Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

๐—ข๐—•๐—”๐—ง ๐—ฅ๐—œ๐—ก๐——๐—จ ๐—จ๐—ก๐—ง๐—จ๐—ž ๐—œ๐—•๐—จ, ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฟ๐˜๐Ÿฎ

๐—ข๐—•๐—”๐—ง ๐—ฅ๐—œ๐—ก๐——๐—จ ๐—จ๐—ก๐—ง๐—จ๐—ž ๐—œ๐—•๐—จ, ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฟ๐˜๐Ÿฎ

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
๐—ข๐—•๐—”๐—ง ๐—ฅ๐—œ๐—ก๐——๐—จ ๐—จ๐—ก๐—ง๐—จ๐—ž ๐—œ๐—•๐—จ, ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฟ๐˜๐Ÿฎ JPEG Download

"Bu, masuk sudah mau magrib ini," ujarku pada ibuku yang hari ini alhamdulillah tidak ke mana-mana, kaki ibu sakit, kemarin kakinya tertusuk duri saat pergi ke sawah, katanya mau antar makanan untuk Ayah. Yang dibawa ibu ke sawah cuma rantang kosong.

"Nanti nduk, Damar belum pulang sekolah, ini sudah sore loh ... ibu takut dia diajak tawuran lagi sama Bowo dan Budi," ujar Ibu.

Dulu, Damar memang pernah tertangkap sama polisi karena ikutan tawuran antar sekolah, sampai malam gak pulang, tau-tau besoknya pagi-pagi diantar sama gurunya dan gak boleh berangkat sekolah satu minggu, rambut Damar juga digundul plontos.ย 

"Ini sudah sandekala Bu, masuk gak baik di luar, nanti ada wewe gombel, loh!" Mendengar ancamanku, ibu bukannya takut malah tertawa.

Katanya, "Kamu ini, kamu pikir Ibu ini Naira," ujar Ibu, lalu wanita 60an tahun itu bangkit dari duduknya dan dengan sedikit pincang beliau masuk ke dalam rumah, meninggalkanku yang terdiam sebelum menghela napasku panjang. Baru saja Ibu ingat dengan Naira.

Naira adalah putriku, dia masih TK. Aku hamil Naira saat usiaku 35 tahun. Setelah beberapa tahun menikah dengan suamiku, Mas Yadi namanya. Dia dulu duda, sekarang usianya 50 tahun, punya 2 anak perempuan yang alhamdulillah semuanya sudah menikah dan punya anak, 1 tinggal di Lampung ikut suaminya dan 1 lagi tinggal di rumah Mas Yadi dan istri pertamanya.

Sesekali mereka datang ke sini dan anak-anak Mas Yadi cukup menghormatiku. Aku pun dulu juga janda, tapi tanpa anak. Usia 17 tahun aku menikah dengan pacarku 18 tahun, tapi aku cerai di usia 25 tahun tanpa anak. Kami sama-sama belum dewasa waktu itu, apalagi keluarga mantan suamiku tak menyukaiku yang hanya orang miskin.ย 

"Nduk, belum goreng telor buat Damar, tadi pagi dia minta telor lho!" seru Ibu dari arah dapur membuatku mendesah kesal. Baru saja Ibu ingat Naira, artinya sesaat tadi ibu ingat dengan masa kini, bukan masa lalu.ย 

Damar, adikku. Andai malam itu kita tak datang ke rumah nenek, mungkinkah kamu masih di sini?

Malam itu 15 tahun lalu, setelah kami datang ke rumah nenek dan mendapati saudara-saudaraku berpesta barbeque kalau kata orang kota, kalau kataku bakar-bakar, lha wong sambelnya paling cuma sambel kecap, bukan saos barbeque seperti yang pernah ku makan saat dulu aku kerja jadi pembantu di ibukota sama orang bule, aku pernah nyicip sisa majikanku.ย 

Malam itu, Aku dan Damar duduk di karpet, di bawah sementara 4 orang adik ayah duduk di kursi sofa di ruang tamu.ย 

"Mau apa datang malam-malam?" tanya Pak Lik Jiwo setelah semua adiknya berkumpul.ย 

Ini yang aku tunggu, aku pun tanpa ragu mengatakan apa yang menjadi beban pikiranku beberapa hari ini. "Mira dengar, Sawah dan kebon nenek sudah di jual," ujarku mengawali pembicaraan.ย 

"Terus?" tanya Pak Lik Jiwo.ย 

"Kami dengar, kalian sudah mendapat bagian kalian masing-masing, karena itu-"

"Bapakmu gak ada bagian," ujar Bu Lik Sarni tiba-tiba memotong ucapanku.ย 

Tak ada bagian? Aku pun langsung menatap padanya bingung. "Maksud Bu Lik?" tanyaku penasaran.

Pak Lik Jiwo menghela napasnya panjang. "Dengar Mira, dulu bapakmu pernah jual kebon untuk nikah dan beli rumah yang sekarang kamu tinggali sama ibumu, terus buat lahiran Damar, ibumu kan operasi, dari mana dia punya uang kalau bukan dari nenek, lha wong bapakmu kerjanya cuma garap sawah nenek."

"Kalau pun benar, Ayah jual kebon, pasti gak habis Lik, pasti masih ada sisa, buktinya kalian semua bisa beli mobil dan mau bangun rumah, Cici juga beli motor, dia kan cucu juga sama seperti kami, meski ibunya juga sudah meninggal, dia dapat hak ibunya."

"Ya beda jelas, Bapakmu jual dulu, kami jual sekarang, harganya aja udah pasti beda jauh Mira," timpal Bu Lik Eti, anak ke 5 nenek.ย 

Aku pun menggeleng. "Tetap saja, Mira yakin yang dijual Ayah gak sebanyak itu, kalian pasti mau mbodohi aku dan Damar kan, gak ada buktinya Ayah jual," ujarku.

Kasihan Ayah, kata Ibu Ayah cuma lulus SMP, dia tidak melanjutkan sekolah, pertama saat itu kakek sakit-sakitan, jadilah Ayah lebih sering bantu Ibu ngurus sawah, kalau bukan Ayah siapa lagi, adik-adik ayah kecil-kecil.

Kata ayah biar adik-adiknya saja yang sekolah, dan semuanya lulus PGRI, seperti Pak Lik Jiwo yang berhasil jadi guru, dan PNS sampai pensiun beberapa tahun lalu, sedang adik lainnya semua Sarjana. Semua karena tangan ayah yang memilih bekerja demi adik-adiknya dulu.ย 

"Damar butuh Lik, Damar mau kuliah di ITB," ujar Damar tiba-tiba menyadarkanku dari pikiranku yang larut akan pengorbanan mendiang Ayah untuk adik-adiknya.ย 

"Halah, kuliah zaman sekarang biayanya gede, gak akan mampu kamu, mending kerja saja di bengkel, atau pabrik kerupuk di ujung kampung sebelah aja, gak usah ngimpi tinggi-tinggi, sadar diri Damar!" ujar Bu Lik Sarni.ย 

"Sudah, malu didengar tetangga, sana pulang, sudah Pak Lik jelaskan, bagian ayahmu gak ada, sudah dijual dulu, kami kan gak pernah jual," ujar Pak Lik Jiwo. "ayahmu dulu sering banget gadaikan sawah jadi udah gak ada bagian!" setelah mengatakan itu Pak Lik Jiwo pergi ke dalam rumah, begitu pula dengan adik ayah yang lain.

Aku menunduk, air mataku tak bisa lagi ku bendung, aku ingat kata ibu dulu ayah gadai sawah untuk biaya ke tiga adik perempuanya kuliah, tapi kenapa mereka semua bersikap seolah Ayah gadai sawah untuk digunakan pribadi.

"Mbak, ayo pulang!" ujar Damar menepuk bahuku. Ku hapus air mataku, malam ini kami benar-benar bagai pengemis.ย 

Aku dan Damar pun pulang dengan tangan kosong, sampai di jalan tiba-tiba ada yang memanggil kami.ย 

"Mira ... Damar!"

Ku lihat ada Pak Lik Yusuf yang berlari menghampiri kami membuatku heran. Dia sejak tadi diam saja, tak ikut menekan kami seperti yang lainnya.

"Ada apa Lik?" tanyaku.ย 

"Maaf atas sikap Mas Jiwo, Eti dan Sarni," ujar Pak Lik Yusuf. "Pak Lik Yusufย ada sedikit uang, ini pegang untuk kalian," ujarnya.

"Lik Yusuf tidak bisa berbuat banyak, bagianku tidak ikut dijual, kalian tau sendiri, kebon sudah buat rumah, dan sawah mau buat sumber pangan Lik Yusuf dan keluarga, tapi ini kemarin ada dibagi sedikit, kita bagi dua ya, kalian 3 juta, Lik Yusuf 3 juta, tapi jangan bilang siapa-siapa!"

Lik Yusuf memberikan uang 3 juta itu ke tangan Damar, Pak Lik Yusuf pun berbalik dan pergi meninggalkanku dan Damar.ย 

"Mbak," ujar Damar.

Aku pun kembali hanya bisa menghela napasku. Ini bukan belas kasihan, tapi memang hak kami yang mereka zolimi. Ku hitung-hitung setidaknya per anak nenek dapat 300 juta dan kami hanya dapat 3 juta, hanya satu persen. Bahkan ini lebih kecil dari zakat mal.ย 

"Kita pulang saja Mar," ujarku. Pikirku, besok kami akan datang lagi, kalau perlu aku akan minta bantuan pada aparat desa nanti.

๐—•๐—ฎ๐—ฐ๐—ฎ ๐—ธ๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐—ป๐—ท๐˜‚๐˜๐—ฎ๐—ป๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ ๐—ž๐—•๐— 

#kbm #viral #trending #fyplemon #rekomendasi #beranda #novel #buku