Lemon8 Загрузчик видео

Самый простой способ скачать видео и галерею из приложения Lemon8

Aku Bukan Babumu_4

Aku Bukan Babumu_4

Компьютер: щелкните правой кнопкой мыши и выберите "Сохранить ссылку как..." для загрузки.

PHOTOS
Aku Bukan Babumu_4 JPEG Скачать

Aku Bukan Babumu_4

By Lesta Vi

"Maaf, ini siapa?" Ilham mengernyitkan keningnya saat seorang wanita menghubunginya lewat sambungan telfon.

"Mas, Bagas nya ada?" tanya wanita yang tidak ada namanya sama sekali diponsel Ilham.

"Mas, Bagas?" seketika Ilham mematikan ponselnya saat ia melihat Riana lewat dari ruang tengah.

"Kenapa ada wanita yang mencari Mas Bagas? anehnya kenapa lewat nomorku?" batin Ilham.

Ia sama sekali tidak pernah tau siapa wanita yang tengah menghubunginya tadi. Bagas meminjam ponselnya pun, ia tidak tau untuk apa.

"Mbak, tolong beri makan Rima dong. Aku masih asik nih," ucap Veny kepada Riana.

"Mbak lagi sibuk Ven, banyak orderan yang harus Mbak rekap," jawab Riana yang memang masih sibuk memeking pesanan langganan nya.

"Aduh, emang sepenting itu ya? lebih penting perut anakku! bagaimana sih?" Veny sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Kenapa tidak kamu saja? kamu malah asik dengan ponsel barumu, sementara anakmu sudah jam segini belum juga makan," ujar Riana lagi.

"Kamu ngapain sejak tadi? ngasih makan anak saja kamu menyuruh Mbak Riana. Kerjamu hanya sibuk dengan ponsel barumu saja, kamu liat Rima itu, makan saja belum!" tiba-tiba Ilham datang dan bersungut terhadap Veny.

"Ibu-ibu lain itu, jam lima anak sudah mandi, dan makan. Sementara kamu? Rima jam segini saja belum kamu mandikan!" tambahnya lagi.

"Jangan kamu samakan aku dengan wanita lain! kalau kamu mau wanita yang seperti itu, silahkbn cari!" jawab Veny lantang.

Tanpa memikirkan harga diri Ilham, ia membantah ucapan Ilham sang suami dihadapan Mbak Iparnya sendiri.

Bukan nya segera memandikan Rima sang anak, Veny malah mar@h-mar@h tidak jelas, terhadap Ilham suaminya.

"Astaghfirullah, sabar-sabarkan aku ya allah," lirih Riana mengucap.

Malam itu tidak sengaja Riana memergoki Bagas tengah berbicara dengan Ilham. Mereka tampak berbicara serius diteras samping rumah.

"Ngapain, Mas Bagas malam-malam begini? kenapa mesti bicara diluar? kenapa tidak didalam saja?" batin Riana heran.

"Kalau ada perempuan menghubungimu, bilang saja malam," ucap Bagas kepada Ilham.

Raut wajah Ilhhm masih tampak kebingungan, ia tidak mengerti apa yang dimaksut iparnya itu. "Maksutnya bagaimana, Mas?" tanya Ilham belum paham.

"Pokonya kalau sampai ada perempuan menelponmu, bilang saja aku hanya bisa bicara kalau malam hari. Dia itu temanku, aku sengaja meminjam posnelmu untuk bisa berkomunkkasi dengan nya. Aku hanya tidak mau Riana curiga, dan berpikiran aneh-aneh," ulang Bgas lagi.

Bukan nya paham dengan ucapan Bagas, Ilham malah semakin dibuat bingung. Ia malah merasa aneh, dengan sikap iparnya itu.

"Kamu jangan bilang-bilang Mbak mu ya? dia pasti mar@h nanti," tambah Bagas lagi.

Sementara Riana masih merasa aneh dengan perbincangan suaminya, dan iparnya itu. Entah apa yang tengah mereka bicarakan, Riana tidak bisa mendengarnya.

"Aku pinjam ponselmu lagi ya?" ucap Bagas.

Tidak bisa menolak, Ilham segera memberikan ponselnya kepada Bagas. Ia mana mungkin bisa pelit terhadap Bagas, setelah apa yang dibuat bagas terhadapnya selama ini. Bahkan u*ng makan saja ia tidak pernah diminta oleh Bagas selama mereka menumpang dirumahnya.

"Mas Bagas pinjam ponsel Ilham lagi? untuk apa, sih? aku kok jadi penasaran ya?" batin Riana bertanya-tanya.

"Mas, belum tidur?" Bagas seketika terperanjat saat suara Riana memanggilnya.

Padahal saat ia meninggalkan Riana tadi, wanita itu tengah terlelap dikamar mereka. "Kamu belum tidur? ini, Mas lagi ada keperluan, makannya Mas pinjam ponsel Ilham," jawab nya.

Ia memang jujur mengatakan bahwa ia meminjam ponsel Ilham, namun untuk apa, hanya dia yang tau. "Ponsel kamu belum siap? kenapa nggak pakai ponselku saja?" jawab Riana menawarkan ponselnya.

"Ah, Mas hanya tidak enak kepadamu. Kamu juga kan, bekerja lewat ponselmu. Mas tidak enak jika merepotkan kamu," jawab Bagas lagi.

"Kan, malam Mas. Kalau malam aku tidak memakai ponselku. Besok-besok kamu pakai saja," ujar Riana lagi.

"Oh, iya. Kalau begitu, besok Mas pinjam ponselmu saja," tukas Bagas mengiyakan tawaran Riana.

Riana hanya tersenyum kecil saja. Lagian ia masih penasaran dengan sikap suaminya akhir-akhir ini.

Pagi itu terlihat Ilham tengah membuat kopinya sendiri. Sementara Veny entah dimana. "Biar aku saja Mbak," ucap Ilham saat Riana mencoba ingin membuatkan roti untuk nya.

"Tidak apa-apa. Veny mana? belum bangun?" tanya Riana sembari mengoleskan selai kacang di roti yang ia pegang.

"Belum, Mbak. Dia memang begitu, bangun nya lama," jawab Ilham berterus terang.

"Kamu tidak pernah di masakan oleh Veny?" tanya Riana lagi.

Sebenarnya tidak pantas Riana bertanya tentang keperibadian rumah tangga mereka, tapi, Riana sangat penasaran dengan kelakuan Veny.

"Boro-boro masak. Mandiin anak saja aku," jawab Ilham.

"Maaf kan Veny ya, Mbak? selama disini, pasti dia tidak pernah membantu Mbak," tambah Ilham lagi.

Ia sangat tau bagaimana sikap Veny. Untuk memegang piring kotor saja ia tidak mau, apalagi harus meng0tori tangan nya dengan air cucian piring.

"Tidak apa-apa. Selagi aku bisa, aku tidak masalah mengerjakan semuanya sendirian. Tapi apa tidak sebaiknya kamu gajian nanti mengontrak di tempat lain," ujar Riana.

"Apa hakmu menyuruh mereka mengontrak?"

Deg!.....

Seketika suara Bagas terdengar. Riana yang belum sempat melanjutkan kata-katanya, seketika terdiam, begitu juga dengan Ilham.

Ilham mengerti dengan maksut Riana barusan. "Mas, kamu sudah bangun?" tanya Riana mengalihka pembicaraan.

"Apa hak mu? kenapa kamu menyuruh Ilham, dan Veny mengontrak? kamu yang punya rumah ini ya?" bent4k Bagas.

Pagi yang biasanya disambut tawa bahagia itu, kini malah disambut sakit hat1 oleh perkataan Bagas. Beruntung kedua anak Riana sudah berangkat terlebih dahulu, dan tidak mendnegar kemarah@n Bagas.

"A-aku hanya ingin mengajarkan mereka untuk mandiri, Mas. Apa aku salah?" jawab Riana sembari menundukan wajahnya.

"Mengajarkan, atau karena kamu merasa di repotkan?" timpal Bagas.

Sementara Ilham sama sekali tidak tega melihat Riana yang akhir-akhir ini selalu dimar@hin oleh Bagas.

Entah menagapa semenjak kedatangan Ilham, dan Veny, Ilham merasa apapun yang dikatakan Riana selalu salah dimata Bagas.

"Aku tidak begitu, Mas. Aku tidak pernah merasa direpotkan oleh mereka, malah aku senang, kalau mereka suka tinggal disini. Aku hanya ingin Veny bertanggung jawab atas tugasnya, itu saja."

"Itu urusan dia! bukan urusanmu, urusanmu, melayaniku, dan mengurus anak-anak itu saja!" tukas Bagas.

Riana benar-benar merasa malu dengan perkataan suaminya itu, terlebih ia dimarah1n habis-habisan tepat dihadapan iparnya sendiri.

"Rasain kamu!" batin Veny yang sedari tadi menguping dari pintu kamar mandi ruang tengah.

Bersambung.

Baca selanjutnya dj KBM app

cari dengan judul: Aku Bukan Babumu

Penulis: Lesta Vi #fypシ゚viral #novel #kbmapp