Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

Ketika Istri Mati Rasa  ( 7 )

Ketika Istri Mati Rasa ( 7 )

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
Ketika Istri Mati Rasa  ( 7 ) JPEG Download

Bab 7 (acak)

"Kenapa kamu bersikeras mau membawa mobil sih, Dik?" Salah ngomong lagi dia. Kesempatan bagus ini!

"Ck! CK! Dik lagi, dik lagi! Siapa sih sebenarnya dia? Selingkuhan mu? Atau istri barumu? Atau siapa? Kenapa begitu latah kau memanggil sebutan itu? Jangan kamu pikir aku tidak jeli, Mas! Siapa wanita yang kamu panggil dik itu?" tanyaku dengan tatapan tajam yang siap menguliti lawan bicara.

Tentu tak lupa kupasang wajah garang demi sebuah....

Mas Radit terlihat tergagap. Rupanya pertanyaanku tadi mampu membuat lelaki itu mati kutu. Bahkan pria itu tak mampu menggerakkan kakinya. Diam mematung di tempat. Sungguh, aku suka melihatnya begini.

Lenganku kembali terulur ke bahu lelaki tak tahu diri itu. Tubuhku kembali memutari badan bapaknya Wildan.

"Kenapa bengong begitu? Sadar diri kalau sedang keceplosan? Cepat atau lambat bakal ketahuan, Mas! Tapi, tenang saja aku tak akan marah, kok. Kan diperbolehkan menikah lebih dari satu istri," ucapku tepat di telinganya. Tak lupa kutiup tengkuknya dengan pelan. Sengaja, aku ingin menggodanya sedikit saja demi sebuah misi. Tentu, tanganku kini sudah berpindah posisi, mulai bergerilya.

Aku tak marah kamu menikah lagi, Mas. Hanya saja aku akan membuat perhitungan denganmu, Mas!

Yes, aku berhasil. Kali ini aku kembali berhasil merogoh dompet, dari dalam saku celana belakang milik mas Radit. Segera, aku berlari ke kamar mandi untuk mengamankan dompet tersebut.

"Kembalikan dompetku!" Mas Radit ngedor-ngedor pintu kamar mandi. Tak kuhiraukan. Tangan dan mata ini terus fokus dengan KTP serta STNK mobil. Tak kuhiraukan berapa banyak kartu ATM yang menumpuk di dompet tersebut. Segera, kumasukkan STNK dan KTP itu ke dalam saku gamis yang melekat di badan ini.

Kutarik napas panjang dan membuangnya pelan-pelan. Kupandangi dompet kulit berwarna coklat itu. Ternyata, bukan hanya dompetnya yang ganti, bahkan pemiliknya pun telah pun ikut berubah.

Dulu, Mas Radit membebaskan diriku membuka dompetnya sesuka hati. Walaupun begitu, aku memilih menunggunya mengambilkan uang dari dompet itu. Tak sekalipun aku lancang.

"Lancang kamu! Berani-beraninya membuka dompet suami! Inilah yang tidak aku suka dari kamu. Lancang!" Tatapan tajam ia layangkan padaku yang baru saja membuka pintu kamar mandi di samping ranjang pasien yang ditempati Ibu.

"Aku tidak akan lancang kalau saja langsung kamu serahkan STNK mobilku! Lancang? Kamu bilang aku lancang? Kamu ingat baik-baik, Mas! Pernah aku membuka dompetmu sejak menikah? Pernah? Nggak kan? Baru kali ini, kan? Bahkan di saat kamu masih miskin pun aku akan selalu setia menanti pemberian uang tanpa berani membuka isi dompetmu!

Kenapa kamu segitu marahnya saat kubuka benda ini? Bukankah dahulu kamu membebaskan aku untuk membukanya? Kenapa berubah? Merasa kaya? " Kubalas tatapannya yang masih tajam itu.

Kaki kubawa ke luar dari kamar mandi. Kudorong tubuh lelaki yang menghalangi jalan keluar. Tubuh ini kubalikkan, menghadap lelaki yang tampak menahan geram itu.

"Lupa dari mana asal hartamu? Dari kerja kerasku selama enam tahun di Hongkong, kalau lupa! Aku yakin kamu tetap miskin, seandainya aku tidak rela merantau ke luar negeri! Sekarang kamu mau belagu? Sadar diri, Mas!" Jari telunjuk kuarahkan tepat di mukanya.

Mukanya memerah, tangannya mengepal, giginya terdengar gemeretak. Dadanya terlihat naik turun. Sudah pasti marah karena harga dirinya merasa tercederai.

Terkoyak-koyaklah harga dirimu. Makan tuh sakit hatimu. Sombong sedikit tak apa sepertinya di hadapan lelaki tak tahu diri itu.

"Sombong kamu, Alina!" Telapak tangannya mengudara. Setelah nyaris mendarat di pipiku.

"Kenapa berhenti? Mau pilih pipi yang mana, kiri atau kanan? Biar sekalian aku laporkan dirimu dengan kasus KDRT. Ingin mendekam di balik jeruji besi?" Senyum mengejek tak lupa kupersembahkan untuknya.

"Dompetmu aku kembalikan lagi." Setengah kubanting benda mati itu di atas nakas. Ibu terlihat kaget, mata yang sejak tadi terpejam kini terbuka lebar. Padahal, aku yakin sedari tadi ia sudah bangun. Namun, mungkin tak ingin ikut campur urusan kami.

"Bu, Alina pulang." Kujinjing tas yang sudah dikeluarkan dari laci nakas rumah sakit.

Ibu hanya memberikan respon dengan mengangguk dan mengedipkan matanya yang sudah terlihat berembun itu. Terserah apa yang engkau rasakan, Bu!

Kubawa kaki ini meninggalkan kamar ibu dengan pikiran yang tidak bisa dijabarkan. Sempat ada rasa sesal mengapa aku begitu berani sama suami, tapi sikapnya yang menguji kesabaran membuatku hilang kendali.

Kubawa mobil Xpander membelah jalanan dengan santai, kebetulan jalan sedang lengang. Pikiranku yang sedang kalut tidak memungkinkan untuk ngebut.

Mobil ku belokkan ke arah parkiran masjid yang terletak di pinggir jalan. Kulirik jam yang melingkar di tangan. Sudah setengah dua lewat. Pertengkaran yang menguras emosi dan pikiran membuatku menunda waktu salat Dzuhur.

Nyes! Wajah ini terasa adem setelah tersentuh air Wudhu. Emosi pun sudah mulai mereda.

****

Di rumah, Wildan sedang tidur siang. Aku mulai sibuk mencari BPKB mobil yang disimpan mas Radit. Kubuka setiap tas yang ada. Namun, tak juga aku temukan. Di mana sih? Jangan-jangan ia gadaikan lagi. Dadaku kembali bergemuruh karena spekulasi sendiri.

Ah, sepertinya tidak. Buat apa ia menggadaikan BPKB Mobil? Bukankah uang karet pun telah ia pakai semua. Aku hanya diberi jatah sekian persennya saja.

Kuedarkan pandangan ke sekeliling kamar ini. Mana lagi yang belum aku buka? Aha, laci nakas. Dengan gerakan cepat aku menuju nakas. Sial, di kunci. Apa yang membuat Mas Radit mengunci laci ini? Di mana ia menaruh kuncinya?

Mataku kembali ke tas kecil yang menggantung di balik pintu. Belum sempat aku geledah tadi. Segera, kuambil tas tersebut dan mulai mengeledahnya. Mataku berbinar saat menatap BPKB yang ada di dalamnya. Alhamdulillah, itu kata yang terucap dari bibir ini. Kunci. Ya, ini kunci laci nakas.

Rasa penasaran menuntunku untuk membuka laci tersebut. Dadaku kembali bergemuruh setelah melihat isinya. Untuk siapa ini?

Rasa penasaran menuntunku untuk membuka laci tersebut. Dadaku kembali bergemuruh setelah melihat isinya. Untuk siapa ini?

Yuk baca selengkapnya di aplikasi KBM. Di sana sudah tamat.

Ketik judul: Ketika Istri Mati Rasa

Penulis : Faridha

Klik link di bawah!

https://read.kbm.id/book/detail/c0ab9cb6-bdd3-4c3c-84b2-f20903c152ba

https://m.goodnovel.com/book_info/31000408040/Pernikahan/Ketika-Istri-Mati-Rasa-?shareuser=46456351&ch=apps&channelCode=GNFX00006

#myonething

#takemymoneybrands

#novel

#kbmapp