Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

Cinta yang Teruji Waktu #1

Cinta yang Teruji Waktu #1

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
Cinta yang Teruji Waktu #1 JPEG Download

BAB 1

Percakapan yang Menoreh Luka

“Bima nanti sepulang dari kerja, mampir ke rumah Mamanya, Nak. Mama kangen.” Mama Bima langsung menutup telepon ketika ia mau menjawab, membuat cemas akan keadaan ibunya.

Lima tahun pernikahan telah berlalu. Namun, rumah tangga putra semata wayangnya, belum ada tangisan bayi.Hati sang Ibu menjadi tak tenang, menantikan kehadiran cucu yang tak kunjung hadir. Kecemasan yang setiap hari dipikirkan, apalagi umurnya sudah tua. Takut jika putranya tak mempunyai keturunan, karena dirinya hanya mempunyai seorang putra.

Bima sepulang dari kantor tidak langsung pulang, melainkan mampir ke rumah ibunya. Vina, istri tercintanya, mungkin sudah setia menunggu kepulangannya. Biasanya Vina sudah menyiapkan teh hangat kesukaan suaminya.

Bima memarkirkan motor di halaman rumah orang tuanya, ia masuk, rumah kelihatan sepi. Rumah berukuran 7 kali 12 meter itu kelihatan sangat luas

“Assalamualaikum.”

Setelah mengucapkan salam Bima masuk,tidak ada jawaban, Bima mencari ibunya di ruang tamu mengira ibunya duduk di sofa ternyata tidak ada di sana.

Bima mencari di setiap kamar juga tidak menemukannya, ia langsung menuju ke dapur dan berpikir ibunya sedang memasak di sana, ternyata benar. Ibunya sedang memasak di dapur. Ia menghampiri menyalami dan mencium punggung tangan ibunya dengan khidmat.

"Eh kamu, Nak, Ibu sampai nggak tahu kamu masuk. Minum ambil sendiri ya, di kulkas,” ucap Ibu.

Bima mengambil air putih dingin di dalam kulkas dan minum untuk menghilangkan dahaganya.

“Bima, anakku, kapan kamu punya anak?”

"Sudah lima tahun loh, kok istrimu belum ada hamil hamil sih." Bu Mitra, Ibunya Bima selalu bertanya setiap kali bertemu.

Ia, yang duduk sambil melihat ibunya masak, hanya bisa tersenyum getir. "Ma, sabar ya. Mungkin Allah belum mempercayakan anak kepada Kami, Kami sudah berusaha. Namun, Allah yang menentukan. Sabar ya Mah, doakan saja, nggak usah khawatir," ucap Bima. Ia berusaha menenangkan ibunya yang sangat menginginkan seorang cucu darinya.

Namun, kata-kata putranya tak bisa membuat hatinya tenang, karena Ia hanya mempunyai seorang putra. Jika putranya tidak mempunyai keturunan maka terputus garis keluarga. Ia sangat menginginkan cucu dari putra semata wayangnya.

Di matanya, lima tahun adalah waktu yang cukup lama untuk menantikan kehadiran cucu.

"Nak, kalau memang nggak bisa punya anak, lebih baik kamu cerai saja. Cari istri yang lain," bisik ibu itu, suaranya nyaris tak terdengar.

Putranya tercengang. Ia tak menyangka ibunya akan berkata seperti itu. "Ma, kok ngomong gitu?," tanyanya, suaranya bercampur rasa kecewa dan sakit hati.

"Mama sayang kamu, Nak. Mama nggak mau kamu tersiksa. Ibu sudah punya calon pengganti buat kamu. Dia anak teman ibu, baik, cantik, dan pasti bisa ngasih kamu anak," jawab ibu itu, dengan nada yang penuh keyakinan.

Putranya terdiam. Ia merasa tertekan oleh ucapan ibunya. Ia merasa tak dihargai, tak dianggap sebagai manusia yang memiliki hak untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri.

Bima, seorang pria yang tengah dilanda dilema. Hatinya kacau, terombang-ambing antara cinta dan kewajiban. Di satu sisi, ia sangat mencintai istrinya, perempuan yang telah membantunya meraih kesuksesan. Ia menjadi manajer di perusahaan tempatnya bekerja berkat dukungan dan semangat istrinya. Namun, disisi lain, ibunya meminta Bima untuk bercerai. Permintaan ini bagaikan petir di siang bolong, mengguncang hati Bima dan membuatnya terpuruk dalam pikiran.

Bima merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Ia tidak ingin mengecewakan ibunya, perempuan yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Namun, ia juga tidak ingin kehilangan istrinya, perempuan yang telah menjadi tulang punggung dan sumber kekuatannya. Bima takut menjadi anak durhaka jika menolak permintaan ibunya, namun ia juga takut kehilangan cinta dan kebahagiaannya jika menuruti permintaan tersebut.

Bima menyadari bahwa perceraian bukanlah solusi yang tepat. Pernikahannya dengan istrinya telah terjalin dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Mereka telah membangun rumah tangga yang harmonis dan saling mendukung. Bima percaya bahwa dengan komunikasi yang terbuka dan jujur, ia dapat menyelesaikan masalah ini bersama istrinya.

Di sisi lain, Bima juga memahami perasaan ibunya. Mungkin ibunya merasa kecewa atau khawatir dengan pernikahan Bima. Bima bertekad untuk berbicara dengan ibunya secara terbuka dan jujur, menjelaskan situasi dan perasaannya. Ia berharap ibunya dapat memahami dan mendukung keputusannya untuk mempertahankan pernikahannya.

Dilema Bima bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Ia membutuhkan waktu dan keberanian untuk mengambil keputusan yang tepat. Bima harus mempertimbangkan semua aspek dengan matang, baik perasaan ibunya, cintanya kepada istrinya, maupun masa depan keluarganya. Ia harus menemukan jalan tengah yang dapat membuat semua pihak merasa tenang dan bahagia.

Bima percaya bahwa dengan berkomunikasi secara terbuka dan jujur, serta dengan dukungan dari orang-orang terdekat, ia dapat melewati masa sulit ini dan menemukan solusi terbaik untuk dirinya dan keluarganya.

"Ma, aku mohon, jangan paksa aku. Aku sayang istriku. Aku akan terus berusaha untuk punya anak," jawabnya, dengan suara yang bergetar.

Bersambung…

#CurhatPasutri #pengenpunyaanak #sedih #disuruhcerai #anakasuh #fyp Kota Semarang #Lemon8 #lemon8indonesia