku dinikahi seorang duda yang | Galeri diposting oleh Yulia_Cahya | Lemon8 JPEG Télécharger

Aku dinikahi seorang duda yang sudah 7x menikah. Semua istri sebelumnya meninggal.

Awalnya biasa aja, tapi setelah diboyong ke rumahnya, hal mengerikan kujumpai disana.

Setiap malam aku ketakutan karena dia …

PET. AK4 MENIKAHI DUDA

Bab 2

“Maaf ya, Dek, rumah kita agak terpencil. Mas memang sengaja mencari rumah yang berada di tepi perkampungan karena harganya lebih miring, biar dapat halaman yang luas. Mas pingin kita nanti menanam aneka sayur dan buah di halaman rumah kita," ujar Mas Beni.

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataannya. Entah kenapa perasaanku tidak enak.

“Kita sudah sampai, Dek. Ayo turun!” Mas Beni mengajakku untuk turun dari mobil.

Rumah Mas Beni memang terbilang besar, terdiri dari dua lantai, halaman depan juga luas, bahkan bisa dibilang sangat luas. Bagian depan terdapat gerbang yang cukup tinggi, kurang lebih tingginya 2 meter, agak tertutup. Sepertinya rumah ini memang terpencil, tidak ada rumah lain di sini.

Di samping kanan rumah Mas Beni terdapat pemakaman umum yang temboknya bersebelahan dengan pagar rumah. Seram menurutku, karena dari lantai dua rumah ini pasti bisa dengan jelas melihat area pemakaman.

Di bagian pojok kanan halaman rumah ini tumbuh pohon beringin yang sangat besar, menimbulkan suasana angker. Sepertinya aku tidak akan sanggup mengurus rumah ini sendirian, terlalu besar.

Ketika masuk ke dalam rumah, entah kenapa tiba-tiba aku merasa merinding. Sepi juga dingin, suasana pertama kali yang aku rasakan. Semua perabot-perabot yang ada di rumah ini adalah perabot kuno, sepertinya Mas Beni pecinta perabot kuno. Dinding kamar tamu sebelah kanan, dipenuhi aneka kepala binatang yang sudah diawetkan. Selain itu juga ada beberapa gamelan yang dipajang di sudut belakang ruang tamu. Perasaanku semakin tak enak. Kenapa aku merasa takut? Ada apa ini?

“Mas ambilin minum dulu ya, Dek. Kamu duduk di sini aja!” Mas Beni berkata sambil memapahku duduk di kursi kayu.

Setelah aku perhatikan, ternyata ukiran di kursi ini berbentuk ular yang melilit, dengan kepala ular berada di samping kanan dan kiri kursi. Aku bergidik ngeri melihatnya, membayangkan jika itu adalah ular asli.

“Pergi, pergilah!”

Aku mendengar bisikan di telinga. Ku tengokkan kepala ke kanan, arah dimana suara itu terdengar. Tapi nihil, tidak ada siapapun.

Ah … mungkin itu hanya halusinasiku saja karena aku masih terngiang perkataan Bude Darsih tadi pagi.

“Pergi, pergi, pergilah!”

Aku mendengar suara itu lagi, masih dari arah kanan. Suara siapa? Aku coba berdiri untuk mencari asal suara itu, tapi nihil. Aku tak menemukan siapapun.

Cepat aku berjalan menuju ke dalam rumah, hendak menyusul Mas Beni, tapi langkahku tertahan karena mendengar suara isak tangis seorang wanita. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, hingga pandanganku berhenti di tangga menuju lantai dua. Di ujung tangga, berdiri seorang wanita mengenakan baju pengantin berwarna putih, tangan kanannya membawa tali rotan berwarna coklat, rambutnya panjang terurai, wajahnya tidak bisa kulihat karena ia menunduk.

Pengantin wanita itu menangis, suara tangisnya begitu menyedihkan, menyayat hati. Aku bingung harus bagaimana. Siapa dia? Kenapa ada di rumah Mas Beni? Kenapa dia menangis? Kenapa mengenakan baju pengantin? Dan anehnya, kenapa ia membawa tali rotan?

Banyak pertanyaan muncul di benakku hingga akhirnya pengantin wanita itu mengangkat wajahnya. Betapa kagetnya aku saat melihat wajah pengantin wanita itu. Wajahnya sangat pucat, ia menatapku dengan tatapan yang mengerikan.

“Ha … ha … han … tu, hantu!” Aku berlari ke dalam rumah, berharap bisa menemukan Mas Beni. Tapi tidak juga kutemukan Mas Beni, kemana Mas Beni, bukankah tadi dia mengatakan hanya akan membuat minum. Keringat dingin keluar dari seluruh tubuhku, aku benar-benar takut. Suara isak tangis pengantin wanita itu masih terdengar jelas, bahkan semakin mendekat. Bagaimana ini?

Tiba-tiba ada sepasang tangan yang memelukku dari belakang. Pengantin itu berhasil menangkapku. Tolong! tolong aku.

Aku tak sanggup, kakiku terasa lemas bahkan kini aku kesulitan bernafas, dadaku terasa begitu sesak, pandangan mataku mulai mengabur, hingga akhirnya semua menjadi gelap. Aku tak sadarkan diri.

***************************

Aku mencium aroma bunga mawar, sangat wangi. Perlahan kubuka mata, dimana aku? Kepala ku terasa sakit, pelan ku pijit pelipis dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sambil berusaha bangkit. Kuperhatikan sekitar, aku berada di sebuah kamar. Tempat tidur yang saat ini kupakai penuh dengan kelopak bunga mawar, yang kesemuanya berwarna merah. Mawar merah yang masih segar dan begitu harum.

Tunggu, kuperhatikan tubuhku, aku baru menyadari jika saat ini mengenakan baju pengantin berwarna putih. Bagaimana bisa? Aku kembali mengingat-ingat apa yang terjadi hingga aku berada di kamar ini. Bukankah tadi aku berada di ruang ruang tamu. Siapa yang telah membawaku ke kamar ini? Lalu kenapa bajuku berubah menjadi baju pengantin?

“Dek, kamu sudah sadar?” Mas Beni berkata sambil mendekat. Spontan aku beringsut ke belakang. Aku takut, entah kenapa Mas Beni tampak menakutkan di pandangan mataku.

“Tadi kamu pingsan, Dek. Mas menemukan kamu tidak sadarkan diri di ruang tamu. Kamu kenapa, Dek? Apa memang sedang tidak enak badan?” Mas Beni memberondong dengan banyak pertanyaan.

Ia mengelus bahuku berusaha menenangkan, mungkin ia membaca responku yang tampak ketakutan.

“Tadi, aku melihat hantu, Mas.” Aku ceritakan apa yang tadi aku alami.

“Hantu?” tanya Mas Beni heran.

“Iya, Mas,” jawabku yakin.

Mas Beni malah tertawa. “Kamu ada-ada aja, Dek, mana ada hantu siang-siang bolong begini? Mungkin kamu memang kecapekan, Dek, makanya jadi halusinasi.”

“Tapi tadi aku memang melihatnya, Mas. Ada hantu wanita memakai baju pengantin yang menangis di tangga sambil membawa rotan. Aku yakin tak salah lihat,  Mas,” ujarku masih sangat yakin.

Tiba-tiba Mas Beni berhenti tertawa. Ia seperti kaget, kemudian tanpa berpamitan berdiri dan pergi tergesa meninggalkanku.

Mau kemana Mas Beni? Kenapa tergesa-gesa sekali?

**********

Kisah selengkapnya ada di KBM app.

Judul: TUJUH (Petaka Menikahi Duda)

Penulis: Yulia_Cahya

Baca disana yuk, Kak ….

Aplikasi KBM dapat di download di Palystore. 

Klik tautan di bawah ini:

https://read.kbm.id/book/detail/05cc9061-6412-46de-98ff-ce3479c13bc3?af=f110644c-da6b-e642-8c5e-759db145ddfc

Mohon tinggalkan jejak like, share dan komen. Terima kasih.