Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

Part7

Part7

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
Part7 JPEG Download

"Ay, Ay, cowok lo dapat nilai tertinggi, lho. Lo udah baca pengumuman belum?" Melinda, teman sebangku Ayya mengabarkan sebuah berita.

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu," jawabnya, tampak biasa-biasa saja.

"Eh, lo lagi berantem sama Harsa?" Melinda menatap Ayya dengan seksama.

Membalas tatapan Melinda, Ayya hanya mengedikkan bahunya. Kemudian beranjak meninggalkan kelas, untuk segera menemui Harsa, lantas mengakhiri segalanya.

Bagi Ayya mendengar berita baik tentang Harsa saat itu, ia anggap sebagai faktor pendukung atas keputusan yang sudah dipertimbangkan semalaman.

Biarlah untuk sesaat merusak suasana hati Harsa. Lama-lama semua pasti akan terbiasa. Meski hubungan mereka sudah berbeda. Ayya yakin Harsa bisa menerima itu semua.

**********

"Ma, kata Pa—" Kalimat Harsa terputus seketika. Manakala maniknya berhasil menangkap bayangan seorang perempuan yang tengah berbincang dengan akrabnya bersama sang Mama.

Ayya mundur beberapa langkah. Tangannya kembali menggamit lengan Agha, yang juga sama-sama mematung, tak jauh beda dengan Harsa.

"Ada apa, Nak?" tanya Indira. "Eh, ini kenalin dulu. Harsa, ini Ayya pemilik toko kue langganan Mama, dan yang di sebelahnya ini suaminya. Ayo, kenalin ini Harsa anak saya satu-satunya." Indira memandang bergantian ketiga orang sesungguhnya tak perlu lagi dikenalkan.

Terpaksa ketiganya menuruti perkataan Indira. Harsa menjabat tangan Agha dan Ayya secara bergantian. Hingga ketika tatapannya beradu, Ayya tak kuasa untuk tak berpaling darinya.

Dengan segera Ayya menarik tangannya. Lalu memberi jarak agar tak terlalu dekat. Ia tak ingin rasa yang susah payah ia kubur, kembali timbul akibat rindu yang serta merta menyembul.

"Oh ya, tadi kamu mau ngomong apa?" Kembali bertanya, Indira sekalipun tak curiga dengan peran yang sedang mereka lakonkan.

"Eh, itu, tadi Papa minta Harsa panggil Mama. Gak tahu ada apa," jawab Harsa, sama sekali tak beralih dari memandang Ayya.

"Oh, ya udah Mama temuin Papa dulu. Kalian kalau mau ngobrol-ngobrol lanjutkan saja. Atau cobain hidangan juga silahkan. Nikmati acaranya, ya. Saya permisi dulu."

Selepas kepergian Indira, Ayya semakin luput dari pandangan Harsa. Gadis belia yang kini telah dewasa itu, bersembunyi di balik punggung suaminya.

"Bisakah saya bicara sebentar dengan Ayya?" pinta Harsa pada Agha.

Sedikit menoleh kebelakang, Agha ingin memastikan apakah istrinya bersedia menerima ajakan Harsa untuk berbincang.

"Silahkan, kalau istri saya tidak keberatan." Agha memperjelas status Ayya pada Harsa.

"Enggak, Mas. Ayya gak mau. Gak ada lagi yang perlu kami bicarakan," tolak Ayya, masih setia berlindung di belakang Agha.

"Kamu dengar sendiri, kan? Jadi mohon maaf, tidak bisa." Agha bergerak menjauh dari Harsa dengan tanpa melepaskan Ayya.

Tak banyak yang bisa Harsa perbuat. Ia tak mungkin memaksa Ayya di tengah pesta yang digelar sang Papa. Keadaan akan kacau, kalau sampai Ayya meronta nantinya.

Namun demikian, Harsa tak sedikitpun membiarkan Ayya lepas dari pandangan. Meski dari kejauhan pemilik manik hitam pekat nan tajam itu, tak mau berhenti memerhatikan.

Segala pergerakan dan tindak tanduk Ayya pun, tak pelak menjadi objek pandangan dari seseorang yang mengawasi serupa pemburu yang mengintai mangsanya.

"Mas, Ayya gak tenang banget. Kita pulang sekarang, ya." Ayya berkata pada suaminya, seraya menyisir setiap sudut yang terjangkau oleh pandangan.

Sedikit pun Ayya tak dapat menikmati pesta tersebut. Sesekali ia berinteraksi dengan beberapa orang yang mengenal sang suami. Tetapi, tetap saja ia yakin dengan pasti jika dirinya tengah diawasi.

"Ya udah, ayo! Aku ke toilet sebentar. Kamu langsung ke mobil aja, ya," sahut Agha.

"Tapi, Ayya takut ketemu Harsa, Mas." Ayya memegang lengan Agha dengan sebegitu eratnya.

"Mas cuma sebentar."

"Gak mau, Aya takut."

"Sayang, ini pesta ayahnya Harsa. Mas yakin Harsa gak mungkin mengacaukannya. Dia bukan orang sembrono dengan tiba-tiba menganggu tamu Papanya. Dia pasti tahu resikonya. Dia pasti gak mau kalau sampai kamu teriak, karena menolaknya. Itu akan mempermalukan dirinya juga keluarganya." Agha mencoba memberi pengertian pada Ayya.

Agha mengerti kekhawatiran istrinya. Hanya saja saat ini Agha juga butuh sejenak mendinginkan kepala yang mendadak serasa tertimbun bara. Sungguh bila Agha harus jujur, ketakutan Ayya tidak seberapa dibanding dengannya.

Keluar dari Ballroom, Ayya bergegas menuju basement gedung. Dimana mobil Agha terparkir rapi. Ayya pikir, ia akan bertemu banyak orang di sana. Mengingat pesta yang semula tampak padat kini sudah tak lagi rapat.

Aya kira dirinya akan bersama dengan orang-orang yang juga hendak meninggalkan pesta. Tapi, ternyata ia salah. Basement tersebut tampak begitu sepi. Sangat berbanding terbalik dengan suasana di dalam gedung yang berisik.

Lebih sial lagi ketika Ayya hendak membuka pintu mobil, ia lupa meminta kunci yang dikantongi oleh sang suami. Dengan terpaksa Ayya menunggu Agha sambil tetap berdiri.

"Awalnya kupikir di antara kita memang sudah selesai."

Ayya terkejut bukan kepalang, dikala rungunya menangkap suara yang seseorang yang menjadi sumber ketakutan.

"Tapi, ternyata aku salah," lanjut pria berstelan formal itu, berangsur mendekat. Bahkan kini sudah berdiri di hadapan sang mantan.

Sekalipun bibir Ayya terkunci rapat. Ia tak ingin mengeluarkan sepatah kata pun untuk mendebat. Ayya membiarkan Harsa mengurai semua yang ingin ia ucap.

"Kau pembohong, Ayya. KAU PEMBOHONG, RUQAYYA!" teriak Harsa tepat di depan telinga Ayya. Sehingga membuat wanita yang mengenakan dress biru muda, meringis tak berdaya.

Setitik bening mengalir membasahi pipi. Juga getaran di bibir yang menandakan betapa gentarnya Ayya menghadapi sang mantan kekasih.

Seringai yang menunjukkan sebuah cemoohan, tercetak di bibir Harsa. Maniknya tak lepas dari raut ayu yang saat ini semakin tergugu.

"Kenapa menangis?" Harsa berkata dengan suara serak. Jemarinya menyentuh pipi Ayya, mengusap titik-titik air mata.

"Merasa bersalah, karena kau berbahagia setelah membuat aku menderita?" tanya Harsa. Tanpa mengharap jawaban Ayya.

Kali ini kedua telapak tangan Harsa dengan berani menangkup kedua pipi Ayya. Membingkai wajah, kemudian lebih lekat menatap.

Tubuhnya serupa pohon yang tak mampu bergerak. Irama jantungnya seolah kian menghentak. Seiring dengan wajah Harsa yang mengikis jarak.

"Ber3ngs*k!"

Tubuh Harsa t3rl3mp4r ke belakang sebelum ia mencapai h4sr4t mereguk manisnya bibir Ayya.

Tanpa ampun Agha m3 mu kuI Harsa dengan memb4 b1 buta.

Sementara Ayya, lututnya melemas seketika, sehingga terkulai tak bertenaga. Ingin sekali ia mencegah suaminya m3 mu ku I1 Harsa. Tapi, apa daya, bersuara pun Ayya tak bisa.

Butiran-butiran air mata pun seolah tak mampu untuk Agha baca. Pria itu terlanjur terbakar amarah dan berjuta rasa terhina. Ketika istrinya diperlakukan sedemikian rupa.

"Mas," lirih Ayya, seraya berusaha menggerakkan tubuhnya untuk menghentikan suaminya.

Merasakan ada yang menarik jasnya, Agha menoleh segera. Tindakan menghukum perbuatan Harsa pun terhenti seketika. Tatkala mendapati Ayya telah hilang kesadarannya.

"Ayya," pekik Agha, seraya mengh3mp4sk4n raga Harsa yang sudah babak b3 lur dibuatnya.

"Aku tidak peduli sekalipun kau menuntutku setelah ini. Karena, aku tidak terima kau m3 l3 c3h k4n istriku. Ingat Harsa, kau dan Ayya sudah berakhir sejak lima tahun lalu. Dan sekarang Ayya adalah istriku," maki Agha, sesaat sebelum ia membawa Ayya masuk ke dalam mobilnya.

"Aarrgghhtt ...! B4ng s*t ...!" teriak Harsa, ketika mobil Agha berhasil melesat.

*****

Bersambung

Cerita ini sudah tamat di KBM App.

Judul : Ketika Mantan Kembali Datang

Penulis : Yuliana Lathif

#Lemon8Leaderboard

#promosicerita

#promonovelonline

#promonovel

#promokbmapp

#kbmapp

#kbmnovel