Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

Membuat Istri Muda Ayahku M^ti Kutu

Membuat Istri Muda Ayahku M^ti Kutu

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

VIDEO
MP4 Original Video Download
PHOTOS
Membuat Istri Muda Ayahku M^ti Kutu JPEG Download

Bab 3

Sekali lagi aku memeriksa laci tempat surat-surat berh-^rga.

"Surat w^si^t Ibu, kok nggak bisa Shella temukan ya Bulik. Biasanya di sini tapi nggak ada. di dalam kamar ini ya. Di mana Ibu menyimpan benda itu?"

Aku mendadak te6-^ng. Takvt surat w^siat Ibu h-il^ng dan j^-tvh ke tangan orang yang salah/k. Surat itu berisikan hal penting terkait rumah ini.

"Loh, kok bisa? Ayo kita cari lagi, Shella. Bulik bantuin kamu."

Bulik Puput segera memb•ngkar bawah kasur, kolong hingga daerah-daerah yang memungkinkan Ibu menyem-8unyikan benda pentingnya. Ia bergerak cepat dan memeriksa dengan teliti.

Aku tak tinggal diam, ikut serta kembali mencari benda tersebut. Kami berdua sama-sama ket^k-vtan benda itu hi-l^ng. Bisa bahaya kalau sampai j^tvh ke tangan Ayah apalagi istri mudanya itu.

"Ndak ada, Nduk!"

Aku mengangguk putus asa. Kami segera didera cemas. Menduga-duga dalam ketidak pastian di mana benda penting itu berada.

"Di mana kira-kira Mbak Likah menyimpannya?" Bulik Puput menggumam sambil sekali lagi membolak-balik baju di lemari pakaian dan mengobrak-abrik laci.

Namun obrolan kami terkait surat wasiat itu terhenti saat Mbok Siti masuk ke kamar. Wanit itu masuk ke kamar Ibu dan menemui kami.

"Bu Puput, Mbak Shella, itu yang ngantar pesenan bakso untuk nanti malam sudah datang."

Aku dan Bulik Puput saling melempar pandangan bingung, sebelum akhirnya sadar bahwa kami memesan makanan untuk orang-orang yang mengaji nanti malam.

"Oh, untuk konsumsi nanti malam ya." Aku yang mencetus duluan.

"Bulik saja yang ambil, Shel. U^-ngnya di mana?" tanya Bulik Puput ambil inisiatif.

"Di atas kulkas ada dompet belanja, Bulik. U-^ngnya Shella simpan di sana."

Bulik Puput menarik tangan Mbok Siti dan mengajaknya keluar kamar Ibu. Sementara aku yang ditinggal sendirian di kamar kembali mencari surat w^siat Ibu.

"Nduk, Ibu titipkan surat w^siat tentang rumah ini dan sedikit h^r-ta peninggalan untuk kamu. Tolong kamu jaga dengan baik. Jangan sampai jat-vh ke tangan orang yang salak."

Terngiang kembali ucapan ibu saat menitipkannya padaku. Ada se$-al dalam diri kenapa waktu itu aku tidak langsung menyimpannya di dalam kamar.

"Shella simpan di laci lemari Ibu saja ya. Takut hilang kalau Shella yang simpan. Ibu tahu Shella ceroboh."

"Simpan di laci dan kamu bawa saja kuncinya, Nduk."

Kunci! Bukankah Ibu memberikan kunci laci lemarinya padaku? Tapi ke mana benda itu? Sekali lagia kubuka lemari tempat Ibu menyimpan baju. Lacinya sudah terbuka dan mapnya tidak ada di dalam sana.

"Kuncinya dijb•l ternyata!" Aku memekik k^-get saat melihat bagian kunci di laci sudah rv-s^k.

Tapi siapa yang melakukannya? Di rumah ini meskipun banyak orang, tapi kan yang berani masuk ke kamar ini cuma aku, ayah dan Mbok Siti untuk bersih-bersih.

"Ayah atau Mbok Siti?" Aku menggumam bingung.

Di tengah kebingungan aku sempat melihat sesuatu menyembul keluar dari sela kolong lemari pakaian Ibu. Benda terlipat kertas yang dibungkus plastik rapi.

"Benda apa ini?" Aku memungut dan memasukkan di dalam kantong. Ada dorongan kuat aku harus menyimpannya hingga suatu saat akan tahu apa itu.

Karena tidak kunjung menemukan yang dicari, aku bergerak keluar kamar untuk menemui Mbok Siti. Wanita itu rupanya sedang bersama Bulik Puput menyiapkan wadah besar untuk bakso dan segera perintilannya.

"Mbok, pernah masuk kamar Ibuku kan? Mbok Siti ada lihat map atau surat-surat nggak di kamar Ibu?"

"Map apa ya, Mbak Shella. Mbak Shella kan tahu saya ndak bisa baca tulis, cuman tahu dv-it doang."

Aku tep-•k jidat mendengar jawaban asisten rumah tanggaku yang l•g• itu. Sampai lupa aku kalau Mbok Siti itu bv-ta huyuf.

"Tapi ada lihat nggak kertas-kertas atau map gitu?" Tidak menyerah terus kucecar Mbok Siti.

Aku sampai mengambil contoh map dan kutunjukkan pada Mbok Siti. Apakah pernah melihat benda seperti itu di kamar orang tuaku?

Namun Mbok Siti menggeleng. Jawaban justru terdengar dari Aqso yang merupakan anak Mbok Siti.

"Bukannya kemarin setelah Nyonya Likah meni-πggal Tuan Burhan membv-^ng banyak kertas-kertas dari kamarnya, Bu? Pak Lik Jarwo kan yang disuruh memb^k^r kertas-kertas itu."

Lancar sekali Aqso bercerita. Bocah berumur sebelas tahun itu lalu menuntunku ke halaman di samping gudang. Ada tong tempat memb^k^r kertas-kertas tidak berguna di sana.

Demi mencari sertipikat dan sur^t waris^n Ibu yang raib, aku sampai mengorek-ngorek tempat itu. Sayangnya hanya serpihan abu yang kutemukan. Apa mungkin semua sudah hangus terbakar jadi abu?

"Nyari apa, Mbak Shella?" Sebuah suara mengagetkan kami.

Rupanya Kang Jarwo yang baru datang entah dari mana. Segera saja kuutarakan apa yang menjadi tujuanku.

"Kertas yang dari Tuan? Belum saya bakar. Itu saya tumpuk dulu di gudang. Nanti sekalian sore mau saya bakar setelah nyapu halaman belakang."

Tanpa banyak bicara lagi pada Kang Jarwo, segera Aku berlari lintang pukang ke dalam gudang. Kucari kertas-kertas yang katanya dari kamar Ibu tersebut.

"Bantu aku cari kertas-kertas itu, So." Aku berkata pada Aqso.

Bocah lelaki itu mengangguk dan cekatan mencari. Sementara Aqso mencari aku beranjak ke tempat Kang Jarwo untuk meminta sesuatu. Tapi kemudian aku merasa kalau ada yang aneh dengan tukang kebun di rumahku tersebut.

===

Novel ini sudah selesai di KBM Apps, bisa dibaca di KBM dengan klik link di bio ya.