Téléchargeur vidéo Lemon8

Le moyen le plus simple de télécharger des vidéos et des galeries à partir de l'application Lemon8

DITALAK SUAMI DINIKAHI KONGLOMERAT

DITALAK SUAMI DINIKAHI KONGLOMERAT

Bureau : cliquez avec le bouton droit de la souris et sélectionnez "Enregistrer le lien sous..." pour télécharger.

PHOTOS
DITALAK SUAMI DINIKAHI KONGLOMERAT JPEG Télécharger

Bab 6 Terusir

Satu tahun sudah Rani menjalani kehidupan rumah tangga yang pincang. Dimana seorang suami yang tidak mau lagi menafkahi anak istrinya, sedangkan ia seorang lelaki pekerja. Dan malah si istri yang mengusahakan nafkah untuk rumah tangga mereka.

Rani sudah kebal dan sudah terbiasa, tidak mendapatkan nafkah lahir dan sekarangpun sudah hampir enam bulan ia juga tidak mendapatkan nafkah bathin. Status istri tapi kehidupan seperti janda, dan itulah yang Rani rasakan selama ini.

Nisa sudah berumur tiga tahun, dan dia sudah mulai minta untuk masuk sekolah seperti teman- temanya.

Sementara Reza, hidupnya sudah seperti anak lajang. Bergaya seperti lajang yang tidak memiliki tanggung jawab memberi nafkah. Apalagi sekarang Reza sudah mampu membeli mobil, sifat sombong dan kasarnya semakin menjadi- jadi pada Rani sang istri.

Makan mau enak, rumah dianggapnya sudah seperti hotel, numpang tidur, numpang mandi dan numpang ganti baju. Tidak mau tau tentang Rani yang banting tulang mencari uang untuk memenuhi biaya rumah tangga.

Kalau Rani mencoba untuk meminta bantuan, Reza hanya menjawab, "aku mau bayar cicilan mobil" atau bertanya "kemana rupanya gajimu, percuma kamu kerja kalau untuk makan saja enggak sanggup." Begitulah ucapan pedas Reza yang selalu Rani terima.

"Wii..sepertinya aku mau ganti pekerjaan lah..!" Ucap Rani mengawali obrolan mereka di sore itu didalam kedai Dewi.

"Di ganti dengan apa..?" Tanya Dewi sambil terus mengunyah jajanan.

"Nisa selalu minta masuk sekolah Wi...papanya..! kamu taulah gimana." Ucap Rani.

"Tuh lah...dulu ditawari kerja tempat bang Ilham, gak mau..?" Ucap Dewi kesal.

"Sekarang aku mau Wi..tolong tanyakan ya? Lagian Nisa sudah besar. Sudah bisa di titipkan."

"Tapi ku hanya lulusan diploma apa bisa masuk ya? Umur pun sudah dua puluh enam, apa masih bisa gak ya?" Tanya Rani dengan nada kurang yakin.

"Tenang kamu..! Kalau untuk kamu aku yakin bang Ilham mau bantu." Jawab Dewi.

"Ponsel kamu perbaiki lah biar mudah untuk menghubungi kamu..!" Ucap Dewi lagi.

"Iya, nanti teman kan aku ya untuk memperbaikinya..! Jawab Rani sambil tersenyum.

"Oke..! Nanti sore pergi kita ya...? Sekalian jalan- jalan makan bakso, sudah lama kita gak mukbang...!" Ajak Dewi antusias.

"Shiip....temanmu ini sudah ada uang....!" Jawab Rani dengan gaya sombong candanya. Keduanya terkekeh geli sendiri.

Sekitar jam empat sore kedua sahabat itu pergi ke kota dengan mengendarai sepeda motor dan tidak lupa membawa Ica gadis kecilnya Rani.

Setelah selesai meninggalkan ponsel Rani di salah satu counter perbaikan ponsel, Dewi Rani dan Ica putrinya gegas mencari warung bakso yang sedang ngetren.

Bakso larva yang selalu lewat diberanda ponsel Dewi, yang selalu membuatnya ngiler.

"Kita pergi kejalan pahlawan ya Ran..?" Ajak Dewi sambil tetap membawa sepeda motornya dengan hati- hati, sementara Rani dan Nisa duduk anteng di belakangnya.

"Iya...! Kami ikut saja." Jawab Rani pelan. Ada rasa plong dan lega di hati saat ia bisa keluar rumah seperti ini, padahal bukannya pergi piknik atau liburan seperti Reza suaminya. Tapi hatinya agak terobati dari yang namanya kesepian.

Sambil mengendarai sepeda motor dengan kelajuan sedang, Dewi dan Rani terus bercerita dan bercanda kecil, melupakan sejenak urusan rumah tangga yang tidak akan pernah ada akhir.

"Ran....itu suamimu kan?" Tanya Dewi sambil menunjuk kearah sisi kanan tempat sepeda motor berhenti dibawah lampu merah.

Sementara posisi motor Dewi tepat di jalur tengah, karena posisi ia yang akan jalan lurus.

Rani buru- buru melihat arah tunjuk Dewi.

"Iya...itu mas Reza, aku tanda dengan baju yang ia pakai, helm dan motornya juga punya dia. Siapa perempuan itu ya Wii...?" Tanya Rani yang sangat penasaran.

"Kita ikuti atau gimana...?" desak Dewi.

"Gak usah lah aku takut..!" Jawab Rani bersamaan lampu hijau dan klekson mobil yang sudah berbunyi.

Akhirnya Dewi dan Rani tidak dapat melihat Reza untuk selanjutan nya, karena arah jalur jalan yang berbeda.

"Kenapa tadi enggak mau ngikuti Ran..? Takut kenapa rupanya kamu..?" Tanya Dewi disela- sela mereka menikmati bakso larva yang terkenal lezat.

"Aku takut melihat sesuatu yang menyakitkan Wii..!" Jawab Rani polos.

Dewi diam tak lagi memberi komentar pada sahabatnya yang selalu disakiti sang suami dan selalu saja mengalah itu.

"Ya sudah...kamu gak usah banyak fikiran, semoga kita sehat- sehat selalu. Ingat jangan banyak fikiran, karena sumber dari segala macam penyakit adalah banyaknya fikiran." Nasehat Dewi setelah ia selesai menghabiskan semangkok bakso larva dan segelas juice pokat.

"Iya Wii...! Makasih ya," jawab Rani dengan tersenyum hangat.

***

"Ran...ada uangmu? Pinjam dulu mas lima ratus ribu, nanti gajian mas bayar." Ucap Reza tiba-tiba saat Rani baru selesai shalat isya.

Rani menatap raut wajah suaminya sekilas, sebelum menjawab dengan menghela nafas pelan.

"Uangku dari mana mas...? Hasil kerjaku untuk biaya makan dan keperluan semua." Jawab Rani lembut.

"Eellllehhh...untuk makan berapa lah..! Kamu bukannya pernah masak enak. Percuma setiap hari gosokan pakaian orang banyak disini." Tuding Reza.

"Uangku gak ada mas..?" Ucap Rani lembut sambil melipat sajadah shalatnya.

"Jangan lagi menyetrika dirumah ini kalau uangmu juga enggak ada..?" Bentak Reza sambil lalu meninggalkan Rani.

Rani membawa keranjang pakaian kotor suaminya menuju dapur, dan omelan- omelan kecil masih Rani dengar dari mulut suaminya yang sedang memeriksa menu masakan Rani yang ada di makan dan seperti biasa tertutup oleh tudung saji.

Seperti biasa sebelum memasukkan pakaian kotor Reza kedalam mesin cuci, Rani selalu memeriksanya terlebih dahulu.

"Ini bekas apa mas...?" Tanya Rani lembut saat melihat bekas lipstik di pundak sang suami untuk yang kesekian kalinya.

"Bekas apa memangnya...?" Tanya nya balik

"Bekas lipstik..!" Jawab Rani pelan.

Reza bangkit dari duduknya, dan mengambil kemeja kotornya yang ada di tangan sang istri.

"Entah lipstik siapa itu yang lengket..!" Jawabnya asal sambil memasukkan kemejanya kedalam mesin cuci.

"Aku sudah lebih tiga kali melihatnya." Ucap Rani kembali

"Terus kamu mau apa kalau sampai sepuluh kali." Bentak Reza.

"Mas...! Sebenarnya mau apa dari pernikahan ini...?" Tanya Rani tiba-tiba dengan keberanian sambil mendekati Reza yang kembali duduk di meja makan.

"Aku mau bebas." Jawab Reza asal.

"Bebaskanlah aku sekarang juga." Pinta Rani serius, entah setan apa yang telah mengambil rasa kesabarannya selama ini.

"Ooohhh....mantap. sudah pandai jadi istri durhaka kamu ya..?" Ucap Reza tak terima.

"Mau bagaimana lagi aku sabar menghadapi mu mas...? Sedikitpun tidak ada rasa tanggung jawabmu pada kami. Mas...fikir sendiri apa pantas mas disebut seorang ayah atau seorang suami...!" Omel Rani dengan tegas tanpa sedikitpun terdengar isakan.

"OOO..jadi ceritanya ini kamu mau membangkit. Sekarang seperti ini saja. Sanggup kau tinggal disini, silahkan kau tinggal...! Tapi kalau gak sanggup dan banyak protes. Silahkan keluar...!" Bentak Reza dengan mata melotot.

Judul Ditalak Suami Dinikahi Konglomerat

Penulis mayamaharani3f

Baca selengkapnya hanya di KBM apk

https://read.kbm.id/book/detail/d88bf61b-71bf-4b1b-a4de-64d4d3cb0f25?af=0fcbac5a-dbf8-de07-beb9-be564ce95f5e

#Lemon8Leaderboard