#TakPerluSempurna di Pekerjaan WFH ku

Hi para remote worker di luar sana atau para pencari pekerjaan remote / WFH.

Sesuai apa yg selalu jadi niche ku ttg Remote Working, aku akan share seberapa aku desperate saat bekerja di remote work. Lho? Remote work bisa desperate juga? Yea sure!

Follow aku dulu di lemon8 dan IG @saviraditya yaa utk lebih dekat dgnku 🌸🌸 Jangan lupa like dan share juga posts ku soal remote work kepada siapapun yg sedang mencarinya.

Jadi benar sekali, meskipun ini adalah remote working bagiku atau biasa disebut WFH, namun aku pernah desperate karena :

🐤 Remote work itu ternyata semua hal direcord di sistem, dan bodohnya aku gatau juga ga mikir ke arah sana. Aku pikir kerja2 aja. Tapi tidak, jadi di setahun pertama, aku bekerja biasa dalam sistem yg disebut Amocrm (sudah terkenal diantara remote worker) dan beberapa website dan app lain. Lalu aku bekerja biasa dg terkadang rebahan terkadang nyantai (walau komitmenku terhadap pekerjaan sangat kuat dan aku tipe yg lurus2 aja, tapi aku tetep bawa santai) tapi kemudian baru tahu dan baru dibahas bahwa ada sistem KPI, ada penghitungan berapa lama kita betul2 bekerja, ada juga di sistem terecord segala menit kita berkegiatan. Apakah kita ada aktifitas atau tidak. Bahkan kita bisa cek sendiri dan caranya sangat mudah. Jadi buat para orang2 yg suka membuat excuse ga akan cocok di sini. Karena semua dibicarakan by data. Bukan by alibi. Sehingga ketika tahu ini, bahkan orang2 (tidak 1 atau 2 orang) dipecat karenanya, aku jadi super duper takut dan pada akhirnya yg terjadi adalaaaaah aku super pressured thdp pekerjaan ini. Sampai2 aku ga berani ninggalin walau hanya sekedar pipis, aku overthink takut dikira ngapa2in, atau takut ini itu. Akhirnya mau sholat di sela waktu (bukan waktu break) atau bahkan mau sambil makan dan atau ke toilet aku gabisa santai. Sampai suatu ketika aku masuk rs karena sakit dimana sakitku adlh ada kelenjar yg bengkak di leher dan dokter bilang itu karena stress 🐤 aku tegang dan sulit rileks. Huff. Kemudian aku jadi malah ijin sakit 2 minggu 🥲 krn ak ga sembuh2 dan ga kempes2 itu kelenjar. Anyway sepanjang waktu aku send bukti aku sakit almost tiap hari kepada atasan. (Karena atasannya orang asing mereka mengerti dan ga marah tapi akunya aja yg mau komit ngirim bukti) Akhirnya alhamdulillah kempes dan kemudian aku masih bs back to normal. Setelah dr itu, ak mulai belajar mengontrol diri dan jam kerja, juga mengontrol bagaimana aku utk rileks. Dan syukur sampe skg aku bisa atur. Aku udah kembali ke diriku yg awal, yg bisa komitmen dg kerjaan tapi juga tetap bs rileks. Aku ga takut utk rebahan 5 menit lalu lanjut lg dan alhamdulillah aku bisa sampe hampir 3 tahun disini.

🐤 Aku pernah ngerasa pressured banget di kerjaan krn atasan yg maaf kasar, ini kasar ya bukan ak bias ke perusahaan lain yg bs jadi berbeda ga kaya gitu tapi, krn mgkin budaya org sana berbeda. Meski ada kesopanan tp ketika sudah dekat mereka akan lebih mudah mengumpat atau straight to the point saat menegur. Kalo aku kebetulan org yg cukup cuek sebenarnya saat mendengar kata2 buruk, tapi ketika sudah menyentuh pekerjaan dan di awal2 saat aku melakukan kesalahan krn blm terbiasa, itu jd cukup pressured ya. Jadi kalo kerja sm org sana ya siap utk ada kesopanan tapi slightly bedanya dgn kedekatan dg atasan dan aku yg super cuek ini masih krg bisa lebih cuek lagi kalau mau gada tekanan dan pikiran.

🐤 Kalo perkara jenuh karena cuma di dalam kamar terus berjam2 sih udah makanan tiap hr ya, tapi saat aku merasa sangat lelah aku akan rebahan, saat merasa aku sangat jenuh, aku makin semangat menyelesaikan kerjaan kemudian pergi keluar entah sekedar ngopi atau makan di luar yg jelas sesuatu yg tidak akan membuatku burn out.

Jadi itulah yg aku rasakan sbg remote worker dan segala keputus- asaannya, tp tentu aku bertahan krn positifnya jauh lebih banyak dibanding negatifnya kerja disini terutama cuan yg bisa kalian lihat di posts ku yg lain😉😉

Yuk share di bawah apa kalian punya ke putusasaan yg sama saat kerja offline atau online juga?