Descargador de videos Lemon8

La forma más fácil de descargar videos y galerías desde la aplicación Lemon8

MADU YANG TIDAK KUHARAPKAN (2)

MADU YANG TIDAK KUHARAPKAN (2)

Escritorio: haga clic con el botón derecho y seleccione "Guardar enlace como..." para descargar.

PHOTOS
MADU YANG TIDAK KUHARAPKAN (2) JPEG Descargar

Aisha mengecup punggung tangan Dannis cukup lama. Kepalanya ingin sekali mendongak, melihat jelas wajah suaminya. Tetapi yang ada malah rasa malu yang menyelinap lubuk hati.

Dannis mengangkat kepala Aisha. Pandangan keduanya beradu. TINK! Serasa aliran darah Aisha membeku. Kini lelaki yang mengambil tanggungjawab ayah untuk membimbingnya telah nampak jelas potretnya. Dannis Megantara. Sosok yang bukan sekedar nama tanpa gambar seperti beberapa pekan terakhir. Sempurna sudah wujudnya tanpa harus diterka seperti apa aslinya.

"Hm.... Aisha..." Dannis terhenti untuk melanjutkan kata-katanya. Ternyata tatapan Aisha membuat degup jantung Dannis berpacu lebih kencang. Aisha mendengarnya begitu jelas.

"Abang oke?" Aisha memberanikan bertanya. Ah tidak tepatnya berani menggoda, hingga semu di wajah Dannis terlihat. Dannis gelagapan menjawabnya.

"Ah, ya.... Saya baik."

Aisha tertawa kecil. Mungkin inilah sesungguhnya rasa yang begitu tenang. Rasa saat ijab qabul sudah selesai dengan gemuruh kata SAH.

Obrolan santai pun berlanjut. Dannis menyampaikan tentang dirinya, Aisha pun demikian. Menyampaikan visi misi dan komitmennya dalam membangun keluarga.

"Setia padaku, insyaAllah aku pun akan memberikan kesetiaan yang sempurna." Ucap Aisha menatap Dannis yang tidak memberikan komentar apa pun tentang kesetiaan yang dipinta Aisha.

***

Hari ini berbeda. Kemarin pernikahan telah digelar dengan penuh bahagia. Semalam selepas tetamu kembali, Dannis dan Aisha ikut berbenah untuk diri masing-masing.

Sholat dua rakaat selepas akad pun sempat dilaksanakan baru kemudian mereka lelap karena lelah.

Hari ini, saat membuka matanya Aisha menemukan wajah lelaki yang memasang tampang senyum meskipun tipis tepat beberapa senti dari wajahnya. Rupanya Dannis sudah lebih dulu terbangun.

"MasyaAllah..." Pelan Aisha bergumam.

"Sebentar lagi shubuh. Saya mau siap-siap ke masjid." Dannis menyingkap selimut dan bergegas turun dari ranjang. Aisha mengikuti Dannis tanpa membuka hijabnya.

Dannis mencoba memahami mengapa Aisha tidak juga membuka hijabnya. Sebab semalam saat ngobrol jelang istirahat, Aisha sempat mengutarakan kalau dirinya menunggu nyaman baru akan membukanya untuk Dannis.

Dannis sudah siap ia menuju ke ruang tamu diikuti Aisha.

"Saya pergi dulu." Aisha mengambil tangan Dannis, dan mengecupnya lagi. Dannis memberikan respon lagi-lagi dengan senyum tipis.

Dannis sudah pergi ke masjid dengan berjalan kaki. Kebetulan masjid di kompleks perumahan letaknya tidak jauh dari rumah.

Aisha pun segera mempersiapkan diri untuk sholat. Saat takbirnya akan diangkat, terdengar suara getaran dari atas meja.

"Bang Dannis lupa membawa ponselnya." Ucap Aisha membiarkan dan segera melakukan sholat sunnah jelang shubuh.

Saat salam baru saja selesai, ponsel Dannis bergetar lagi. Sepanjang sholat berapa kali getaran itu terdengar, membuat fokus Aisha terganggu.

Sebelum menunaikan shubuh, Aisha pun berinisiatif untuk mengsilentkan ponsel Dannis.

Aisha cukup lama terdiam, saat membaca nama yang tertera di layar ponsel.

DINDA

"Dinda? Ah mungkin adiknya yang kuliah di luar kota." Ucap Aisha pelan mencoba untuk berhusnuzzon.

Aisha kemudian melanjutkan kembali sholatnya sebelum Dannis kembali.

***

Sarapan sudah siap saat Aisha ke dapur. Mamah ternyata sudah mempersiapkan sarapan sendirian sejak tadi.

"Mah, papah ke masjid?" Tanya Aisha sembari mengambil piring untuk diletakkan di meja.

"Papah ke bandara sebelum shubuh, nganter paman kamu. Paman Adnan nitip salam ke kalian berdua. Tadinya mau pamit tapi, kalian nyenyak sekali sepertinya." Mamah menyampaikan pesan paman Adnan sembari tertawa kecil.

"Panggil Dannis sarapan." Ucap mamah lagi. Belum juga Aisha beranjak, Dannis rupanya sudah muncul ke dapur dengan memakai baju kaos hitam.

"Silahkan, bang..." Aisha menarik kursi dan mempersilahkan Dannis duduk.

"Aisha hampir lupa. Tadi pas abang ke masjid, ada yang nelfon berkali-kali... Nama yang......" Belum juga selesai apa yang Aisha sampaikan, Dannis sudah terburu kembali ke kamar, mengambil ponselnya.

Mamah dan Aisha berpandangan.

"Nak, ponsel itu privasi jadi usahan izin dulu sama suami kalau mau membuka..." Tiba-tiba seperti gumaman, mamah mengingatkan Aisha.

"Aisha tidak buka, mah. Cuman Aisha merasa terganggu karena pas mau sholat bergetar terus."

"Ya udah lain kali izin dulu." Senyum mamah. Aisha mengangguk dan duduk di kursinya. Tadinya mau nyusul Dannis ke kamar tapi tidak dilakukan karena Aisha berharap Dannis segera kembali untuk sarapan.

"Nak, kok Dannis lama?" Aisha menoleh ke mamah. Ternyata mamah menunggu Dannis dan belum menyentuh sarapannya sama sekali.

Aisha akhirnya menyusul Dannis. Saat pintu kamar di buka nampak Dannis sedang duduk di tepi kasur dan mengetik pesan di ponselnya.

"Bang, mamah tunggu..." Ucapan Aisha ternyata membuat Dannis kaget. Aisha menautkan alis. Cukup heran dengan reaksi Dannis.

"Kenapa, bang?"

"Yuk, sarapan." Dannis berdiri sembari memasukkan ponselnya di saku celananya. Dia melangkah lebih dulu tanpa menoleh ke Aisha.

Aisha mengikuti di belakang dengan pertanyaan dibenaknya. Ingin sekali melangkah bergandengan dan bertanya tentang si Dinda itu, tapi kalau melihat reaksinya Aisha merasa Dannis tak akan menceritakan apapun tentang DINDA meski pun di pinta.

"Biarkan waktu yang menceritakannya padaku." Batin Aisha menyusul Dannis. Mamah ternyata masih setia menunggu.

Sarapan dinikmati dengan obrolan kecil. Sesekali mamah mencoba menelisik menantunya dengan pendekatan ala mamah. Aisha menyimak sembari menatap Dannis dengan senyuman kecil.

"Mah, insyaAllah Aisha ikut saya ke Sukabumi. Saya pindah mengajar ke sana. Aisha juga nanti kalau mau bisa ikut mengajar di sana." Tiada angin tiada hujan, Dannis tiba-tiba memutuskan untuk pindah ke luar Balikpapan.

Mamah memandang Aisha. Tatapan mamah seolah berkata "bisnis kue yang kamu buka gimana?" Aisha menarik napas sebelum akhirnya memberikan jawaban.

"Aisha ikut abang. Mengenai bisnis kue yang sudah Aisha buka akan dilanjutkan Rani." Aisha tiba-tiba teringat sahabat terbaiknya itu. Aisha yakin Rani mau meneruskan bisnisnya tanpa keberadaan Aisha.

"Rani sudah pasti mau?" Potong mamah. Kali ini Dannis menoleh ke Aisha.

"Status Aisha sekarang mengharuskan Aisha berbakti pada suami. Jadi kalau pun bisnis itu ditutup, yah tidak apa."

Mendengar perkataan Aisha, Dannis tertunduk. Ada hal lain yang ia pikirkan menurut Aisha. Tapi, apa pun itu Aisha tak tahu dan mencoba tidak mencari tahu.

***

Rani baru saja meletakkan ponselnya beberapa detik lalu, saat deringnya memanggil.

Aisha 

(Oh gitu.. oke deh nanti pulang kerja gue mampir)

Rani menghela napas. Sejak kemarin sebenarnya Rani ingin menyampaikan perihal adik sepupu Dena yang sempat menjalani masa perkenalan dengan Dannis, tapi Dena sudah menitipkan pesan untuk tidak menyampaikan apa pun ke Aisha.

Jangan rusak moment bahagia Aisha

Ucapnya berbisik saat akan berpisah, terngiang kembali. Rani tahu Aisha sosok yang begitu naif. Bukan hanya naif Aisha pun sangat penurut.

"Ah sudahlah. Paling penting bertemu dulu." Bisik Rani mulai fokus ke pekerjaannya kembali.

Rani hanya berharap, semoga pernikahan Aisha awet menggapai sakinah, mawaddah, warahmah.

Beberapa jam berikutnya Rani kini sudah berdiri di depan pagar rumah Aisha. Janji temu untuk memberikan sokongan.

🌼🌼🌼🌼

Yuk kepoin diKBMapp

judul: Madu Yang Tidak Kuharapkan

penulis: Ainan Takhsyaallah

#novelkbm

#novelseru

see yu