Descargador de videos Lemon8

La forma más fácil de descargar videos y galerías desde la aplicación Lemon8

Edisi Cerita Lici - |Episode #1|

Edisi Cerita Lici - |Episode #1|

Escritorio: haga clic con el botón derecho y seleccione "Guardar enlace como..." para descargar.

PHOTOS
Edisi Cerita Lici - |Episode #1| JPEG Descargar
Edisi Cerita Lici - |Episode #1| JPEG Descargar

-Pasar Malam-

#CagajeD

Sekarang adalah malam minggu, seperti biasanya, aku tak punya rencana apapun dengan orang lain jadi aku menon-aktifkan HP, lalu aku memutuskan untuk lanjut membaca novel yang kubaca sore tadi, novel  berjudul ‘Elantris’ karya dari penulis Brandon Sanderson, sebuah novel fantasi berbau theological yang punya 544 halaman. Tiba saat pikiranku mulai membayangkan imajinasi penulis yang sedang menjelaskan keberhasilan sang tokoh utama, Raoden, ketika dirinya berhasil menemukan formula lengkap sehingga Aon itu berhasil menciptakan sihir ilusi, yang membuat Raoden berani keluar dari benteng Elantris menuju Kerajaan Arelon untuk menemui Sarene dkk. Aku berhenti membaca ketika mendengar suara pintu kamarku terbuka dan aku bisa langsung menebak kalau dia adalah Bilal. 

Aku menoleh padanya, “Apa?” Kataku.

“Kaka mau ikut ke pasar malem di Merden ngga? Kalau iya, sekarang siap-siap, bentar lagi Mas Ari kesini.” Aku diam sambil menimbang mau ikut atau tidak.

“Kaka?” Bilal memanggil, tak sabar ketika aku tak juga merespon.

“Ikut” kataku sambil menyingkap selimut lalu berdiri. 

Dingin. Yah, malam ini hawa terasa dingin, sampai aku putuskan untuk memakai kaus kaki padahal aku sudah membungkus badanku dengan bedcover yang lebih tebal daripada selimut biasa, tapi tetap saja kaki ku merasa dingin. Itu juga yang membuatku ragu, untuk ikut atau tidak. Lima belas menit kemudian terdengar klakson mobil dari depan rumahku, namun aku yang sedikit ogah-ogahan untuk keluar malam ini, sengaja memperlambat gerakan ku memakai hijab, hingga terdengar bunyi klakson mobil lagi disertai teriakan Bilal. 

“Kakaa..” 

Aku segera keluar dan berteriak “Sabarr” 

Lima belas menit berlalu, kita sampai ke tempat tujuan. Aku segera turun dari mobil, begitu kakiku menapak tanah aku langsung membuka masker lalu menghirup udara dan menghembuskannya dengan kasar. Kebiasaan yang selalu aku lakukan ketika turun dari mobilnya Mas Ari, karena hidungku benar-benar sangat tidak bisa menerima parfum yang dipakai mobil itu, sangat membuatku mual padahal Cuma lima belas menit didalam tapi berasa berpuluh-puluh menit. Aku juga masih sedikit trauma dengan bau itu karena kejadian waktu itu, ketika kita liburan ke Dieng, aku sampai mengeluarkan pelangi tiga kali saking tak kuatnya menahan bau mobil itu gara-gara aku tidak pakai masker didalam mobil, otomatis segala bau yang masuk kehidungku membuat ku mual tak tertahankan.

Aku berjalan menuju pintu masuk area pasar malam yang diadakan di tanah lapang berumput hijau, mungkin karena ini malam minggu, area pasar malam terlihat penuh sesak akibatnya ada antrian di arus keluar-masuk area. Begitu masuk ke area utama aku langsung disambut bunyi terompet atau apapun itu khas bunyi kapal yang akan berlayar, aku refleks menekan kedua telingaku. Bunyi-bunyian campuran dari musik di tiap arena, musik dari para pedagang dan suara dari pengunjung pasar malam bersatu padu menyerang gendang telingaku, menguatkan alasan pada sisi lain yang aku tidak suka dari pasar malam: suara keramaian yang berlebihan menurut standar kenyamanan telingaku. aku berusaha menahan semua penderitaan telingaku dan mulai fokus pada penglihatanku.

Aku membenarkan posisi kaca mataku, menajamkan penglihatanku agar aku bisa membaca judul pada tiap stand jajanan di sekeliling arena bermain. Yah, alasan terkuatku yang mampu mengalahkan mager dan dingin adalah Jajanan. Sisi lain yang aku suka dari pasar malam adalah adanya berbagai macam jajanan yang dijual di area itu. Selesai membeli beberapa camilan aku menepi ke belakang arena untuk mencari tempat duduk yang nyaman agar aku bisa menikmati camilan yang ku beli, juga untuk mengurangi efek campuran berbagai suara yang serasa mendobrak gendang telingaku.

Sembari memakan camilan, aku disuguhi pemandangan yang sudah lama tak kulihat yaitu, berbagai model pasangan abege dan gerombolan abege yang  sedang malam mingguan disini. Kutaksir usia mereka adalah usia anak SMP hingga SMA. Mendadak aku flashback ke ingatanku di masa itu. Membuatku mengasihani diriku sendiri. Karena tak banyak ingatan ku yang berkesan di masa itu. Hingga ku berandai-andai, apa jadinya aku sekarang kalau dulu aku menjadi seperti para abege yang kulihat didepan mataku itu.

Pada masa SMA, sebagian besar waktuku - kuhabiskan hanya untuk sekolah. Bangun lebih pagi untuk belajar atau mengerjakan tugas. Pagi hingga siang disekolah, pulang sekolah pun terkadang masih disekolah karena ikut extrakulikuler atau ada latihan ketika disuruh untuk ikut lomba. Hampir tiap hari aku pulang sekolah ketika waktu menuju sore hari. Sore hari sehabis sholat Ashar aku biasanya belajar lagi sampai adzan maghrib. Yah, dalam sehari aku belajar dua kali, diwaktu pagi dan sore hari, malamnya aku habiskan untuk bersantai entah itu main ke tempat Ela, Ke-warnet, baca novel atau main HP, aku hampir tak pernah menonton TV, karena aku memang ngga begitu suka. Di hari libur aku habiskan untuk membaca novel, bersepeda, ke-warnet atau main ke rumah Ela. Tak heran jika aku sangat tidak tahu apa-apa mengenai bagaimana dan kemana biasanya anak sekolah ‘normal’ lainya bersenang-senang melepas stress. Karena saat itu healing-ku Cuma aku lampiaskan dengan membaca novel, ke-warnet atau main kerumah Ela. Benar-benar khas anak rumahan. Pergi keluar zona nyaman (rumah) hanya ketika ada pasar malam atau ingin beli jajan di tempat yang jauh, itu juga kulakukan hanya dengan keluarga, Ela dan beberapa temanku lainnya. Dan yah, se-kuper itu diriku.

Habisnya jajanan yang ku makan membuyarkan Ingatan masalalu-ku, seketika aku menyadari kalau aku terpisah dengan mereka yang mengajakku kesini. Lalu aku putuskan untuk berdiri dan mencari mereka. Dan ternyata mereka sudah berkumpul di parkiran. Setelah lengkap, kami memutuskan untuk pulang, karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.17 malam. 

Malam minggu yang dingin,

23 Juli 2022 at 11.25 PM

#SchoolDays #lemon8indonesia #lemoncampaign #smp #sma #Diary #Bersyukur #malamminggu #ceritaku