Descargador de videos Lemon8

La forma más fácil de descargar videos y galerías desde la aplicación Lemon8

Pamungkas, Lelaki Terindah

Pamungkas, Lelaki Terindah

Escritorio: haga clic con el botón derecho y seleccione "Guardar enlace como..." para descargar.

PHOTOS
Pamungkas, Lelaki Terindah JPEG Descargar

bab 1. Pertemuan Tak Sengaja

Suasana ingar bingar jumpa pers siang itu tidak terlihat lagi oleh Haira. Matanya tertuju ke satu titik. Satu orang yang terdesak-desak oleh kerumunan wartawan di depannya.

Orang yang ditatap Haira itu akhirnya tahu dan pandang mereka bertemu. Jantung Haira seakan berhenti berdegup. Ya Tuhan, sedang apa lelaki itu di sini?

"Pertanyaan untuk Haira Prabandari!"

Suara seorang wartawati terdengar lantang. Haira merasa namanya disebut, ia mencari asal suara itu. Di deretan tengah, seorang wanita berpakaian seragam sebuah stasiun TV berdiri menatap Haira. Sebuah senyum terpaksa tersungging di bibir Haira, demi pencitraan.

"Silakan!" Moderator menjawab. 

"Darimana ide penulisan novel Pamungkas ini?" Si wartawati bertanya dengan suara lantang seperti tadi, membuat Haira heran bagaimana bisa seorang wanita bertubuh mungil begitu punya suara keras.

Moderator mempersilakan Haira menjawab pertanyaan itu.

Mata Haira kembali mencari wajah lelaki tadi. Dia masih ada di sana. Wajah yang sama seperti terakhir dilihatnya sepuluh tahun lalu. Sepertinya dia salah satu wartawan juga. Haira merasa sedikit jengkel, kenapa wartawati tadi bertanya soal inspirasi novelnya yang berjudul Pamungkas. Bisakah Haira menjawabnya sementara ada lelaki itu sedang menatap dan mendengarkannya bicara? Tuhan, kenapa tidak Kau buat saja orang itu sakit perut mendadak dan pergi ke toilet sementara ia menjelaskan jawaban pertanyaan si wartawati?

"Ehm. Novel itu murni fiksi. Saya tulis setelah saya melamun sebulan lamanya," sahut Haira disambut oleh tawa hadirin. Meeting room di mall itu seakan bergetar oleh tawa ratusan orang di dalamnya. Entah apa yang lucu dari jawaban Haira tadi. Haira melihat wartawan di barisan tengah yang tadi menatapnya tajam juga ikut tertawa. 

Dia tahu darimana aku mendapatkan ide novel itu, gumam batin Haira.

"Pertanyaan untuk Lovandra Abian!"

Jumpa pers terus berlangsung. Aktor pemeran utama film Pamungkas, Lovandra Abian, yang duduk di sebelah kanan Haira, mendapat giliran menjawab pertanyaan. Di sebelah Lovandra ada Wen Stevia, pemeran utama wanita. Di sebelah kiri Haira ada Gatfan Prabowo, produser dan pemilik production house yang memproduksi film Pamungkas. Di kiri Gatfan berjejer duduk empat pemeran pembantu. Moderator duduk di tempat terpisah dari para artis.

Haira menguatkan diri. Ia tidak boleh sentimentil. Momen ini adalah mimpinya. Setelah belasan novelnya menjadi best seller, baru kali ini salah satu karyanya dilirik produser untuk dibuat film. Novel berjudul Pamungkas adalah novelnya yang terakhir ia tulis. Proses panjang merubah sebuah novel menjadi film yang layak tonton telah dijalani Haira selama kurang lebih setahun. Siang ini adalah peluncuran resmi dan premier filmnya.

Pukul sebelas,  jumpa pers selesai, dilanjut dengan pemutaran film. Haira, Gatfan dan para artis mendapat kursi di deret tengah. Seluruh wartawan yang mengikuti jumpa pers serta lima puluh orang pemenang kuis film memenuhi ruang di bioskop mewah dalam mall itu.

Haira mencari seseorang. Matanya memandang berkeliling ruang yang mulai redup lampunya. Dimana dia? Haira belum menemukannya.

"Mencari siapa?"

Sebuah suara terdengar dari arah belakang Haira. Wanita berwajah ayu itu kaget dan langsung menoleh ke belakang tempatnya duduk.

Haira merasa nafasnya terhenti begitu ia melihat siapa yang bertanya tadi. Lelaki yang ia cari ada tepat di belakangnya! Senyum manis di bibir lelaki itu begitu mempesona.

"Eh, enggak. Mau lihat aja seberapa penuh penontonnya." Haira berusaha tenang. Ia tidak boleh terlihat konyol. 

"Judul novel dan filmnya bagus," kata orang itu lagi. Haira merasa pipinya panas.

"Doakan semoga sukses, ya," jawab Haira.

"Ya. Semoga jadi film terlaris dan bukunya juga best seller. Setelah ini bisa tidak kita bicara sebentar di kafe Prisma di lantai satu?"

Deg.

Kenapa lelaki itu selalu membuatnya sesak nafas?

Haira tidak sadar bahwa kepalanya mengangguk. Lampu ruangan gelap disusul oleh suara menggelegar dari film yang mulai diputar. 

Sejak pertama melihat film berjudul Pamungkas itu, sebelum dirilis ke publik, Haira merasa bangga pada setiap adegannya yang bisa memvisualisasi tulisan dalam novelnya dengan baik. Malam ini, dengan lelaki yang duduk di belakangnya itu, Haira ingin film itu disudahi saja. Ia malu.

*****

Kafe Prisma di lantai satu ramai oleh pengunjung. Kebanyakan dari mereka adalah gadis ABG yang baru saja ikut mengintip jumpa pers di lantai lima. Mereka fans berat Lovandra Abian, aktor yang sedang hits saat ini.

"Gak takut diserbu penggemar?" tanya lelaki bertubuh tinggi yang berjalan di sebelah Haira. Mereka menghampiri kursi di pojok kafe yang jauh dari pintu masuk. Haira dan pria itu duduk berhadapan. Seorang waiter menghampiri lalu Haira memesan dua espresso serta donat moka.

"Semua mengejar Lovandra dan Wen Stevia. Aku tidak terkenal," sahut Haira.

"Sebentar lagi kamu akan sama terkenalnya dengan Lovandra."

"Aamiin."

Haira jengah saat menyadari ia sedang dipandang oleh orang di depannya.

"Ada apa? Ada cokelat di hidungku?" tanya Haira. 

"Apa benar judul novelmu dan ceritanya adalah hasil melamun sebulan? Aku hapal setiap adegannya. Ingatanmu bagus juga, ya."

Haira membuang pandang ke arah para barista. Ia tidak sanggup bertemu mata dengan orang di depannya itu.

"Judulnya kenapa pakai namaku?" 

Haira tidak bisa menahan diri lagi. Ia tatap mata lelaki bernama Pamungkas di depannya itu.

"Iya, aku pakai namamu untuk judul. Ceritanya juga aku tulis berdasar apa yang kita alami dulu. Kenapa? Kamu keberatan, Pam?"

Pamungkas tersenyum tipis. Waiter datang membawa pesanan. Ia pergi setelah Haira mengucap terima kasih 

"Akhir ceritanya aku tidak sangka akan begitu. Tokoh perempuannya, Nadine, ternyata suka sama Pamungkas, ya? Aku baru tahu," kata Pamungkas lagi. 

"Itu aku karang saja biar estetik."

"Oh, berarti bukan kenyataan, ya?"

"Bukan."

"Kamu sudah menikah, Ra?"

Haira berhenti menyesap kopinya. Ia tatap wajah Pamungkas. Dua detik tanpa suara.

"Aku sudah menikah." Suara Haira mantap saat menjawab. "Kamu?"

"Pernah. Sekarang sudah bujangan lagi."

"Oh."

Pamungkas menyodorkan handphonenya yang sudah ia buka kuncinya pada Haira.

"Masukkan nomormu ke situ. Cepat, sebelum tertutup lagi."

"Buat apa?"

"Cepat tulis."

Haira mengambil handphone Pamungkas lalu memasukkan nomornya sendiri ke daftar kontak. Ia melihat ada senyum puas di wajah lelaki tampan itu.

Dalam hati, Haira bertekad kali ini ia tidak akan selemah dulu. Ia sudah menjadi wanita kuat. Pamungkas mungkin masih sama seperti yang dikenalnya dan sekarang ia tidak akan membiarkan dirinya hanyut lagi. Apalagi kini ia sudah menjadi istri Yudha, seorang lelaki penyabar yang sangat mencintainya 

"Aku penasaran, Ra. Apa benar tokoh Nadine ternyata memendam cinta pada Pamungkas? Kenapa tidak dia katakan itu sejak awal? Kenapa tidak dia akui saja, dengan begitu kan Pamungkas tidak akan menikah dengan tokoh Livia."

Haira tidak jadi menggigit donat moka yang sangat harum menggoda selera. Ia menatap tajam pada Pamungkas. Lelaki itu tersenyum. Haira jadi ragu pada pendiriannya sendiri.

Ia tahu Pamungkas masih bisa mengendalikannya. Bedanya kali ini Haira tidak akan membiarkan lelaki itu menyakiti perasaannya lagi. Haira merasa pertemuannya dengan Pamungkas hari ini adalah kesempatan kedua yang diberikan oleh Tuhan agar ia bisa menata hidupnya lebih baik.

Terutama agar ia bisa mencintai Yudha sepenuhnya. 

bersambung

judul novel : PAMUNGKAS, LELAKI TERINDAH

penulis : Dee Rahayu

aplikasi : KBMapp.

novel ini sudah tamat di KBMapp. Baca kesana, yuk.

#Lemon8 #deerahayu #romance #baper