Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

Rencana Terselubung Suami dan Mertua (10)

Rencana Terselubung Suami dan Mertua (10)

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
Rencana Terselubung Suami dan Mertua (10) JPEG Download

POV. Deri

Aku merasa senang, akhirnya Karina pergi dari rumah tanpa harus memikirkan menyingkirkan dia. Jadi, besok aku bisa menggelar ijab qobul di rumah Ibu dengan tenang. Dan aku pastikan pernikahanku berjalan dengan lancar.

"Der, Karina mau pergi kemana? Pagi-pagi sudah bawa koper," tanya Ibuku ketika sedang sarapan.

"Biasa Ma, urusan kerjaan. Katanya mau ke Semarang selama seminggu, jadi kita tenang tidak ada pengganggu di acara besok. Tanpa, harus mimikirkan cara untuk memberi alasan kepadanya," sahutku sambil menyuap nasi goreng di mulutku.

"Iya, baguslah. Ibu juga sudah menyiapkan semuanya, besok kalian tinggal nikah saja di rumah Ibu. Jangan lupa, cepetan kasih Ibu cucu!"

"Ah, soal itu siap, Bu. Kita akan tancap gas terus sebelum Karina pulang. Iya, kan Sayang." Aku menoleh ke arah Devi yang tersenyum malu.

Devi mengangguk, "Iya, Mas. Tapi, jangan lupa permintaanku kemarin."

"Oh, tenang saja itu. Sebentar lagi, mobil kesukaanmu akan datang," sahutku santai, karena Karina sudah janji akan mentransfer uang, walaupun itu hanya untuk DP saja.

****

Sampai ruangan kerjaku, aku disambut senyum wanita idaman lainku. Walaupun dia sudah berstatus istri orang. Entah kenapa? Aku sangat menyukainya, apalagi bodinya seperti gitar spanyol.

"Mas, kamu tumben datangnya lama banget. Padahal, aku sudah lama menunggu, sampai kakiku karatan," ujar Sinta memeluk tubuhku yang baru masuk ruangan.

"Iya, tadi ada kendala di jalan. Kamu kenapa hem? Mukanya ditekuk begitu." Aku mencolek dagu Sinta dengan lembut.

"Aku sebel sama suamiku, sudah tua tapi manjanya minta ampun. Kalau dia tidak kaya, mungkin sudah aku tinggal," sungutnya menjatuhkan pantatnya di kursi kerjaku.

"Iya, Sabarlah Sayang. Anggap saja, kau bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian." Aku mencoba menenangkan Sinta yang lagi cemberut.

"Iya, tapi sampai kapan. Aku pun juga sudah tidak nafsu dengannya. Apalagi tenaganya, kalah jauh sama kamu Mas yang selalu bisa memuaskanku." Sinta berdiri bergelayut manja duduk di pahaku.

Aku hanya menanggapi dengan senyuman, bingung harus jawab apa? Namun, tiba-tiba pintu ruanganku terbuka, membuat Sinta reflek berdiri.

"Pak Bara, ada apa Pak? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyaku melihat seorang CEO muda yang sedang berdiri di hadapanku.

"Aku mau minta laporan bulan lalu, aku tunggu-tunggu tidak kamu bawa ke ruanganku. Padahal, aku sudah minta beberapa hari yang lalu," ujar Pak Bara memicingkan matanya, "kamu ngapain disini Sin?"

"Aku lagi menyerahkan berkas ini kepada Pak Deri untuk ditandatangani, Pak," sahut Sinta beralasan.

"Pak Deri, aku tidak mau tahu. Sebelum jam makan siang, laporan itu harus ada di mejaku," tegas Pak Bara.

"Baik Pak," jawabku.

Terlihat Pak Bara pergi meninggalkan ruangku. Aku bisa bernapas lega. Entah kenapa? Beberapa hari ini kerjaanku selalu kacau, apalagi Sinta selalu menggodaku.

******

"Tumben kamu pulang malam," tanya Ibu yang melihatku baru masuk rumah.

"Iya, Bu. Karena kerjaanku banyak banget. Aku masuk ke kamar dulu! Badanku rasanya remuk," ujarku berlalu melewati Ibu yang sedang berdiri menuju kamar.

Aku rebahkan badanku ke kasur dan menatap langit-langit kamar. Namun, tiba-tiba pikiranku terlihat sosok istriku. Bukan karena rindu, tapi teringat apa dia sudah tr4nsfer u4ng apa belum?

Aku langsung merogoh ponsel di saku celana. Aku mencoba cek m-b4nking ku, tetapi nihil tidak ada tr4nsferan dari Karina, cuma ada uang lima ratus ribu saja itupun uang sisa gaji kemarin.

Aku mencoba hubungi Karina, tetapi nomornya tidak aktif. Tidak biasanya lho, dia mematikan teleponnya. Apa terjadi sesuatu dengan dia?

Entah sejak kapan? Perasaanku berubah sama Karina. Seakan rasa cinta yang dulu tumbuh, kini hilang seketika. Apa karena dia sibuk? Atau tidak bisa kasih aku keturunan.

"Ah, sial! Kenapa Karina belum tr4nsfer juga? Apa dia lupa atau sengaja tidak mentr4nsfer?" Aku melempar hpku ke sembarang arah, mengusap rambutku dengan kasar.

Tok! Tok! Tok!

Terdengar suara pintu diketuk dari luar, membuat pandanganku menoleh ke arah tersebut dan berjalan membukanya.

"Ada apa Dev?" tanyaku lirih.

"Nggak ada apa-apa? Aku cuma mau tanya tentang mobil yang Mas janjikan, apa sudah ada?" tanya Devi dengan begitu entengnya.

Apa dia tidak melihat wajahku yang kusut begini? Bikin mood hancur saja, belum nikah sudah minta aneh-aneh. Beda banget dengan Karina, tidak pernah menuntut apapun. Tetapi sayang, dia belum kasih aku anak. Padahal kita sudah menikah selama tiga tahun.

"Kalau sudah ada, pasti sudah ada di depan. Sudahlah, kamu tidak usah aneh-aneh. Aku capek mau istirahat," ujarku, lalu menutup pintu rapat-rapat.

Rasanya, malas saja harus berdebat sama dia, tak ada gunanya. Bukan karena Ibu, aku tidak sudi menikah dengan dia.

Aku mencoba mencari sertifik4t rumah ini di lemari. Kalau digadai lumayan bisa buat DP m0bil dan rumah. Aku mengacak-acak lemari, tetapi tidak menemukannya. Bukan hanya itu saja, aku mencari di laci dan sudut ruangan lainnya.

Tetapi nihil, tidak ada. Aku semakin frustasi dengan hal itu dan memilih merebahkan badan. Urusan mobil yang diminta Devi, itu urusan besok saja.

******

Hari ini adalah hari yang ditunggu, yaitu hari dimana aku mengucapkan janji suci kepada wanita lain. Sejak pagi tadi, kita siap-siap untuk berangkat ke rumah Ibu.

"Der, kamu terlihat tampan sekali pakai baju itu," puji Ibu kepadaku yabg sedang duduk menunggu Devi di make up.

"Ah, Ibu bisa saja. Devi mana sih, Bu? Lama banget," ujarku sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku.

"Devi masih di rias, pasti kamu tidak sabar ya. Sebentar lagi juga selesai," godanya.

"Hehehe … bukan begitu, Bu. Ini jamnya mepet sekali, kasihan kan banyak tamu yang kelamaan menunggu kita," sahutku.

"Nah, itu Devi sudah selesai," tunjuk Ibu kepada seorang perempuan dengan kebaya putih.

"Dev, kamu cantik banget," pujiku ketika Devi sudah berdiri di hadapanku.

"Makasih Mas," ucapnya.

Kemudian kita berjalan keluar rumah menuju mobil yang telah aku sewa. Di perjalanan pun aku dan Devi saling curi pandang. Sampai tak terasa sudah di depan rumah Ibu.

"Kalian, mau turun atau mau saling pandang begitu," ujar Ibu, membuat pandangan kita beralih menatapnya.

Ketika turun mobil, aku tidak merasakan kegugupan atau apapun. Berbeda saat menikah dengan Karina, j4ntung ini berdetak lebih cepat sampai ingin loncat dari tempatnya. Apa karena ini pernikahan kedua?

Kemudian, kami berdua duduk di depan penghulu untuk mengucapkan janji suci untuk kedua kakinya.

"Apa kalian sudah siap?" tanya Bapak penghulu.

"Siap Pak," jawabku mantap.

Aku dan Bapak penghulu melakukan jabat tangan, "Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan kawinkan ananda Devi kumalasari binti Kusno dengan Deri Wijaya dengan M4s K4win em4s sepuluh gram dan uang tiga juta dibayar tunai."

"Saya terima, nikahnya Devi kumalasari dengan m4s k4win tersebut di bayar tunai," ucapku dengan suara lantang.

"Gimana?"

"Sah!"

"Sah!"

"Sah!"

Setelah ijab qobul selesai, tak sengaja mataku melotot sempurna sampai ingin keluar dari tempatnya. Betapa kagetnya melihat Karina beserta keluarganya datang di pernikahanku.

"Karina!"

Bersambung …

Judul : Rencana Terselubung Suami dan Mertua

Penulis : erviana

Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah:

https://read.kbm.id/book/detail/43fbd2fb-417e-4632-9156-282f8ceaa245?af=552157c9-eba8-45ff-9dce-d29aa7d2fcc8

#myonething #fyp #fyplemon8 #kbm app #novel