From hiding to celebrating

Ada masa di mana aku selalu berusaha keras untuk menyembunyikan siapa diriku yang sebenarnya. Bukan hanya secara fisik, tapi juga bagaimana aku menampilkan diriku di depan orang lain. Rasanya ada tekanan untuk selalu terlihat sempurna, tidak hanya secara penampilan, tetapi juga dalam cara bersikap.

Aku dulu selalu merasa bahwa aku harus menjadi versi ‘ideal’ dari diriku, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Setiap kali memposting sesuatu, aku berusaha memastikan semuanya terlihat sempurna—dari pose, pakaian, hingga ekspresi wajah. Ketidaksempurnaan dianggap sebagai sesuatu yang harus disembunyikan. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, aku merasa harus memenuhi ekspektasi orang lain.

Namun, lama-kelamaan, aku merasa lelah. Menyembunyikan diri yang sebenarnya justru membuatku semakin tertekan. Aku mulai menyadari bahwa tidak ada gunanya terus-menerus mencoba menjadi orang lain atau menutupi bagian dari diriku yang membuatku merasa kurang percaya diri. Karena sesungguhnya, diriku yang sesungguhnya—dengan segala ketidaksempurnaan—lebih berharga daripada versi ‘sempurna’ yang aku coba tampilkan.

Perlahan, aku mulai berani menunjukkan sisi asli diriku. Aku tidak lagi mengedit foto secara berlebihan atau mencoba terlihat sempurna di setiap kesempatan. Aku mulai merayakan siapa diriku apa adanya, dan menyadari bahwa justru kejujuran inilah yang membuatku merasa lebih bebas dan lebih bahagia.

Sekarang, aku tidak lagi merasa perlu bersembunyi di balik topeng kesempurnaan. Aku lebih suka merayakan diriku yang asli, tanpa filter, tanpa penghalang. Menerima diri sendiri apa adanya—dengan segala kekurangan dan kelebihan—adalah langkah terbesar yang pernah aku ambil menuju kebahagiaan. Karena ketika aku berhenti bersembunyi, aku menemukan versi diriku yang paling indah.

#TakPerluSempurna #HasilFoto #Lemon8Diary #lemon8cantik #lemon8campaign