Lemon8 Video Downloader

The easiest way to download video and gallery from Lemon8 app

Bertemu Mantan

Bertemu Mantan

Desktop: Right-Click and select "Save link as..." to download.

PHOTOS
Bertemu Mantan JPEG Download

Masya berhenti sejenak diujung gang. Pagi itu masih agak gelap tapi dia melihat sosok yang sangat dia kenal. Masya mendekat untuk lebih mengenalinya.

"Mas Fahrul?"

Seseorang yang dipanggil dengan nama Fahrul menengok dan kaget ketika melihat Masya.

"Masya?" tanya Fahrul untuk meyakinkan.

"Iya Mas. Mas kok ada di sini?" tanya Masya.

"Lagi nunggu teman, kami mau berangkat bareng."

"Siapa?" Masya ingin tahu karena sudah setahun tinggal di daerah ini, dia baru tahu kalau Fahrul berteman dengan salah satu tetangganya.

"Rizal," jawabnya.

"Oh jadi Bang Rizal teman Mas Fahrul ?" tanya Masya kemudian.

"Iya, baru kenal, kebetulan kami satu kerjaan. Kenal sama Rizal ?" tanya Fahrul. Masya mengangguk.

"Maaf Mas, saya harus ke rumah Bidan." Masya buru-buru pamit.

"Siapa yang sakit Dik?" tanya Fahrul sedikit berteriak karena Masya sudah berlalu. Masya berbalik lagi.

"Anak," jawab Masya lalu cepat-cepat pergi.

Masya merasa kalau Fahrul tak perlu tahu banyak tentang hidupnya yang sekarang.

***

Sore hari ketika matahari mulai terlihat di ufuk barat...

Masya baru saja menyelesaikan satu bab lagi dari naskah novelnya. Suara ibu memanggilnya.

"Ya Bu, ada apa? Dipa panas lagi?" tanya Masya.

"Dipa sudah baikan, dia lagi main sama Rizal."

"Bang Rizal ada disini? Kok aku ga tau Bu?"

"Sebenarnya tadi dia mencarimu tapi waktu ibu bilang kamu lagi nulis, dia ga mau ganggu, makanya dia pilih main sama Dipa," jelas ibu.

"Dimana mereka sekarang?" tanya Masya sambil celingukan mencari Dipa.

"Ada di teras depan," jawab ibu. Masya segera beranjak pergi.

"Eh, ndhuk, ini minumannya dibawa ke depan sekalian, " kata ibu.

Masya membawa nampan berisi minuman yang sudah disiapkan ibu.

"Dipa...kamu sudah baikan Nak?"

"Ibu..." Dipa berlari untuk memeluk Masya.

"Bang, ini diminum dulu."

"Terima kasih," kata Rizal sambil mengambil gelas minuman.

"Abang datang untuk nengok Dipa?" tanya Masya.

"Iya, tadi pagi Fahrul yang ngasih tau aku. Oh ya, tadi dia juga nitip sesuatu, katanya buat Dipa." Rizal mengeluarkan sebuah bingkisan dari tas kerjanya.

"Aku ga bisa menerimanya, Bang." Masya menolak dengan halus.

"Kenapa?" tanya Rizal heran.

"Bukan apa-apa, aku hanya ga mau punya hutang budi. Lagi pula Mas Fahrul ga kenal sama Dipa," kata Masya.

"Jadi gimana ini?" Rizal bingung sambil memegang bingkisan di tangannya.

"Abang kembalikan lagi saja dan bilang kalau aku ga bisa menerima hadiahnya. Dia pasti bisa mengerti, " jawab Masya.

"OK, aku akan kembalikan ini," kata Rizal sambil memasukkan lagi bingkisannya. Itulah enaknya berteman dengan Bang Rizal, dia tak pernah mau mencampuri sesuatu urusan yang dia tidak tahu dan dia pun tidak pernah berusaha mencari tahu.

"Abang pulang dulu ya. Pamitkan pada ibu," ucap Rizal sambil berdiri.

"Iya Bang, makasih ya udah nengokin Dipa."

"Sama-sama." Masya mengantar Rizal sampai di depan pintu pagar.

***

Masya kembali tinggal bersama ibunya setelah bercerai. Rumah tangga yang dia impikan akan langgeng harus berakhir karena sudah tidak ada lagi ketenangan yang dirasakan. Di kota ini dia berharap akan jauh dari semua masa lalunya, tapi pertemuan pagi itu dengan Fahrul membuat Masya tidak bisa tenang lagi. Kenapa Mas Fahrul harus ada di kota ini juga? Masya terus bertanya-tanya dalam hati.

"Kamu berharap bisa menyalahkan siapa Sya? Keadaan? Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok, Sya," ucap Karin bijak.

"Iya aku tahu, Rin, tapi aku khawatir jadi omongan orang. Aku pindah ke sini supaya bisa jauh dari keluarga mantan suamiku tapi aku dihadapkan pada kenyataan yang lain." Masya sedikit mengeluh.

"Sabar Sya tapi apa kamu sudah tahu Fahrul yang sekarang? Apa dia juga tahu tentang kamu?" tanya Karin membuat Masya bingung.

"Aku ga tahu Rin, tapi klo Mas Fahrul masih sama seperti yang aku kenal dulu, dia pasti akan berusaha mencari tahu," ujar Masya.

"Lewat Bang Rizal?" tebak Karin. Masya menggeleng.

"Dia bukan tipe opportunis, dia tidak akan memanfaatkan Bang Rizal untuk hal itu," jelas Masya.

"Jadi bagaimana dia akan tahu?" tanya Karin lagi.

"Aku ga tahu Rin, tapi dia selalu punya cara untuk mencari tahu," jawab Masya.

"Apa dia kenal ibumu?" tanya Karin.

"Maksudmu, dia akan datang menemui ibu?" Masya mulai khawatir.

"Who knows..."

"Aku ga mau ambil pusing dengan masalah itu Rin. By the way, aku masih harus ke toko buku nih, ada titipan dari Dipa, " kata Masya bermaksud pamit.

"Mau ku temani?" Karin menawarkan diri.

"Thanks Rin, ga usah, nanti Aries lama nungguin kamu pulang."

"Kalo gitu aku balik dulu ya."

Kami berpisah setelah bercipika-cipiki. Aku masuk lagi ke dalam Mall untuk mencari buku Dipa.

"Masya."

Masya berbalik tepat di hadapan Fahrul. Dia terkejut tapi mencoba bersikap tenang.

"Mas ga lagi ngikutin aku kan?" tanya Masya membuat Fahrul tersenyum.

"Kok kamu berpikir seperti itu?"

"Kamu kan orangnya selalu penasaran Mas," kata Masya.

"Rupanya kamu masih sangat mengenal aku."

Ups. Masya keceplosan.

"Jangan ge-er. Mas mau apa?" tanya Masya tanpa basa-basi lagi.

"To the point banget, Sya."

"Maaf Mas, tapi bukan begitu maksudku. Aku sudah harus pulang. Dipa sudah terlalu lama menunggu aku di rumah," ucap Masya.

"OK, aku ngerti. Aku ingin kita bisa ngobrol berdua, Sya. Kalau kamu ga keberatan, kapan kamu punya waktu luang, kamu hubungi aku ya. Aku tunggu," kata Fahrul sambil memberikan kartu namanya pada Masya.

"Tapi aku ga janji ya Mas."

"Iya, aku pasti bisa menunggu tapi jangan terlalu lama ya Sya," kata Fahrul berharap.

Masya tersenyum. Orang seperti Fahrul mana bisa bertahan kalau harus menunggu terlalu lama.

"Aku balik dulu, Mas. Terima kasih banyak."

"Untuk apa?" tanya Fahrul. Aku menunjukkan kartu nama di tangan. Fahrul tersenyum.

***

Sudah seminggu sejak bertemu Fahrul di toko buku, Masya masih belum bisa memutuskan apapun soal pertemuan yang diminta Fahrul.

"Tanya hatimu, ndhuk, sebelum kamu memutuskan untuk bertemu dan jangan lupa membawanya dalam do'a, " pesan ibu sore tadi.

Masya keluar dari kamar.

"Bu, Dipa dimana?" tanya Masya pada ibu.

"Sudah tidur di kamarnya. Ada apa Sya? masih bingung memutuskan?"

"Iya Bu, apa waktunya sudah tepat ya?" tanya Masya.

"Maksudmu dihitung dari hari perceraianmu? Masya, memang butuh waktu untuk melupakan tapi jangan terlalu lama kamu menutup hatimu. Kamu harus bisa bahagia lagi, sayang...dan siapa tau kebahagiaanmu akan kembali bersama Fahrul, " ucap ibu.

"Aku malu, Bu. Dulu aku yang meninggalkan dia untuk menikah. Selain itu, aku juga ga tau keadaan dia sekarang, apakah dia masih sendiri atau sudah berkeluarga. Kalau aku salah langkah, bisa-bisa aku dituduh mengganggu rumah tangga orang," ucap Masya ragu.

"Makanya kalian ketemu dan bicara, itu yang harus kalian lakukan," saran ibu.

"Begitu ya menurut ibu?" tanya Masya.

"Iya, itupun kalau kamu masih mau dengar saran ibu," ucap ibu.

"Jangan terlalu keras hati, sayang. Ibu takut kamu akan menyesal nanti, " tambah ibu dengan nasehatnya.

"Iya, Bu. Terima kasih banyak ya. Ibu selalu ada buat aku." Masya memeluk ibu erat.

"Sudah sana, temani Dipa di kamarnya." Masya mengangguk.

"Ibu juga harus istirahat, sudah malam," kata Masya. Ibu mengiyakan.

Sebelum tidur, Masya menulis pesan untuk Fahrul.

"Mas, ini Masya. Kalau Mas Fahrul tidak terikat sebuah pernikahan, aku mau bicara. Kita ketemu besok di Kafe Seroja jam 14.00 WIB."

***

Masih lima belas menit lagi menuju pukul 14.00 tapi perasaan Masya sudah tidak tenang. Masya coba menghubungi Karin, minta support dan dia memberikannya, jadi ada tambahan kekuatan buat Masya.

"Masih sepuluh menit lagi Sya, sudah boleh ketemu sekarang atau belum?" tanya Fahrul yang tiba-tiba muncul di depannya. Entah dia datang dari arah mana, Masya sampai kaget dibuatnya.

"Boleh Mas." Kami berdua lalu memasuki kantin.

"Di sini saja ya, keberatan ga?" tanya Fahrul. Masya menggeleng lalu duduk di kursi yang sudah ditarik Fahrul.

"Biar aku yang pesankan," ucap Fahrul setelah mengambil buku menu. Masya mengangguk.

"Sya, tolong berikan ini buat Dipa ya. Isinya cuma buku kok. Jangan ditolak lagi ya," pinta Fahrul.

"Kali ini aku terima Mas, terima kasih banyak," kata Masya.

"Apa itu berarti kamu sudah merasa nyaman dengan kehadiranku?" tanya Fahrul. Masya kaget, matanya menatap Fahrul.

"Sebenarnya belum karena ada hal yang harus aku tahu dulu, Mas," ucap Masya.

"Soal status ?" tebak Fahrul. Masya mengangguk pelan.

"Kamu sudah tau kan? Kalau belum, ga mungkin aku datang ke sini," ujar Fahrul.

"Bener aku ga tahu, Mas. Aku...hanya pake ini," kata Masya sambil menunjuk ke dadanya. Fahrul tersenyum.

"Berarti kita sama, aku juga menggunakan hatiku. Feeling kita masih ada ya Sya, buktinya kita bisa ketemu di sini, padahal semalam belum aku balas pesanmu," ucap Fahrul.

Masya mengakui hal itu. Hatinyalah yang mengarahkan dia untuk datang ke kantin ini, tentu saja dengan izin-Nya.

"Jadi Mas?"

"Statusku single, Sya, istriku meninggal setahun yang lalu karena sakit." Cerita Fahrul pun mengalir begitu saja tanpa Masya memintanya.

"Maaf Mas, aku ga bermaksud mengungkit masa lalu kamu." Masya turut menyesal mendengar cerita Fahrul.

"Ga apa-apa, aku sudah bisa menerima kepergiannya. Makanya ketika ada tawaran mutasi kerja, aku ambil kesempatan itu dan sampailah aku di kota ini," kata Fahrul.

"Kalau kamu?" tanya Fahrul pada Masya.

"Aku single parent. Setelah cerai, aku memilih untuk tinggal disini bersama ibu. Itulah alasannya kenapa aku harus tahu status Mas Fahrul. Aku tidak mau disebut perusak rumah tangga orang hanya karena aku bertemu mas di sini hari ini," ucap Masya. Fahrul bisa memahaminya.

"Aku rasa...kita sudah sama-sama jauh dari masa lalu kita masing-masing, Sya. Di sini tidak ada yang mengenali kita, kecuali aku dan kamu. Terus terang, aku surprise banget ketika melihatmu pagi itu. Aku pikir itu cuma mimpi karena masih terlalu pagi tapi ternyata itu nyata dan aku sangat bahagia bisa bertemu kamu lagi," ungkap Fahrul.

Ucapan Fahrul sangat menyentuh hati Masya. Dalam hati dia juga bersyukur bisa dipertemukan kembali dengan Fahrul. Ada kesalahan-kesalahan masa lalu yang ingin dia perbaiki jika Tuhan berkehendak menyatukan mereka lagi.

Mereka saling menatap lalu tersenyum.

***

Bisa baca cerita yang lain di kumpulan cerpen

"A long trip with you" ( by hadyah_ayu).

KBMApp.