Tải Video Lemon8

Cách dễ nhất để tải video Lemon8 và tải ảnh từ ứng dụng Lemon8

PAMUNGKAS, LELAKI TERINDAH

PAMUNGKAS, LELAKI TERINDAH

Máy tính: Nhấp chuột phải và chọn "Save link as..." để tải xuống.

PHOTOS
PAMUNGKAS, LELAKI TERINDAH JPEG Tải xuống

bab 3

Kamar kost nomor dua puluh itu tertutup rapat. Koridor di depannya lengang tak ada seorangpun lewat. Udara malam terasa panas.

Pamungkas menekan tombol remote AC ke suhu yang lebih dingin. Ia melepas kacamatanya. Sudah sejak jam delapan malam sampai sekarang, jam satu dinihari, tulisannya belum juga selesai. Laporan wawancara dengan Lovandra Abian sang aktor ternama masih berupa poin-poin saja. Keseluruhan isi wawancara ada di rekaman handphone Pamungkas, belum sekalipun ia buka.

Pikiran lelaki itu sedang kacau. Erly, mantan istrinya, memintanya kirim uang tiga juta Rupiah besok pagi.

"Tiana minta beli handphone baru. Handphonenya yang lama sudah ketinggalan jaman."

Tiana adalah anak Pamungkas dan Erly. Usianya delapan tahun. Bocah itu ikut ibunya di Tegal, sekolahnya kelas tiga SD.

Pamungkas belum tahu darimana ia bisa dapat uang tiga juta besok pagi. Gajinya sudah ia transfer ke rekening Erly, lima juta setiap awal bulan. Walaupun sudah resmi bercerai, Pamungkas tetap mengirim uang pada sang mantan istri untuk biaya hidup Tiana. Keperluan sehari-harinya ia penuhi dari uang hasil kerja sambilan mendesain cover buku dan banner iklan online.

Erly sering meminta uang lebih banyak dari yang bisa Pamungkas kirimkan. Alasannya selalu untuk keperluan Tiana. Pamungkas tidak sebodoh itu percaya begitu saja tapi ia juga malas berdebat dengan Erly. Di status WhatsApp dan Facebooknya, Erly selalu memposting foto-fotonya bersama Tiana makan di restoran atau belanja di mall. Selama mereka bahagia, Pamungkas tidak mau repot hitung-hitungan.

Dua tahun lalu Pamungkas melepaskan Erly dari status sebagai istrinya. Tidak ada pertengkaran, tidak ada orang ketiga, tidak ada gugatan harta. Mereka bercerai baik-baik. Pamungkas memberikan hak asuh Tiana pada Erly. Ia datang menjenguk putrinya setiap kali ada kesempatan pulang ke Tegal.

Erly memberikan alasan kepada hakim perceraian bahwa ia merasa tidak dihargai sebagai istri oleh Pamungkas. Suaminya itu tidak pernah memukul atau menyiksa verbal. Pamungkas menjalankan semua kewajibannya sebagai suami dengan baik. Hanya saja, Erly merasa Pamungkas selalu bersikap dingin padanya.

Pamungkas menyerah. Ia tidak bisa menyelesaikan beritanya malam ini. Tubuhnya baik-baik saja walaupun letih, pikirannya yang kacau. Bukan tentang Erly. Mantan istrinya itu memang menyebalkan kalau lagi ada maunya. Sepanjang hari ini Erly delapan kali meneleponnya dan mengirim puluhan pesan untuk mengingatkan Pamungkas tentang handphone baru Tiana.

Kasur yang tergelar di lantai tampak menggoda. Pamungkas membuka kausnya, tubuh kekarnya yang dihiasi tonjolan otot terlatih tampak kukuh. Ia masih merasa gerah walaupun suhu AC kamar itu sembilan belas derajat. Mata Pamungkas terpejam namun ia tidak tidur. Ia hanya ingin pikirannya istirahat.

Haira Prabandari.

Wanita itu semakin ayu setelah lama sekali mereka tidak bertemu. Pamungkas tidak menyangka bisa melihat Haira lagi. Ada begitu banyak kisah mereka dulu. Terakhir kali Haira disentuhnya adalah saat Haira menemuinya di penjara. Entah sudah berapa tahun terlewati. Mengabarkan ia akan melanjutkan kuliah di kota yang jauh. Sementara Pamungkas terpaksa kehilangan kemerdekaan tubuhnya selama lima tahun di penjara.

"Aku mencintaimu, Ra," kata Pamungkas di saat terakhir ia bertemu Haira. Jalinan kawat penghalang di ruang tamu penjara kota membatasi mereka. Haira menahan tangisnya waktu itu, Pamungkas tahu.

"Jangan, Pam. Nikahi Leni. Itu perintah Ibumu, kan? Ibu tidak suka padaku."

Haira mengucapkan kata-kata itu dengan senyum 

"Kamu cinta aku juga kan, Ra?" Bisik Pamungkas. Betapa ia ingin menggenggam tangan Haira. Jalinan kawat kuat diantara mereka sangat kejam memisahkan jarak yang begitu dekat.

Haira tersenyum mendengar pertanyaan Pamungkas itu. Jemari tangannya mengusap aliran air mata di pipi.

"Sampaikan maafku pada Ibu ya, Pam. Aku tidak berani datang ke rumahmu untuk pamitan. Juga aku titip salam buat Tina. Sore ini aku berangkat."

"Kapan kamu kembali?"

"Aku akan menetap di sana, Pam. Mungkin selamanya."

Pamungkas masih ingat gelombang panik yang mendera otak dan hatinya saat mendengar jawaban Haira itu.

"Please, Haira. Kembalilah. Aku hanya akan menikahi Leni sebentar saja sebagai pembayar hutang Ibuku. Sebentar saja. Aku akan menceraikan dia dan kita akan menikah, Ra!"

"Tidak, Pam. Jangan jahat pada Leni. Dia gadis yang baik dan sangat cinta padamu. Aku pamit, ya."

Haira berdiri. Menatap Pamungkas dengan mata basah namun berusaha tersenyum. Apa yang ada di benak Haira tidak pernah Pamungkas ketahui. Tidak satu katapun tentang cinta yang diucapkan oleh Haira, hingga kini.

Ah! Jangan mengingatnya lagi! Pamungkas membentak dirinya sendiri. Semua sudah terkubur. Pamungkas sekarang sudah bukan Pamungkas yang dulu, pembunuh berdarah dingin yang melukai orang di tengah pasar dengan alasan dendam. Susah payah ia keluar dari kehidupannya yang dulu. Ia meneruskan kuliah dan berjuang agar tidak lagi dipandang sebelah mata.

Bayangan Yudha melintas di benak Pamungkas. Lelaki itu sangat berkelas. Semua outfit di tubuhnya jelas bukan dapat beli di pasar atau supermarket. Mobilnya pun edisi limited edition. Sepertinya Yudha membuat Haira bahagia. Pamungkas memaksa dirinya untuk membuang rasa iri pada Yudha.

Ia berguling menghadap dinding. Handphone tergeletak di depannya. Ada nomor Haira di situ. Apakah Haira menunggunya menelepon? Apakah dia sudah sampai di Tegal, di rumahnya? Sedang apa dia bersama suaminya? Pamungkas meraih handphone dan membuka kuncinya. Ia ketik pesan untuk Haira.

[Selamat malam. Apa kabar?]

Tiga detik ditatapnya tulisan itu lalu ia hapus lagi. 

Apakah sebaiknya ia telepon saja? Tidak. Pamungkas tidak punya keberanian untuk itu. Saat ia tahu Haira sendiri di hotel saja ia tidak berani meneleponnya. Apalagi sekarang? Mungkin Haira sedang bersama Yudha. Mungkin Haira sama sekali tidak mengingatnya.

Perlahan Pamungkas kehilangan kesadaran. Rasa lelah di tubuh dan pikirannya begitu mendera. Ia terlelap.

*****

Tubuh Yudha yang penuh keringat ditutup dengan selimut oleh Haira. Gerakannya perlahan, takut sang suami terbangun.

Pukul tiga dinihari. Sepi tanpa suara apapun di luar. Udara dingin berhembus dari AC, membuatnya menggigil. Yudha tidak betah tidur tanpa AC, padahal Haira tidak bisa tidur kalau dingin. Itu hanya salah satu perbedaan kecil diantara mereka yang kadang menimbulkan perselisihan.

Haira turun dari tempat tidurnya yang hangat. Ia duduk di sofa. Jendela besar di atas sofa ia buka tirai tebalnya dan membiarkan tirai tipis menutup. Haira bisa melihat kelip cahaya lampu tetangganya dari jendela itu. 

Yudha lelap tidur setelah mereka menikmati malam berdua. Sang suami mencurahkan rindunya setelah terpisah satu Minggu dengan Haira, ia manjakan Haira di tempat tidur malam itu. Haira sendiri tidak bisa memejamkan mata sedetikpun.

Layar handphone dalam genggamannya ia tatap dengan lekat. Haira berharap layar itu menyala dan ada nama Pamungkas tertulis. Jempol kanannya menulis satu kalimat sapaan dan siap ia kirim ke nomor Pamungkas.

[Apa kabar?]

Kalimat itu ia hapus lagi sebelum terkirim. Tidak, ia tidak boleh mengganggu Pamungkas. Lelaki itu sepertinya sudah melupakan Haira. Bisa terlihat dari matanya yang menatap Haira dingin saja, beda dari yang dulu. Pamungkas yang sekarang ditemuinya bukan Pamungkas yang ia kenal. Terasa aneh karena Haira terbiasa mengenal Pamungkas sebagai lelaki sembrono, preman kasar yang suka meledeknya. Dulu Pamungkas memanjangkan rambutnya hingga melewati bahu. Pakaiannya kumuh dan belel. Karena itu Haira terpana saat melihat Pamungkas di acara jumpa pers perilisan novelnya. Ia sempat ragu apakah wartawan tampan yang rapi di sana itu adalah Pamungkas?

Betapa dahsyatnya waktu.

Berapa tahun Haira tidak bertemu Pamungkas? Dua puluh tahun? Mungkin lebih. Hari-hari pertama sejak perpisahan mereka di penjara kota begitu berat dilalui oleh Haira. Ia meninggalkan Pamungkas yang harus tinggal di balik jeruji besi selama lima tahun setelah melenyapkan nyawa Johan, preman pasar di Slawi.

Haira tidak berani menanyakan langsung pada Pamungkas apa yang telah dilakukan lelaki itu selama tahun-tahun tanpa Haira di hidupnya. Bagaimana bisa preman liar berubah menjadi wartawan berkharisma? 

Yudha berdiri diam di sisi sofa. Matanya yang sembab baru bangun tidur menatap Haira yang terlelap sambil memeluk handphone di dada. Baru saja Yudha mendengar bisikan istrinya dalam tidur lelap itu. Haira mengigau menyebut sebuah nama.

Pamungkas.

Yudha tahu, lelaki yang ditemuinya di pos satpam tadi siang bukan sekedar teman biasa bagi Haira. Istrinya mengabadikan nama lelaki itu dalam sebuah novel. Hal yang tidak dilakukan Haira untuknya. Adegan-adegan dalam film Pamungkas juga menguatkan kecurigaan Yudha. Istrinya dan Pamungkas pasti punya kisah yang mereka sembunyikan.

bersambung

judul : PAMUNGKAS, LELAKI TERINDAH

penulis : Dee Rahayu

aplikasi : KBMapp

novel ini sudah tamat di KBMapp

#Lemon8 #deerahayu #novelromance #KBMapp