Téléchargeur vidéo Lemon8

Le moyen le plus simple de télécharger des vidéos et des galeries à partir de l'application Lemon8

Tiba-tiba Keguguran, Padahal Status Belum Kawin

Tiba-tiba Keguguran, Padahal Status Belum Kawin

Bureau : cliquez avec le bouton droit de la souris et sélectionnez "Enregistrer le lien sous..." pour télécharger.

PHOTOS
Tiba-tiba Keguguran, Padahal Status Belum Kawin JPEG Télécharger

"Da-darah?" Mataku membelalak menatap cairan merah itu. Masih penasaran, aku pun mendekatinya. Seketika aroma anyir menusuk indera penciumanku. 

Di rumah ini hanya ada aku dan Lilis-ART yang baru bekerja di sini selama dua bulan. Awalnya aku nggak butuh seorang ART, karena aku tinggal di sini bertujuan untuk mandiri. Tapi, wanita dengan setelan kaos dan rok mayung itu datang meminta pekerjaan padaku. 

Entah karena kasihan atau apa, tanpa bertanya banyak hal padanya, aku pun menerima wanita berambut panjang tersebut. 

"Aku dari kampung, Pak. Aku butuh pekerjaan. Aku cuma lulusan SD. Tidak ada perusahaan yang mau menerimaku bekerja tanpa ijazah," ucapnya saat pertama kali datang ke rumahku. Kebetulan pintu gerbangku saat itu terbuka dan aku sedang mencuci mobil. 

Melihat wajahnya aku jadi kasihan. Apa lagi dia terlihat sangat lelah. Aku menghargai keberaniannya datang ke kota mencari kerja dengan modal tenaga. 

"Bapak bisa tes aku dulu. Aku bisa masak, mencuci, membersihkan rumah."

"Sebenarnya aku nggak begitu butuh ART, karena aku cuma tinggal sendiri."

"Kumohon, Pak. Ini rumah yang ke tiga puluh yang kumasuki. Semua menolakku karena aku tidak membawa data diri yang lengkap. Begini saja. Kalau aku tidak bisa mengerjakan perkerjaan rumah, Bapak bisa langsung memecatku tanpa digaji."

Aku melongo saat itu. Gil@ wanita ini. Di komplek ini ada sekitar tujuh puluh KK. Dua puluh diantaranya tak berpenghuni karena dibeli cuma sebagai investasi. 

Lama aku berpikir dan pada akhirnya rasa kasihanku mengalahkan egoku. 

Karena asyik mengingat saat pertama kali Lilis datang, aku jadi lupa mau mengecek keberadaannya. 

Kupanggil sampai tiga kali tak ada sahutan. Bahkan kegedor pintu kamar mandi pun tak ada reaksi. Pintu terkunci. Aku harus segera  mendobrak. 

Kukumpulkan tenaga dan kuhant@mkan badan ke daun pintu beberapa kali sampai akhirnya terbuka dan memperlihatkan kaki wanita itu bersimpah dar@h. 

Astaghfirullah hal adzim! 

Dengan cepat kugendong Lilis ke mobil dan membawanya ke rumah sakit. Mudah-mudahan tidak terjadi sesuatu yang membahayakan. 

***

"Untung bapak cepat membawa istrinya ke sini. Jadi, bisa langsung diatasi. Tapi maaf, Pak. Janinnya tak dapat tertolong. Kami akan melakukan kuret."

Mulutku langsung membentu huruf O. 

Aku mengangguk pelan ketika dokter mengatakan berbagai hal yang menurutku sangat mengejutkan. 

Istri? Kuret? Suami? Bahkan menikah pun aku belum. Dia menganggap aku ini suami Lilis. 

Mungkin Lilis adalah penipu. Dia mengaku lajang dan belum menikah. Bagaimana bisa keguguran. Terus, kapan dia hamil? 

Beberapa hari setelah selesai kuret, aku menemui Lilis dalam keadaan masih lemas. 

Mataku membelalak menatapnya dengan tajam. Dia menunduk dengan tangan meremas selimut. 

"Maafkan aku, Pak. Kalau Bapak mau memecatku sekarang tidak apa-apa."

Badanku sedikit membungkuk dan menatap setiap garis halus wajahnya. 

"Sebenarnya kamu ini siapa? Berani-beraninya menipuku!" Gigiku gemeretak, ingin rasanya kutelan wanita yang sok lugu tapi penipu itu, "gara-gara kamu, aku disangka suamimu. Nambah masalah saja. Kamu memang tidak tahu diri ya. Sudah ditolong malah menyusahkan." 

"Se-sebenarnya namaku Fathin. Aku kabur dari kampung untuk mencari suamiku."

"Suami? Kalau kamu punya suami, kenapa di KTP-mu statusnya masih lajang?"

"Suamiku menikahiku secara siri, Pak." Dia terus menunduk, "tapi, aku tidak bermaksud untuk menipu bapak. Aku cuma butuh kerjaan untuk bisa bertahan hidup di sini dan mencari keberadaan suamiku."

Aku mengusap kening yang rasanya cenat-cenut gara-gara wanita kampung ini. 

Heran, kenapa di zaman moderen masih saja banyak gadis bodoh. Menikah di KUA nggak butuh uang yang banyak. Kalaupun memang nggak ada biaya bisa meminta surat keterangan tidak mampu. Mau-maunya dinikahi siri yang pada akhirnya akan menjadi pihak yang dirugikan 

"Begini. Aku tidak mau punya masalah denganmu atau keluargamu. Semua biaya rumah sakit sudah kubayar. Setelah ini pulangkah ke kampung. Di kota sebesar ini kamu tak akan mungkin bertemu dengan suamimu. Ibarat sedang mencari jarum di dalam jemari."

"Kumohon, Pak. Jangan usir aku. Aku nggak mungkin pulang ke kampung. Aku sudah terlanjur malu. Tolong izinkan aku bekerja di rumah bapak. Matanya merah dengan pandangan intens ke arahku. Tangannya memegang kuat-kuat jemariku sampai sulit untuk bisa terlepas. 

"Kalau sudah baikan, aku akan mengantarmu ke kampungmu. Aku yakin kamu kabur dari rumah karena hamil di luar nikah. Nikah siri hanya alasanmu saja."

Aku tidak berbohong, Pak!" Dia terus saja membuatku iba. Ah dasar, lentur banget hatiku sebagai seorang pria. Aku paling tidak bisa melihat air mata seorang perempuan. 

Pada akhirnya aku tetap mempekerjakan Fathin sembari kucari tahu siapa keluarganya. Aku sudah tahu alamat lengkapnya. Dengan membayar orang, aku yakin bisa tahu keluarganya dan meminta mereka menjemput putrinya. 

Hal mengejutkan kudapat kabar dari orang suruhanku. Mereka mengatakan jika wanita yang bekerja di kediamanku ternyata adalah anak orang kaya di kampungnya. Ternyata dia juga lulusan sarjana.

"Apa kamu tidak salah masuk rumah?" tanyaku pada pria bertubuh tinggi besar yang kubayar. 

"Benar, Bos. Di kampung itu yang namanya Fathin cuma ada dua. Yang satunya masih sekolah SD dan Fathin yang ada di rumah Bapak."

Aneh. Kenapa lulusan sarjana malah menjadi pembantu di rumahku? 

"Terus, kamu dapat informasi apa lagi?"

"Anu, Bos. Katanya wanita itu diusir dari rumah karena hamil di luar nikah. Sedangkan calonnya cuma tukang bangunan. Pihak pria mau menikahi, tapi pihak perempuan tidak setuju putrinya menikah dengan anak orang miskin."

Matre juga keluarganya.

"Ya sudah, kamu boleh pergi." Kuletakkan amplop sisa pembayaran karena tugasnya sudah selesai.

IRT-ku datang dari dapur membawakanku segelas kopi dan juga lumpia rebung khas kota semarang. 

"Fathin, kenapa kamu bohong?"

"Bo-bohong tentang apa, Pak?"

"Jangan panggil aku, Pak. Umurku masih muda. Panggil aku Galih saja. Aku tahu kamu belum menikah. Aku juga tahu kalau kamu hamil di luar nikah. Heran saja, gadis berpendidikan sepertimu kok bisa melakukan hal sebodoh itu."

"Dari mana Bapak tahu. Em. Maaf, dari mana kamu tahu semua itu? Sebaiknya tidak perlu ikut campur urusan pribadiku. Apa yang kamu dengar dari orang lain belum tentu benar." Pandangan mata yang tadinya malu-malu berubah tajam. 

"Kamu nggak perlu tahu, aku tahu dari mana. Kapan kamu akan pulang? Akan ku antar sampai ke kampung halamanmu. "

"Nggak perlu. Aku nggak akan pulang karena orang tuaku juga tidak menerimaku. Kalau kamu tidak mau aku kerja di sini, aku bisa pergi saat ini juga."

Fathin membalik badan. 

"Tunggu! Begini saja. Anggap aku ini adalah temanmu. Kamu bisa menceritakan kisah hidupmu padaku. Ingat, kamu berhutang nyawa padaku. Kalau tidak kutolong, kamu sekarang pasti sudah tiada dan tidak bisa bertemu dengan laki-laki yang kamu anggap suami itu."

"Kenapa kamu tidak membiarkanku mat! saja saat itu? Sehingga aku tak perlu punya hutang nyawa padamu. Aku hidup atau mat! sama saja. Masa depanku sudah hancur."

"Aku akan mengembalikan masa depanmu," ujarku. 

Mata Fathin membeliak. Entah apa yang mendorongku mengatakan semua itu. Yang jelas aku melihat pandangan wanita itu dalam suasana putus asa. Dia butuh dukungan mental. Apa lagi baru saja  keguguran.

***

Judul= DARAH MENGALIR DI SELOKAN

Penulis Olin_huy

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:

https://read.kbm.id/book/detail/1a5e6fb7-27f3-42da-9c50-984315c21ff3