Lemon8 Загрузчик видео

Самый простой способ скачать видео и галерею из приложения Lemon8

Adikku Genderuwo

Adikku Genderuwo

Компьютер: щелкните правой кнопкой мыши и выберите "Сохранить ссылку как..." для загрузки.

PHOTOS
Adikku Genderuwo JPEG Скачать

Adikku Genderuwo

Tangis Bayi di Kamar Bapak

Pukul dua malam, saat aku baru saja tiba di rumah dan berbaring di ranjang, dari kamar Bapak terdengar lengkingan suara tangisan bayi yang baru dilahirkan. Jelas saja itu membuatku terkejut dan refleks bangun lalu duduk fokus mendengarkan.

Itu suara yang tak biasa menurutku.

Biasanya, dari kamar Bapak memang sering keluar suara aneh. Suara itu seperti orang kesakitan hingga membuat aku muak mendengarnya. Itu yang membuat aku harus tidur dengan telinga tertutup hampir setiap malam.

Karena suara-suara aneh itu, aku jadi merasa yakin Bapak membawa perempuan entah siapa ke kamarnya. Itu alasan yang membuat aku pulang ke rumah larut malam di atas pukul dua. Karena di jam itu, sudah berkurang suara dari kamar Bapak.

Bapak dan Ibu berpisah setahun lalu. Aku tak terlalu tahu penyebabnya karena mereka berpisah tiba-tiba tanpa ada keributan besar. Saat itu Bapak mengucapkan talak pada Ibu di depan Kakek dan Nenek yang kebetulan datang tepat di hari kelulusan SMA.

Aku kecewa tapi tak berkomentar apa-apa dan memilih tetap tinggal bersama Bapak karena Ibu pergi merantau bekerja di Malaysia setelah satu bulan tinggal di kamar Nenek.

Sampai hari ini, aku tak tahu siapa perempuan yang dibawa Bapak ke kamar itu. Komunikasiku pada Bapak sangat buruk. Kami jarang bicara sejak Bapak dan Ibu berpisah. Bapak juga jadi pendiam padaku.

Bapak berubah sejak satu bulan Ibu pergi. Bapak jadi sering senyum-senyum dan bicara sendiri. Awalnya aku berpikir Bapak frustrasi karena baru saja berpisah dengan Ibu. Namun, semakin lama Bapak menjadi semakin tak bisa ditebak pikirannya. Bapak terlihat normal saat berinteraksi dengan tetangga tapi tak jelas saat sedang sendirian.

Sikap dan kelakuan Bapak menjadi semakin aneh ketika pada suatu malam Bapak pulang dari mengail di sebuah sungai di hutan. Pulang tanpa ikan, tapi penuh keriangan. Sejak saat itu di dalam kamarnya, Bapak seperti sedang bersama orang lain. Selalu ada suara tawa Bapak dan cekikikan seorang perempuan.

Dulu, aku risi. Ada keinginan untuk menegur Bapak agar jika memang Bapak ingin menikah, ya menikah saja. Jangan sembarangan membawa perempuan yang entah dari mana. Namun, aku sungkan karena Bapak kurang merespons jika kuajak bicara. Karena itu terjadi sudah hampir setiap hari, sekarang aku jadi biasa saja.

Aku tak pernah melihat teman tidur Bapak itu karena setiap aku bangun yang memang selalu kesiangan, tak ada siapa pun di rumah.

Kamar Bapak selalu rapi saat aku memeriksanya. Dapur juga bersih tanpa ada piring atau gelas dan peralatan memasak yang kotor. Lantai selalu mengilap seperti baru saja dipel. Padahal, aku orang yang berantakan. Sebagai orang yang bekerja serabutan, aku sering kelelahan hingga ketika selesai memasak dan makan, tak ada benda yang kucuci. Lantai juga tak pernah kusapu apalagi kupel.

Aku berpikir, mungkin perempuan yang dibawa Bapak yang mengemasi rumah ini. Akan tetapi siapa?

Tak pernah ada makanan lain selain dari yang kumasak untuk makanku sendiri karena Bapak tak pernah makan di rumah. Bapak hanya minum air manis saja. Itu artinya perempuan yang dibawa Bapak itu tak melayani makanan untuk Bapak.

Teman tidur Bapak sangat misterius. Meski begitu, aku tak pernah mencari tahu.

Aku mendekat ke pintu kamar ketika dari kamar Bapak terdengar suara orang membuka pintu. Suara tangisan bayi memang sudah tak ada tapi rasa penasaranku terlanjur meron ta.

Dengan pelan aku membuka pintu dan mengintip ke kanan ke arah kamar Bapak. Lampu yang terang membuatku bisa melihat Bapak keluar kamar dan langsung berbelok ke kiri. Ada sesuatu yang Bapak bawa di depan tapi aku tak bisa melihat benda apa karena posisi Bapak membelakangi.

Dengan cepat tapi mengendap, aku mengikuti Bapak. Dapur yang awalnya gelap, terang setelah Bapak menekan sakelar.

Bapak mengambil panci tanah liat dari rak lalu masuk ke kamar mandi tanpa menutup pintu. Aku mengintip dari tepi gawang pembatas ruangan. Posisi Bapak yang menyamping membuat aku bisa melihat benda di tangan Bapak. Benda itu seperti gumpalan daging sapi ukuran besar. Kuperhitungkan beratnya tiga kilogram. Bapak mencuci benda yang berlumuran darah. Seperti ... ari-ari bayi.

Otakku merespons cepat. Ada perempuan melahirkan di kamar Bapak!

Bapak melakukan sesuatu yang tak baik.

Antara geram dan malu karena khawatir tetangga tahu, aku berusaha menahan untuk tak mendekat. Kulihat saja dulu.

Setelah selesai mencuci, Bapak membawa panci tanah liat itu keluar melalui pintu belakang. Aku terus mengikuti sembari tetap menjaga jarak dan sembunyi-sembunyi.

Perlahan tapi pasti, Bapak meraih cangkul di tepi teras lalu berjalan ke arah pohon pisang dan membuat lubang setelah meletakkan panci tanah.

Selanjutnya Bapak menanam benda itu.

Aku cepat masuk dan kembali ke kamar karena Bapak sudah selesai dan tergesa-gesa berjalan ke pintu.

Tak lama setelah itu, terdengar suara Bapak seperti menimang bayi. Hanya sebentar karena kemudian terdengar lagi pintu terbuka. Selanjutnya terdengar suara air ditampung ke dalam wadah.

Aku kembali mengintip dari pintu kamar. Bapak telah kembali dengan sebuah baskom besar berisi air. Botol sabun cair juga dibawanya.

Pintu kamar Bapak tak ditutup. Berjingkat, aku keluar dan mendekati kamar Bapak. Sebisa mungkin aku berusaha agar hanya sedikit kepalaku yang menyembul untuk mengintip.

Bapak terlihat sedang memandikan bayi.

Benar dugaanku. Ada perempuan yang melahirkan.

Kutarik kepala dan bersandar ke dinding ketika Bapak bicara. “Tung ting tang tung tang tang tung! Cantiknya anak Bapak. Sehat-sehat ya, Nak!”

Bayi itu perempuan.

Apa mungkin Bapak sudah menikah? Kenapa tak memberitahu aku? Apakah aku tak lagi penting hingga memiliki ibu tiri pun aku tak berhak tahu?

Aku marah tapi tak ingin ribut. Kuputuskan untuk membiarkan saja Bapak dengan rahasianya.

Baru saja aku akan bergerak kembali ke kamar, bayi itu menangis lagi. Aku kembali mengintip. Kali ini lebih ke kiri bagian dalam karena di situlah posisi Bapak.

Aku mendadak merinding. Ada yang aneh dengan bayi yang digendong Bapak.

Bayi itu tak seperti anak manusia pada umumnya. Entah apa namanya.

Bayi yang masih merengek tapi pelan itu berbentuk makhluk kecil berbulu tipis berwarna kemerahan.

Kemarahan berubah jadi rasa ketakutan.

Ketika aku melihat ke atas tempat tidur, ada sosok yang lebih mengerikan. Mirip perempuan tapi sosoknya besar sekali hingga kakinya melebihi panjang ranjang. Bagian bawah kakinya berlumuran darah. Seluruh tubuhnya berbulu lebat. Matanya merah besar. Hidung pesek. Wajahnya juga berbulu. Itu bukan manusia!

Makhluk itu ... genderuwo!

Istri baru Bapak genderuwo?

Itu berarti adikku berasal dari golongan makhluk gaib.

Pikiranku tak bisa menggapai logika bahwa manusia bisa menikah dengan golongan jin. Namun, tak bisa juga mengingkari karena aku melihat dengan mata kepala sendiri. Parahnya, kenyataan itu ditunjukkan oleh bapakku sendiri.

Terkadang ada logika yang tak masuk dalam logika tapi terpaksa harus kita terima dengan mengakuinya.

.

Selengkapnya

di KBMapp

judul : Adikku Genderuwo

username : Shadam_Adivio

Up di lemon8 hanya 8-10 bab

***

#myonething #takemymoneybrands #Lemon8Leaderboard #penulis #kbm #fiksi #MasaSekolah #horor

.