Descargador de videos Lemon8

La forma más fácil de descargar videos y galerías desde la aplicación Lemon8

Drama Rumah Tangga

Drama Rumah Tangga

Escritorio: haga clic con el botón derecho y seleccione "Guardar enlace como..." para descargar.

PHOTOS
Drama Rumah Tangga JPEG Descargar

Iparku Menantu Kesayangan Ibu Mertua

KBM : Indkhrsya

FB : Indah Khairunnisya

Bab 9

"APA?"

"Seharusnya waktu itu tuh Mama bersikeras aja gak ngerestuin hubungan kalian, biar gak usah jadi nikah sekalian!"

"Jadi menantu gak berguna banget, udah yatim piatu, gak ada yang bisa diandalkan, burik, miskin, yang kerjaannya nyusahin suami sama mertua aja. NAJIS!"

Astaghfirullahaladzim!

"Mas ..." Aku menahan lengan Mas Gio yang hendak membalas perkataan menyakitkan ibu kandungnya itu, dengan semaksimal mungkin aku berusaha untuk tetap bertahan, meskipun rasanya sangat sakit sekali. "Aku gapapa, Mas, udah, kamu bisa ikut Mama aja."

Kedua bola mataku memanas, mati-matian aku menahan rasa sakit yang semakin mengiris-iris ulu hati, batinku menjerit dan tidak tertahankan lagi, tetapi di luar aku selalu berusaha menampilkan wajah tenangku, dan terus menerus meyakinkan Mas Gio yang tengah kalut.

Ya, Allah ...

Terlalu berat ujian yang Engkau berikan padaku, tetapi aku yakin ujian ini masih tidak seberapa, karena masih ada banyak lagi masalah-masalah yang harus aku hadapi ke depannya.

"Nad, tapi kamu gimana?" tanya Mas Gio parau.

"Aku gapapa, Mas, aku baik-baik aja, Mama bener, Felly lebih butuh kehadiran kamu ketimbang aku," cicitku dengan sesak yang semakin menghimpit dada, rasanya aku sudah ingin menangis, tetapi aku harus menahan demi kebaikan bersama.

"Tapi kamu istriku, Nadia, Felly bukan siapa-siapa bagiku," tukasnya lagi dengan suara yang bergetar, tetapi aku tetap kekeuh, meskipun menyakitkan aku harus melepaskan genggaman tangannya Mas Gio.

"Ayok, Gi, kita udah ditunggu sama keluarga yang lain!" ajak mama Ningsih sambil melirik jam tangannya yang melingkar, meski usianya sudah memasuki kepala 5, tetapi gaya dan penampilan ibu mertuaku memang sangat stylish. "Giooo, Felly udah nungguin kita di rumah sakit, kita harus berangkat sekarang."

Di tengah-tengah kedua ibu beranak itu aku berdiri, napas dan degup jantungku sudah tidak normal, aku merasakan sakit yang teramat dalam, namun di sini aku tidak menunjukkannya kepada siapapun. Hampir dua tahun aku menikah dengan Mas Gio, dan selama itu juga mama Ningsih tidak pernah menyukaiku, jadi aku ingin sekali dia memberikan sedikit perasaannya padaku jika kali ini aku mengalah.

"Ma ... Jangan kayak begini dong, Nadia istriku, bahkan Felly bukan siapa-siapa bagiku, kenapa malah justru aku yang dipaksa buat nemenin dan ngurus semuanya yang berkaitan sama Felly?" tanya Mas Gio dengan begitu kesal, wajahnya tampak merah padam, hanya saja dia tidak melampiaskan seluruh emosinya.

"Loh, iya dong kamu yang ngurus, jadi siapa lagi kalau bukan kamu? Hah?! Kamu tuh adiknya Riko, sekarang Felly hamil anak kandungnya kakakmu sendiri, semua hal yang berkaitan dengan Felly dan anak kandungnya harus kamu tangani Gio, karena kamulah yang harus bertanggungjawab atas Felly dan calon anaknya!"

"Tapi aku masih punya istri, Ma, Nadia istriku!" tukasnya lagi dengan begitu terluka, tetapi mama Ningsih masih bersikap masa bodoh, dia tetap kekeuh dengan keinginannya sendiri.

"Udahlah, kita gak punya banyak waktu lagi, ayok!" Untuk ke sekian kalinya mama Ningsih mengajak Mas Gio yang masih enggan, wanita itu memang sangat bersikeras tanpa mempedulikan perasaannya kami berdua. "Kalau kamu mau ikut ke rumah sakit, nanti perginya bareng Tania aja ya, Nad, sekarang biarkan kami pergi duluan."

Tanpa menunggu jawabanku terlebih dulu mama Ningsih pun sudah berlalu begitu saja, wanita itu pergi dengan raut wajahnya yang sangat ketus, sementara aku yang masih berdiri di tempat hanya menatapnya datar dan perih. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana lagi untuk mengambil hati mama Ningsih, entah apa salahku terhadapnya, sehingga dia sampai hati memperlakukanku seperti ini.

"Nadia ..." lirih Mas Gio sepeninggal mama Ningsih.

"Aku beneran gapapa, Mas, aku baik-baik aja kok."

"Nad, aku suami kamu, aku tahu dan bisa ngerasain apa yang kamu rasakan. Tolong, jangan cuma bilang gapapa aja, aku butuh pengakuan darimu, aku gak mau jadi suami yang lalai dalam melindungi istrinya." Mas Gio kembali berkata, suaranya begitu parau, bahkan kupikir dia akan menangis sebentar lagi saat aku bersikeras untuk tidak mengaku.

"Gapapa Mas, sungguh, pergilah, jangan bikin Mama semakin marah sama aku karena kamu gak kunjung keluar," tukasku sambil menunjuk ke arah pintu, aku sudah bisa membayangkan mama Ningsih akan kembali masuk memaki-maki menantunya ini, karena Mas Gio yang tidak kunjung menyusulnya.

Sebagai seorang menantu yang selalu salah di mata ibu mertuanya akulah yang selalu menjadi bahan cacian dan makian, sekeras apapun usahaku untuk membuatnya senang, tetapi tidak pernah sekalipun berhasil. Aku yang selalu salah, dan mendapatkan umpatan, cacian, makian, ataupun sekedar amarah.

"Nadia, tapi ..." ucapan Mas Gio langsung terhenti saat aku menaruh telunjuk di bibir, dengan penuh kelembutan aku pun mendorong tubuh lelaki itu, aku hanya tidak ingin memperburuk semuanya.

Untuk seperkian detik Mas Gio menatapku tajam, lalu lelaki itu pun mendengus kesal, tanpa berkata apapun lagi dia langsung berlalu pergi meninggalkanku sendiri. Aku tahu dia tidak menginginkan hal ini, tetapi sebagai seorang menantu yang ingin mengambil hati ibu mertua aku akan selalu berupaya membuatnya senang, dengan mengalah demi sedikit perhatiannya.

"Ya, Allah ..." Sepeninggal Mas Gio tubuhku langsung lunglai, aku pun merosot ke bawah dengan kedua kaki yang gemetaran.

Di lantai aku pun terduduk, air mata yang sejak tadi kutahan pun juga luruh begitu saja, aku menangis entah untuk ke berapa kalinya, melampiaskan kesedihan dan rasa sakit yang semakin menghimpit.

"Ya, Allah, sampai kapan ini akan berakhir?" tanyaku.

Aku sangat mencintai Mas Gio, begitupun juga dengan Mas Gio, lelaki itu sangat mencintai, dan juga menghargaiku sebagai istrinya.

"Selama dua tahun aku bertahan, rasanya akan sangat rugi jika aku menyerah sekarang kan?"

"Apalagi sekarang aku tengah hamil, kebahagiaan ini akan sempurna jika nantinya anak kami lahir ke dunia."

"Ya, Allah ... Berikanlah kekuatan kepada hamba, aku sangat mencintai Mas Gio, dan gak ada satu pun lelaki di dunia ini yang sebaik dirinya."

Dengan gerakan searah aku mengusap-usap perutku yang sudah agak membesar ini, kehamilanku sudah memasuki bulan keenam, itu artinya sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu. Harapanku, semoga dengan kehadiran cucunya kelak mama Ningsih akan berubah, terus terang saja satu-satunya harapanku saat ini adalah calon anakku dengan Mas Gio nanti.

Tiga bulan lagi, kupikir itu bukanlah waktu yang lama, aku bisa melewati selama dua tahun ujian menyakitkan ini, dan aku percaya ujian yang singkat saat ini belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan segala hal yang telah aku lalui.

"Kak Nadia!" panggil seseorang dari luar, aku yang tengah mengatur diri dan segenap perasaan sontak menoleh ke arah pintu, dan mengernyit bingung.

"Kak, ini aku Tania, adiknya kak Felly. Mau ikut ke rumah sakit gak?" Gadis ABG itu kembali berteriak di luar rumah, mendengar itu aku pun langsung berusaha bangkit, lantas bergegas menuju pintu dan membukanya dengan cepat.

"Gimana, Kak, mau bareng gak nih?!" tanyanya lagi sambil melirik ponselnya, Tania tampak terburu-buru, sementara aku yang masih belum siap spontan melirik penampilanku sendiri.

"Hmm, mau nunggu kakak gak? Sebentar aja kok, Tan, cuma ganti baju doang, sama beresin meja makan," kataku dengan bersemangat, rasanya aku cukup lega karena mama Ningsih tidak ingkar janji, bahkan dia sampai menyuruh Tania menjemputku di rumah sini.

"Gak bisa, Kak, aku lagi buru-buru nih!" jawab Tania dengan ketus, lalu dia menatapku yang mungkin saat ini masih tampak kumel dengan baju tidur seadanya. "Kita langsung berangkat aja ya, Kak, kalau gak mau yaudah aku pergi sendiri. Kak Nadia tuh mau pake baju apa aja tetep keliatan burik kan, gak kayak kak Felly yang selalu tetep keliatan cantik, yaudalah Kak, cukup tahu diri aja!"

Ya, Allah ...

Kenapa semua orang seakan-akan mengataiku jelek?

Apakah aku memang sejelek itu, sampai Tania yang tidak pernah bersinggungan denganku pun juga mengatakan demikian?

Bersambung ...

https://read.kbm.id/book/detail/eeb5ac74-d6f3-4131-b2eb-03a6b0e63f8b?af=ba3eaf10-1962-ceca-7aac-9f98ed40b3ee

#bacanovel #membacanovel #dramarumahtangga #menantumertua #curhatdong