Tải Video Lemon8

Cách dễ nhất để tải video Lemon8 và tải ảnh từ ứng dụng Lemon8

RESTU DARI SURGA

RESTU DARI SURGA

Máy tính: Nhấp chuột phải và chọn "Save link as..." để tải xuống.

PHOTOS
RESTU DARI SURGA JPEG Tải xuống

"Kamu sudah datang." Suara yang sudah cukup lama tak didengar Hana tiba-tiba muncul dibelakang Hana.

Deg, jantung Hana berdegup.

Adi?

Hana memutar kepalanya sembilan puluh derajat. Mau apa dia disini? Tanya Hana dalam hati.

"Apa kabar?" tanya Adi dengan bibir membentuk bulan sabit dengan sedikit sentuhan lesung pipi menghiasai wajahnya yang tampak manis.

Hana hanya mengangguk, sekuat tenaga menahan grogi sikapnya pada Adi agar tampak biasa saja.

"Baik," jawan Hana datar tanpa menatap Adi.

Hana, aku senang melihatmu, gumam Adi.

"Pak Adi, sudah datang." Sapa Rasyid Khan dan beberapa petinggi serta staf dari platform. Menyusul Bunda Rani dan suaminya selaku founder aplikasi platform tersebut juga telah hadir.

Pak Adi? Apa dia salah satu pihak yang terlibat dalam proyek ini? Atau? Ada apa ini? Mengapa ada yang mengganjal di hatiku, gumam Hana.

Hana duduk di samping Bunda Rani. Setelah beberapa saat berbasa basi saling menanyakan kabar. Akhirnya rapat dimulai. Dengan saling memperkenalkan diri tiba saatnya nama Adi disebut.

"Kami ucapkan selamat datang Pak Adi Dinar Dinata ya. Salah satu orang tersibuk Nusantara, menyempatkan hadir di sini." Adi hanya mengangguk setelah namanya disebut oleh moderator.

"Dan perlu diketahui, bahwa film ini sepenuhnya disponsori oleh PT Adi Jaya yang juga beberapa minggu yang lalu membeli sekitar duapuluh persen saham PT Cinema 23 sehingga masuk jajaran pemegang saham."

Tepuk tangan menggema saat disebutkan status Adi dalam perusahaan ini serta kontribusinya dalam pembuatan film Hana.

Hana tertegun mendengarnya, apakah ini kebetulan? Atau...

Mata Hana berpendar tak sengaja tatapannya bertemu dengan Adi yang berada di depan arah barat daya Hana.

Tatapan yang memiliki arti berbeda. Hana melihat tatapan mata Adi sebagai rasa iba. Sementara Adi mengartikan tatapan Hana sebagai amarah. Sejujurnya Adi takut Hana akan menolak saat tahu dia berada dibalik semua ini.

Mata coklat tajam itu masih menatap kearah Adi. Adi menelan saliva yang tercekat di tenggorakan. Ingin dia berucap "Hana, jangan menolak ini." Namun hanya saling pandang yang bisa mereka lakukan saat ini.

Tak lama, Hana memalingkan muka. Menatap keatas langit dan berujar dalam hati.. Aku benci dikasihani dan berhutang budi.

Hana menunduk, hanya menyimak para petinggi saat membicarakan proyek filmnya. Dia tak lagi bersemangat, sepertinya Hana tahu darimana asal atm nya yang tiba-tiba menggendut.

Orang kaya? Mereka bisa melakukan apa saja.

"Bagaimana Mba Hana? Ada yang perlu ditanyakan."

Hana menggeleng lemah, antara tak menyimak dan sudah tak berselera membahas proyek ini.

Namun tak ada yang bisa dilakukannya, dia terpaksa mengangguk dan mengiyakan mengikut keputusan. Dia merasa bersalah jika harus menyanggah karena pasti mereka sudah menggelontorkan dana yang tidak sedikit.

Tiga jam berlalu hingga sudah mendapat keputusan serta kesepakatan terhadap proyek film ini. Proses syuting akan mulai dilakukan bulan depan mengingat aktor dan artisnya akan melalui proses casting terlebih dahulu.

Hana tak banyak bicara. Adi bisa menebak isi hati wanita itu.

Guntur yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Adi dan Hana, menendang kaki Adi.

"Lu salting depan Hana?" Bisik Guntur.

"Enggak, biasa aja," jawab Adi namun matanya masih belum lepas dari menatao Hana.

"Napa tangan lu gemeter dari tadi? Gue tahu, gak usah bohong lu," lanjut Guntur kembali.

Kaki dan tangan Adi tak bisa diam sejak duduk dan acara dimulai. Keringat terus membasahi telapak tangan Adi. Tanda orang grogi.

"Sialan lu," bisik Adi pada Guntur yang hampir ngakak tapi tertahan mengaduh karena kakinya diinjak sepatu merk Itali milik Adi.

Guntur meringis dan melotot ke arah Adi.

"Apa perlu, gue bilang ke Hana kalau lu kangen?"

"Aww,..." Kembali Guntur mengaduh, kali ini sikut Adi menyodok perut bagian tengah Guntur.

Matanya kembali menatap Hana. Acara sudah selesai dengan diakhiri tanda tangan banyak pihak untuk proyek ini. Diakhiri sesi foto, saat Hana berdiri hingga berjalan menuju depan, mata Adi tak lepas dari melihat Hana.

Sepertinya ada yang berubah. Wajah Hana terlihat lebih bersih dan terawat. Baju yang dipakainya juga terlihat elegan. Tak seperti dilihatnya waktu bertemu di sekolah dan rumah sakit yang hanya memakai rok dan kaos panjang biasa terkadang baju dari bahan katun dengan jilbab instan warna hitam.

Namun kini, dia memakai baju yang dipadu padan dengan elegan. Pemilihan warnanya dan modelnya yang simpel membuatnya terlihat anggun ditambah dengan riasan tipis mampu menyamarkan usianya yang sudah tiga puluh lima tahun.

"Mata lo bisa lepas kalau lihat gak kedip," bisik dan goda Guntur.

"Lu diem atau gue pecat?" Ancam Adi yang sontak membuat Guntur bungkam. Bos kalau marah horor, mainnya pecat, batin Guntur sambil membetulkan posisi duduknya.

Acara diakhiri dengan tepuk tangan semua orang yang hadir kemudian dilanjutkan acara bebas yaitu makan-makan.

"Ayok Hana, makan dulu." Ajak Bunda Rani. Namun Hana menolak.

"Saya tidak bisa lama-lama Bunda, karena kami harus pulang nanti sore ke Jogja," ucap Hana beralasan.

"Yah, sayang sekali. Oiya hey Adi... " panggil Bunda Rani pada Adi.

Adi menoleh kearah Bunda Rani dan mengangguk kemudian menghampiri kearah Hana dan Bunda Rani.

"Dia lho yang ngasih tahu novel kamu ke Bunda. Ternyata masih ada hubungan saudara jauh sama Bunda. Udah kenal belum?" Kalimat Bunda Rani yang membuat dada Hana kembali bergemuruh.

Dari mana dia tahu novelku? Dari mana dia tahu aku menulis di platform ini? Sejauh apa dia bisa berbuat sesuatu? Sejauh apa kekuatan yang dimilikinya? Kebetulan? Tidak mungkin. Ada ratusan ribu penulis di platform tersebut. Bahkan yang tulisannya lebih bagus dari aku, gumam Hana.

Hana hanya mengangguk dan berpamitan.

"Oiya, terima kasih Pak Adi. Saya sangat berterima kasih," ucap Hana dengan kepala menunduk.

Apa maumu Adi Dinar Dinata? Apa aku nampak sangat perlu dikasihani? Batin Hana.

"Gak perlu Mba Hana. Novel Mbak Hana bagus, saya suka. Hanya mencoba me... "

Hana memotong kalimat Adi dengan cepat,

"Maaf, saya harus pulang. Bunda saya minta maaf ya, saya duluan." Bunda Rani tampak begitu heran dengan sikap Hana yang mendadak gusar.

"Hana, kamu baik-baik saja? Apa kamu sakit?" tanya Bunda Rani sambil memegang tangan Hana.

"Tanganmu panas, kamu demam?" Spontan tangan Bunda Rani memegang dahi Hana.

Entah sejak kapan Hana jadi demam, ia sendiri tak menyadarinya.

"Ah iya, saya pamit dulu, ya. Maaf."

"Biar diantar ya?" Bunda Rani mengambil ponsel seperti akan menghubungi seseorang.

"Tidak perlu, saya bisa balik sendiri."

"Aku antar," ucap Adi.

"Tidak perlu, terima kasih." Tolak Hana halus, namun tampak bibirnya bergetar. Entah menahan sakit apa, namun yang jelas kini dia mendadak menggigil.

"Hana, kamu sakit!"

Spontan Bunda Rani melihat kearah Adi. Matanya membulat karena jawaban Adi yang begitu akrab saat memanggil Hana.

"Tidak apa-apa, saya bisa pulang sendiri,"

"Jangan menolak," ucap Adi memaksa, kemudian berdiri di depan Hana mencegahnya pulang sendiri.

"Terima kasih Pak Adi Dinar Dinata, saya bisa pulang sendiri atau...

"Aku antar, jangan..."

"Atau kita batalkan film ini!" Ancaman Hana berhasil membuat Adi terdiam.

Adi mengalah dan tak berdaya saat melihat wanita yang sekarang memenuhi hatinya jalan terhuyung menuju pintu keluar.

"Kamu kenal dia?" Tampak Bunda Rani masih dalam situasi tak mengerti,

Adi mengangguk.

Aku tak hanya kenal namun sekarang dia berarti bagiku, gumam Adi dalam hati.

*

Klik link di bio yuk untuk cerita selengkapnya 😉#Lemon8Leaderboard #novelrekomendasi #fypシ