Descargador de videos Lemon8

La forma más fácil de descargar videos y galerías desde la aplicación Lemon8

RESTU DARI SURGA

RESTU DARI SURGA

Escritorio: haga clic con el botón derecho y seleccione "Guardar enlace como..." para descargar.

PHOTOS
RESTU DARI SURGA JPEG Descargar

"Samperin, telpon, wa, atau apalah. Jadi cowok cemen banget sih lu!" ledek Guntur saat melihat Adi mondar mandir dari tempat duduknya lalu berdiri, duduk lagi, berdiri lagi.

Tiga hari setelah pertemuannya dengan Hana saat penandatanganan kontrak proyek film nya, sampai saat ini Adi hanya menunggu kabar dari Hana. Menunggu? Bukankah itu hal yang mustahil akan dilakukan Hana. Apa yang aku harapkan? Batin Adi.

Adi membuang napas kesal. Hana, bagaimana caranya aku menghubungimu? Aku khawatir, gumam Adi.

"Lu punya nomornya, kan? Apa sini, gue yang ketikin nanya kabar."

"Dia gak bakalan bales."

"Gak percaya gue!"

Guntur mengambil ponsel Adi yang tergelatak dimeja kerjanya dan aksinya itu dibiarkan oleh Adi.

Guntur mencari emoticon love di kontak Adi, nah ini dia, kata Guntur.

"[Hai, Hana. Maaf aku khawatir padamu. Bagaimana keadaanmu sekarang?] bagaimana? Cukup sopan, kan?" Eja Guntur membacakan hasil ketikannya yanh akan dikirimkan pada Hana.

Adi menggeleng,

"Hapus. Sini,"

"Yah, lu. Hey Di, cewek itu harus dikejar biar dia tahu kalau lu suka. Kalau dia gak mau ya udahlah, gue kenal banyak cewek cantik, gadis lagi. Gini amat suka sama janda!"

Iya ya, gini amat aku suka sama cewek. Gadis banyak, ngapain ngejer janda? Batin Adi juga heran dengan dirinya sendiri. Namun, semakin Adi berniat melupakan Hana, semakin kuat rasa penasarannya.

Apa aku hanya terobsesi saja? Hanya ingin mengalahkan egonya saja? Gumam Adi.

Hana, bisakah kita bicara berdua. Memastikan hatiku apakah dia cinta tau hanya iba? Berbagai kalimat sangkalan bermunculan di hati dan kepalanya.

Adi menyambar ponsel dari tangan Guntur dan Guntur pasrah. Melihat wajah Adi yang gusar, gelisah dan mudah marah. Guntur tahu, kali ini Adi benar-benar serius. Kalau gak serius, gila aja sampai dibuatin film, batin Guntur yang masih tak habis pikir dengan aksi Adi kali ini.

[Boleh aku telpon?]

Hanya centang satu, oh Hana kau benar-benar membuatku gila. Gumam Adi yang spontan meninjukan kepalan tangannya kearah tembok. Sontak Guntur memekik, tak percaya ternyata orang jatuh cinta bisa berubah jadi singa.

Guntur tahu, kini sudah bukan untuk candaan lagi. Adi benar-benar jatuh cinta pada Hana. Diliriknya pesan yang masih terbuka. Sudah dibaca Hana tanpa dibalas. Guntur menepuk pundak Adi, seraya berucap akan cari cara bagaimana bisa mendapatkan kabar Hana.

---

Jogja Selatan...

Rumah kontrakan Hana yang menghadap sawah membuatnya tampak asri dengan banyak pepohonan di sekelilingnya. Halaman rumahnya masih tergolong luas dan cukup leluasa untuk anak-anaknya bermain.

Sejak Hana mengetahui darimana asal uang atmnya, dia sudah tak mengambil sepeserpun dari situ. Kemudian juga mengurungkan niatnya untuk membeli rumah. Dia akan menyerahkan kartu atmnya pada Adi. Uang yang dihasilkan dari koin pembaca, Hana yakin itu adalah pembaca bayaran Adi. Entahlah, namun begitu yang Hana yakini.

[Boleh aku telpon?] satu pesan masuk dari Adi. Huft, Hana menarik napas. Apa maunya? Hanya dibaca saja, tanpa membalas.

Adi jangan melewati batas, gumam Hana yang kemudian menonaktifkan ponselnya.

---

Satu bulan berlalu dan kini saatnya Hana harus ke ibukota untuk pembacaan naskah pertama oleh aktor dan artis yang terpilih.

Kali ini Hana mengajak ketiga anaknya lengkap dengan Mba Siti. Karena kebetulan bertepatan dengan hari libur sekolah. Jalur kereta dan waktu malam dipilihnya karena menurut Hana kereta transportasi ternyaman untuk anak-anaknya serta malam lebih terasa singkat dengan waktu tidur jadi meminimalisir anak-anak bosan ataupun rewel jika diperjalanan.

Setelah sesampainya di stasiun pasar senen, Hana memesan akomodasi online untuk menuju hotel bintang tiga dengan harga yang terjangkau kantongnya saat ini.

Menjelang siang, Hana menuju ke tempat acara dilangsungkan dengan mengajak ketiga anaknya. Awalnya dia ingin sendirian tapi Latisha merengek minta ikut alhasil ketiganya juga ikut semua.

Sesampainya tempat acara, beruntung di depan pintu studio yang akan dipakai, terdapat playground atau tempat bermain anak-anak. Seperti biasa, Hana berpesan untuk tak membuat gaduh dan saling menjaga.

Kai, Icha dan Raz... Kenapa aku rindu pada kalian? Gumam Adi di kejauhan. Dia sudah berada di atas lantai lobby. Di ruang VIP, dengan kaca hitam yang hanya bisa dilihat dari dalam. Saat matanya menangkap Hana dan ketiga anaknya masuk ke gedung serta satu asisten yang membantunya mendorong stroller Raz. Pandangan Adi tajam tanpa berkedip.

Wanita sombong yang tak pernah membalas pesannya. Apakah aku berharap kamu akan berterima kasih? Atau aku berharap kamu akan membalas perasaanku? Apa aku egois jika ingin seperti itu? Berbagai tanya selalu muncul di benak Adi.

Hana akan naik keatas, Adi melihat itu dan bersiap juga keluar ruangan. Studio yang dituju berada di lantai lima belas. Sementara Adi di lantai dua dan Hana di lantai satu.

Saat pintu lift terbuka di lantai dua, sudah ada Hana dan dua orang dari lantai satu. Adi melihat Hana berada di ujung kanan dan Adi melangkah kearah Hana tepat di samping Hana namun satu langkah lebih maju.

Adi berharap, Hana tak bersentuhan dengan laki-laki lain jadi dia melindungi Hana dari desakan.

Mereka berdua mencoba tenang dan tampak tak kenal satu sama lain. Hingga sampai di lantai yang dituju tetap diam, Adi keluar lebih dulu dan menahan pintu lift dengan tangannya menunggu Hana keluar. Lalu melanjutkan langkahnya sendiri tanpa sepatahkatapun.

Bahkan kata terima kasih yang Hana ucapkan tak didengarnya. Jantungnya berdebar saat melakukan itu untuk Hana. Terdengar langkah cepat dari sepatu wanita,..

"Tunggu... " Suara Hana memanggilnya. Hah, dia memanggil siapa? Batin Adi yang tetap melanjutkan langkahnya pura-pura tak mendengar panggilan Hana.

"Pak Adi... " Adi berhenti dan menoleh seraya bergumam 1-0, akhirnya kamu memanggil namaku. Batin Adi tersenyum simpul.

"Kamu manggil aku?"

Hana mengambil napas karena setengah berlari mengejar Adi.

Hana melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya, masih ada waktu tiga puluh menit. Cukup untuk memberikan atm nya. Gumam Hana.

"Bisa bicara sebentar?"

Adi bersungut dan berlagak jual mahal.

"Ada hal yang penting?" tanyanya sok manis.

Boleh dipukul gak? Suara hati Hana bergema.

"Di Sana sebentar ya?" Kata Hana menunjuk space kosong di paling ujung yang menghadap ke arah jendela. Semacam balkon menjorok maju hanya cukup untuk dua orang dan terdapat pot berukuran sedang, menghiasi tempat itu.

"Aku gak bakal di apa-apain kan?" tanya Adi sok imut namun justru membuat Hana nampak semakin kesal.

"Ya kalau bikin kesel, tinggal kubuka jendelanya," ucap Hana datar sambil melangkah diikuti Adi di belakangnya.

Hana berdiri paling ujung, Adi menyusul dan kini berada disampingnya. Tak kurang dari satu meter.

"Di situ masih luas," kata Hana sambil menunjuk sebelah kiri Adi.

"Mau ngomong apa?" Ucapan Hana tak digubrisnya.

Hana mendengkus kesal.

"Anda... "

"Eits, aku pergi kalau kamu manggil Anda."

"Terus?"

"Panggil nama boleh, Mas juga boleh. Terserah kamu asal jangan Anda, Pak. Lanjut... " ucap Adi tanpa memandang Hana. Bukan tak mau, dia takut khilaf. Hana terlihat semakin mempesona dibanding satu bulan yang lalu.

"Terserahlah. Kamu ya yang bayar orang buat baca novel saya?"

Adi menggeleng.

"Kurang kerjaan banget. Kamu pikir kamu siapa?" Kata Adi yang berbalik, kini dia berhadapan dengan Hana tak kurang dari satu meter.

Hana yang sekarang memakai skirt plisket dipadu kemeja yang dimasukkan ke dalam bawahannya dipadu dengan blazer warna cream dan hijab bercorak warna senada. Lipstik nude di bibir bervolumenya dan sedikit blush on merah muda, mata coklat mempesona. Membuat jantung Adi tak aman dan berkali-kali menelan salivanya namun dia berusaha tenang.

"Terus ngapain kamu bikin film ini? Masih banyak buku yang lebih bagus dari bukuku."

"Ya terserah aku, emang apa urusannya denganmu? Aku pebisnis, sepanjang itu mendatangkan keuntungan, why not?"

Jawaban Adi membuat Hana terdiam. Benar juga katanya, tapi tetap tidak mungkin? Apa aku yang terlalu percaya diri? Sampai mengira dia melakukan ini semua untukku? Benar katanya, memang aku siapa? Gumam Hana yang kini gusar.

"Tapi, kamu bilang kemarin kamu yang ngenalin novelku ke Bunda Rani."

"Aku cuma bilang novelnya bagus."

"Tapi novelnya gak bagus-bagus amat," sangkal Hana mencoba terus mengorek Adi.

"Ya terserah kamu. Emang gak boleh punya pendapat?"

Kembali Hana terdiam. Mencoba mencari alasan apa lagi. Tapi Hana merasa buntu.

Adi terkekeh dalam hati melihat Hana yang bingung. Kamu menggemaskan kalau bingung seperti itu. Merengeklah Hana, aku suka itu. Pinta Adi dalam hati.

"Jadi... "

"Aku suka sama kamu." Adi menutup mulutnya yang keceplosan tak sadar mengucapkan itu.

***

Klik link di bio untuk cerita selengkapnya 😉

#Lemon8Leaderboard #fyp #Lemon8 #novel #drakor