Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

Urban legend (cerita nyata) dari BORNEO

Urban legend (cerita nyata) dari BORNEO

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
Urban legend (cerita nyata) dari BORNEO JPEG Download

APA YANG IBUKU RAHASIAKAN?

---

(Pov Harto)

Sudah beberapa bulan ini aku menikah dengan seorang gadis yang berasal dari ibu kota tempatku tinggal. Sedangkan aku hanya seorang pria desa yang beruntung bisa mendapatkannya.

Pekerjaanku di desa, mengharuskan aku untuk tetap tinggal di sini. Sebenarnya aku memang berniat mengajak istri tinggal di rumah orang tuaku, karena selain tidak berjauhan, jarak antara rumah ibu dan tempatku bekerja juga dekat. Namun niat itu segera aku urungkan saat aku mendengar desas-desus kabar tidak mengenakan tentang ibu. Wanita yang sudah berjuang bertaruh nyawa untukku-- anaknya.

Dari kabar yang beredar, orang-orang menyebutku salah satu penganut ilmu hitam. Sebuah ilmu yang bisa membuat ibuku cantik seperti ini. Walaupun usianya sudah memasuki kepala enam, tapi ibu masih terlihat seperti wanita berusia tiga puluh tahunan. Aku tidak pernah membuktikannya secara langsung. Tapi, saat mengingat hal itu, membuatku sedikit membenarkan kabar miring tentang ibu.

Sekuat apapun aku melarang istriku, tapi keinginannya jauh lebih kuat lagi untuk ikut tinggal. Aku tidak mungkin menceritakan secara detail masalah yang aku hadapi. Mengingat ini semua berkaitan dengan ibuku sendiri. Jika aku menceritakannya sekarang, aku tidak yakin jika Nana akan mau bertahan. Sedang pernikahan ini baru beberapa bulan berlangsung. Aku takut kehilangannya.

"Har, istri kamu h a mil?"

Itu pertanyaan yang keluar dari mulut ibu, saat ia berpapasan dengan Nana. Entah, ibu memang mengetahui ciri-ciri ibu hamil, atau karena insting ib-lis yang ada di dalam tubuhnya? Entahlah, aku masih belum bisa membuktikannya. Tapi hati kecilku mengatakan itu.

"Aku tidak tau, Bu," jawabku singkat, karena memang aku tidak tau.

Tak mau banyak berinteraksi dengan ibu, aku gegas melangkah menuju kamarku. Jujur saja, setelah ibu sembuh dari sakitnya tujuh tahun yang lalu, sikap ibu semakin aneh. Pandangan matanya jadi liar, seperti hewan yang sedang mengintai buruannya. Bukan aku bermaksud menyamakan ibuku dengan hewan. Tapi, begitulah adanya.

Di dalam kamar, aku menatap dalam Nana yang saat itu sedang tidur siang. Pikiranku jadi tak karuan. Kata-kata ibu yang menyebut Nana sedang hamil, terus terngiang-ngiang di telingaku.

"Yank, bangun sebentar!"

Dengan lembut aku membangunkan Nana. Memang belakangan ini Nana lebih sering tidur. Tapi aku hanya berpikir biasa saja. Mungkin Nana sedang kelelahan. Tidak pernah terlintas dalam benakku, jika Nana akan hamil secepat ini.

"Emh, ada apa, Yank?" tanya Nana, suaranya terdengar serak, suara khas orang bangun tidur.

"Kita ke bidan, yuk!" Ajakku, otak ini sambil terus berpikir alasan yang pas jika Nana bertanya nanti.

"Untuk apa? Aku tidak sakit," sahut Nana bingung.

Di desa tempatku tinggal letaknya lumayan jauh dari kota. Hanya ada bidan desa di sini. Semua penduduk di desa ini hanya mengandalkan bidan desa itu untuk mengobati semua keluhan kesehatan. Karena mereka anggap, bidan itu sama dengan dokter. Sama-sama mengetahui kesehatan. Padahal fungsi mereka berbeda.

"Aku mau cek kesehatan kita. Entah kenapa, aku ingin sekali punya anak, Yank," ujarku beralasan.

Nana menautkan kedua alisnya. Mungkin ia merasa bingung mencerna kata-kataku.

"Kamu yakin, Mas? Kamu sedang tidak bercanda kan?"

"Tidak, a-aku serius, Yank. Kamu mau kan?" tanyaku.

Nana tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya ia mengangguk.

Dan benar saja, setelah kami pulang dari bidan desa. Nana dinyatakan ha-mil. Nana tentu saja bahagia atas kabar itu. Ia sampai ingin berlari menceritakan ini pada ibu. Tapi aku dengan cepat melarangnya.

"Biar aku yang beritahu nanti! Aku mohon, kamu jangan bilang ke ibu dulu! Ingat, kalau aku kerja nanti, kamu di kamar saja! Jangan dekat-dekat dengan ibu! Jangan sampai ibu menyentuh bagian tu-buhmu, apalagi bagian pe-rut kamu!" Pesanku.

Mendapat pesan seperti itu, tentu saja Nana bingung. Ia terus menanyakan alasanku. Tapi aku selalu berkelit, aku tidak mungkin menceritakannya sekarang.

Semua yang ibu katakan ada benarnya. Tapi, dari mana ibu tau, kalau Nana ha-mil? Aku yang suaminya saja baru tau, saat pulang dari bidan. Ibu bukanlah seorang tim kesehatan atau orang yang paham dengan kesehatan dan keha-milan.

---

Di tempat kerja, aku terus saja merasa gelisah. Pasalnya Nana hanya berdua dengan ibu di rumah. Aku takut terjadi apa-apa dengan istri dan calon anakku. Jika ada yang mengatakan aku adalah suami yang bo-doh, aku akui, aku memang bo-doh. Aku tidak bisa menentang keinginan istriku. Tapi aku sudah berulang kali mengajak Nana kembali ke kota, tapi Nana selalu saja menolaknya dengan keras.

Sampai pada akhirnya, sebuah panggilan telepon masuk. Di layar ponselku ada nama Nana yang tertera. Tak mau membuang waktu, aku segera menekan tombol hijau.

Nana menceritakan semuanya padaku. Tentang perutnya yang sakit. Sampai pada saat ibu ingin menyentuh perutnya. Jujur aku takut sekali. Aku takut Nana kenapa-napa.

Saat jam pulang kerja, aku bergegas pulang mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi. Tujuanku hanya satu, ingin cepat-cepat sampai ke rumah.

Benar dugaanku. Ibu yang dulunya terkesan cuek dan sering di kamar. Kini malah sering membututi istriku saat mengetahui Nana hamil. Entah, apa tujuan ibu? Motorku berhenti tepat di bawah pohon mangga. Aku langsung berlari saat melihat ibu duduk berdua dengan Nana di teras rumah.

Aku datang tepat waktu. Nana sudah merasa gelisah berdekatan dengan ibu. Entah, Nana merasakan sesuatu, atau karena mengingat pesanku.

Saat melihat kedatanganku, wajah ibu yang tadinya mengembangkan senyum mendadak sirna. Kilat matanya nampak sekali memancarkan ketidaksukaan saat melihatku datang. Aku sampai bergidik ngeri melihatnya. Apalagi saat senyum ibu mengembang. Bukan senyum biasa, lebih tepatnya seperti sedang menyeringai menatapku.

Ini bukan senyum ibuku. Namun, sebisa mungkin aku menahan diri. Aku harus membuktikannya sendiri. Aku tidak mau terlalu jauh berburuk sangka dengan ibu sendiri.

Nana menanyakan, kenapa aku tidak memberitahu ibu soal kehamilannya. Kali ini aku terpaksa berbohong lagi. Bagaimana mau memberitahu ibu? Sedang aku saja tau dirinya ha-mil dari ibu. Ibu lebih mengetahui semuanya dibandingkan aku.

Keyakinanku semakin menjadi-jadi saat aku dan Nana berada di sumur dekat kamar kecil. Kamar kecil yang selalu membuatku melarang Nana masuk.

Kamar kecil itu dibangun karena saran dariku yang sering kesusahan kalau ingin buang hajat saat cuaca hujan.

Tapi, ternyata aku salah. Kamar kecil itu tidak berfungsi seperti fungsi pada umumnya. Jauh sebelum Nana datang, kamar kecil itu sering sekali aku bersihkan. Tapi, setelah ibu keluar dari ruangan itu, bau wangi dari ruangan itu berubah jadi bau any-ir. Entah, apa yang ibu lakukan di dalam sana? Jika aku bertanya, ibu hanya membalasku dengan senyuman yang menurutku aneh dan mengerikan.

---

Novel berjudul 'RAHASIA IBU MERTUAKU' By LiaScorpio (Sudah TAMAT)

Cerita nyata dari pedalaman tanah Borneo yang terjadi di tahun 2011 silam. (Urban legend/horor). Novel ini sudah tamat di KBM App.

@Lemon8_ID #kbm app