Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

IKATAN HATI YANG TERLARANG (3)

IKATAN HATI YANG TERLARANG (3)

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
IKATAN HATI YANG TERLARANG (3) JPEG Download

CANGGUNG

________

Mario berusaha menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jiwanya yang bergolak. Begitu juga dengan Alyssa yang bernapas lega karena sudah terbebas dari kerumunan yang menyesakkan hatinya juga karena posisi dirinya dan Mario.

“Itu Ziya,” ucap Mario pada Alyssa dengan pandangan mata ke arah dimana ada gadis kecil di pangkuan seorang wanita muda duduk di kursi depan kamar pasien.

Mario setengah berlari diikuti Alyssa menghampiri Ziya.

“Ziya, Bi Susi,” sapa Mario dengan napas terengah.

“Papa,” seru Ziya langsung turun dari pangkuan wanita bernama Bi Susi tersebut dan menghamburkan tubuhnya pada sang Ayah.

“Papa, Eyang Pah, tadi Eyang jatuh dan pingsan, Ziya takut,” rengek Ziya mengadu.

“Iya, sayang, gak papa. Eyang pasti sembuh.” Mario berusaha menenangkan putrinya.

“Bi Susi, gimana sekarang kondisi Mama? Dimana Mang Rohim?” tanya Mario khawatir, tatapan matanya mengarah beralih pada Bi Susi menuntut jawaban

“Bu Rianti sekarang lagi istirahat, tadi sudah ditangani dokter, beliau hanya terlalu stress, Pak, makanya sampai jatuh pingsan tadi di rumah,” terang Bi Susi.

Mario menghela napas dalam terdiam, teringat pertengkaran dirinya dengan sang ibu tadi pagi. Sepertinya Ibu Mario stress memikirkan dirinya yang masih betah menduda dan selalu menolak untuk dikenalkan wanita dari anak kenalannya atau teman-temannya.

“Kalau Mang Rohim tadi keluar dulu,” lanjut Bi Susi.

Mang Rohim adalah supir keluarga Mario yang sudah begitu dekat dengan keluarga, karena sudah bertahun-tahun bekerja dengannya dari sejak dia masih sekolah.

“Kalau gitu, saya masuk dulu mau lihat kondisi Mama, Bi.”

Bi Susi mengangguk mempersilakan. Sebelum masuk, Ziya baru menyadari kehadiran Alyssa, dia tampak antusias langsung turun dari pangkuan Mario dan menghampiri Alyssa.

“Tante Alyssa,” seru Ziya dan mereka langsung berpelukan melepas rindu.

“Apa kabar, sayang?” Alyssa mengusap kepala Ziya lembut, menatapnya penuh sayang. Ziya menyalami tangan halus Alyssa.

“Aku baik, Tante. Tante sendiri apa kabar? Kenapa baru temui Ziya lagi?”

“Maaf, sayang, Tante sibuk kerja, jadi belum sempat nemuin Ziya lagi,” jawab Alyssa tersenyum, sekilas dia melirik ke arah Mario yang sedang memperhatikannya hingga dia mendadak salah tingkah dan membuang pandangan ke arah lain.

“Tante seperti Papah aja, sibuk kerja terus, sampai gak ada waktu buat Ziya,” ucap Ziya manja.

Alyssa hanya tersenyum tidak lagi menanggapi ucapan Ziya. Mereka langsung masuk ke dalam menemui Ibu Mario setelah menyapa dan tersenyum pada Bi Susi.

Di dalam terlihat wanita paruh baya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan selang infus yang terpasang di tangannya.

“Mama.” Mario dengan cepat mendekat ke arah ibunya.

“Ko bisa begini si, Ma, apa yang terjadi?” Mario begitu cemas menatap sedih sang ibu.

“Mama pikir kamu sudah gak peduli lagi sama Mama,” jawab wanita bernama Rianti itu dengan suara lemah.

“Mama ngomong apa sih? Bagaimana mungkin aku tidak peduli sama Mama?”

“Buktinya kamu pergi begitu saja tadi pagi, dan tidak mempedulikan Mama,” keluh Rianti dengan nada sedih.

Alyssa yang mendengar itu merasa tak enak hati. Dia pun berdeham mendekat, barulah Rianti menyadari keberadaan Alyssa.

Rianti menoleh, “Alyssa,” sapanya merasa terkejut dengan suara lemah.

“Iya, Bu. Maaf.” Alyssa langsung meraih tangan Rianti dan menyalaminya.

“Kenapa gak bilang-bilang kalau kamu datang sama Alyssa?” tegur Rianti pada Mario.

Mario mendesah kasar, bagaimana dia mau bicara, dateng-dateng ibunya langsung ngambek seperti itu, pikir Mario.

“Aam, Bu. Semoga cepat sembuh ya, aku diajak Mario kesini mendadak, jadi aku tidak sempat bawa apa-apa untuk ibu,” ucap Alyssa mengalihkan perhatian.

“Gak usah repot-repot, kamu datang menemui ibu saja, ibu sudah senang. Kamu semakin cantik saja, sudah lama kamu gak main ke rumah,” puji Rianti membuat Alyssa malu, apalagi di depan Mario, mendadak dirinya jadi salah tingkah.

“Terima kasih, Bu. Maafin aku, Bu. Akhir-akhir ini aku memang lagi sibuk, banyak sekali pekerjaan,” jawab Alyssa jujur apa adanya.

“Ya, pasti Mario sudah membuat kamu sibuk terus sampai bekerja keras. Jangan sampai kamu nanti kurang waktu buat keluarga, Alyssa.” Rianti menoleh ke arah Mario, dia sengaja menyindir putranya.

“Mama.” Mario terlihat tidak nyaman.

“Aah, nggak ko, Bu. Ini memang sudah pekerjaan aku, risiko. Semua juga kan demi kemajuan perusahaan. Mario sebagai CEO dan aku sebagai sekretaris pribadinya memang sudah berkewajiban memberikan yang terbaik untuk perusahaan. InsyaAllah waktu untuk keluarga tetap cukup. Kalau sudah di rumah ya waktunya buat keluarga.” Alyssa tersenyum manis menanggapi.

“Ya syukurlah, tapi Mario, walaupun sudah di rumah, kerjaan selalu dibawa dan mengabaikan keluarganya, bukankah itu tidak baik, Alyssa? Terus gimana waktu untuk keluarga?”

“Mama, sudahlah! Kenapa harus membicarakan ini. Mama kan lagi sakit,” tegur Mario yang sudah merasa jengah dengan pembahasan soal dirinya.

Alyssa pun tersenyum, dia juga merasa kurang nyaman sebenarnya membicarakan hal itu depan Mario.

“Coba saja kamu sudah menikah lagi punya istri, kamu pasti gak akan seperti ini, gila kerja! Hanya kerjaan saja yang ada di otak kamu. Bagaimana kamu mau dapatkan ibu baru untuk Ziya,” celetuk Rianti kembali mengungkit pembahasan tadi pagi.

“Ma, cukup! Saat ini aku sedang tidak mau membahas ini dan berdebat dengan Mama. Mama kan lagi sakit, aku kesini ingin melihat kondisi Mama.”

“Mama seperti ini juga kan gara-gara kamu, Mario. Kalau bukan karena Mama stress memikirkan kamu, mungkin Mama gak akan seperti ini.”

“Astaga, Mam, ko ngomongnya gitu sih? Ada Alyssa loh? Gak enak.”

“Biarin, biar Alyssa tahu, barangkali nanti dia mau bantu Mama carikan calon istri baru buat kamu.”

Mario mendesah kasar, tidak habis pikir dengan Ibunya itu yang selalu asal bicara.

“Terserah Mama. Aku lagi gak mau berdebat. Aku gak mau kondisi Mama malah semakin drop. Mama harus sehat dan cepat pulang!”

Rianti mengabaikan tidak peduli putranya mengeluh.

“Coba saja Alyssa belum punya suami, Mama pasti akan jodohkan Alyssa dengan kamu. Mama pasti bahagia banget punya menantu cantik solehah seperti Alyssa.”

Alyssa dan Mario mendadak tersedak mendengar ucapan Rianti. Keduanya saling pandang dan merasa gugup. Wajah Alyssa berubah memanas seperti udang rebus saat ini. Dia benar-benar merasa malu di depan Mario, begitu juga dengan Mario sendiri yang sejujurnya jantungnya menghangat seketika, dia sendiri pun berharap seperti itu sebelumnya.

***

“Mama saja sampai punya pikiran yang sama denganku, dia menyukaimu,” ucap Mario memecah keheningan antara mereka di mobil dalam perjalanan menuju sebuah pusat perbelanjaan bersama Ziya, gadis itu merengek meminta jalan-jalan lagi bersama mereka untuk melepas rindu.

“Mario, please, jangan ngomongin itu!” ketus Alyssa tak nyaman menatap kesal Mario, namun lelaki itu tampak suka melihat wajah Alyssa yang cemberut seperti itu.

Ziya yang sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapan orang dewasa tersebut membuka suara, “Tante Alyssa, emang kenapa tante gak bisa jadi mama barunya Ziya?”

Sontak Alyssa dan Mario terkejut saling bersitatap dan sekilas menoleh ke belakang di mana Ziya duduk.

Mario kemudian malah tertawa mendengar ucapan Ziya, lain halnya dengan Alyssa yang tampak kesal menatap Mario yang malah tertawa.

“Mario, berhenti gak? Gak lucu tahu!” decak Alyssa.

“Maaf.” Mario berusaha menghentikan tawanya.

“Papa kenapa sih, ko malah ketawa, aneh!” celetuk Ziya merasa bingung dengan nada polosnya.

“Nggak papa, sayang. Papa cuman kasian sama Tante Alyssa, bingung jawab pertanyaan kamu itu,” jawab Mario yang terkekeh menatap Alyssa.

“Mario!” pekik Alyssa semakin kesal menepuk bahunya pelan lalu menoleh ke arah Ziya, “Sayang, maaf ya, bukannya begitu, tapi, tanteu Alyssa sudah menikah, jadi gak mungkin kalau nikah sama Papa Mario,” ucap Alyssa memberi pengertian.

“Tapi kan, aku gak minta tante buat nikah sama Papa, aku hanya minta Tante jadi Mamanya Ziya,” sahut Ziya dengan polosnya, membuat Alyssa terdiam begitu juga Mario yang terkekeh.

Alyssa menelan salivanya susah payah, merasa malu.

***

Next....